Imtihan Syafi'i

Bahaya Over Raja` Over Khauf

وَاْلأَمْنُوَاْلإِيَاسُ يَنْقُلاَنِ عَنْ مِلَّةِ اْلإِسْلاَمِ، وَسَبِيْلُ الْحَقِّ بَيْنَهُمَا لأَِهْلِ الْقِبْلَةِ
(68) Rasa aman dan putus asa dapat mengeluarkan siapa pun dari millah Islam. Jalan yang benar adalah di antara keduanya, jalan Ahli Kiblat.

Raja` yang benar akan mendorong seorang hamba untuk taat kepada Allah, melaksanakan berbagai perintah-Nya dan meninggalkan semua larangan-Nya demi mengharapkan ridha dan surga-Nya. Jika ada orang yang mengaku memiliki raja` tetapi ia tidak taat kepada Allah, tidak melaksanakan perintah-Nya dan tidak pula meninggalkan larangan-Nya dengan alasan Allah Maha Pengampun dan Maha Pemurah, sungguh raja` yang dimilikinya telah berlebihan. Raja` yang berlebihan atau dalam matan di atas disebut amn: merasa aman dari ancaman dan azab Allah. Raja` yang berlebihan sangat berbahaya, dapat mengakibatkan seseorang keluar dari millah Islam. Yakni apabila seseorang menyangka akan diampuni dan dirahmati oleh Allah atas segala kemaksiatan yang dilakukannya. Allah berfirman, “Maka apakah mereka merasa aman dari azab Allah (yang tidak terduga-duga)? Tiada yang merasa aman dari azab Allah kecuali orang-orang yang merugi.” (QS. Al-A’raf: 99)
Sama halnya dengan raja`, khauf yang berlebihan atau dalam matan di atas disebut ya`s: berputus asa dari rahmat dan ampunan Allah juga berbahaya dan dapat mengakibatkan seseorang keluar dari millah Islam. Yaitu ketika seorang berputus asa dari rahmat Allah, merasa dan yakin dosa-dosanya tidak akan diampuni oleh Allah, sehingga selama di dunia dia memilih untuk berbuat semaunya. Dia berpikir, daripada di dunia sengsara dan di akhirat masuk neraka, lebih baik bisa menikmati kehidupan fana di dunia meskipun di akhirat telah ditunggu oleh neraka. Allah berfirman, “Dan janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya yang berputus asa dari rahmat Allah hanyalah orang-orang yang kafir.” (Yusuf: 87)

Komposisi Ideal
Ketika seorang mukmin berbuat dosa, pastilah ada khauf yang menyertainya. Kemudian ia akan bertaubat. Sedangkan jika ia beramal shalih, semestinyalah disertai dengan raja`. Banyak sekali orang yang keliru. Mereka memosisikan raja` tidak pada tempatnya. Mereka berharap tetapi tetap berada dalam kemaksiatan. Mereka berkata, “Sesungguhnya Allah Mahaluas ampunannya. Dia Maha Pengasih dan Maha Pengampun.” Ini bukan raja`. Ini adalah ghurur, tertipu.
Harits al-Muhasibiy memberikan perumpamaan untuk mereka yang keliru ini. “Mereka seperti budak yang diiming-imingi uang 1000 dirham dan rumah tempat tinggal jika melaksanakan semua perintahnya dan akan dipenjara dan dicambuk 1000 kali jika tidak melakukannya. Maka budak itu tidak mengindahkan perintah tuannya seraya berkata, ‘Sesungguhnya tuanku mencintaiku dan akan memberiku apa yang dijanjikannya.’ Dia menghadap tuannya dengan impian palsunya. Maka tuannya pun memenjarakannya, mencambuknya, dan tidak memberinya apa-apa.”
Sebenarnyalah raja` yang benar menuntut khauf yang lurus dan begitu pula sebaliknya. Jika seseorang berharap mendapatkan ridha Allah dan surga-Nya, mestinya ia takut kepada azab dan siksa-Nya. Apa yang diharapkan dan dikhawatirkannya itu bisa diraihnya dengan mendekatkan diri dan taat kepada-Nya.
Keadaan yang ideal adalah keseimbangan antara raja` dan khauf di bawah kuasa cinta. Cinta laksana binatang tunggangan, raja` adalah cemetinya dan khauf adalah pengendaranya. Allah—dengan karunia dan kemurahan-Nya—yang akan menyampaikan kepada harapan.
Jika kesulitan, para salaf lebih suka sayap khauf lebih kuat daripada sayap raja` pada hari-hari biasa. Sedangkan pada saat hendak meninggalkan dunia fana untuk selamanya, sayap raja` mesti lebih dikuatkan daripada sayap khauf. Ini menurut Abu Sulaiman ad-Daraniy. Dia berkata, “Seyogianya khauf lebih menguasai hati seseorang. Jika raja` yang menguasainya, rusaklah hatinya.”
Rasulullah SAW bersabda,
لاَ يَمُوْتَنَّ أَحَدُكُمْ إِلاَّ وَهُوَ يُحْسِنُ الظَّنَّ بِرَبِّهِ
“Jangan sampai salah seorang dari kalian meninggal dunia kecuali berbaik sangka kepada Rabb-nya.” (HR. Ahmad dan Muslim)
Raja` bukan tamanni (harapan kosong). Tamanni disertai kemalasan, sedangkan raja` disertai dengan kesungguhan. Oleh karena itulah orang-orang arif sepakat, raja` tidak benar kecuali didahului oleh amal.
Ahmad bin ‘Ashim ditanya, “Apakah pertanda seseorang itu memiliki raja` yang benar?” Beliau menjawab, “Apabila ia diliputi kebaikan, ia diberi ilham untuk bersyukur, mengharapkan kesempurnaan nikmat Allah di dunia dan di akhirat serta kesempurnaan maafnya di akhirat.”

Atsar tentang khauf yang lurus
Khauf yang akan mengantarkan seseorang kepada kebaikan adalah khauf yang diikuti dengan pengakuan dosa.
Abu Sulaiman ad-Daraniy berkata, “Apabila khauf meninggalkan hati, binasalah ia.”
Ibrahim bin Sufyan berkata, “Jika khauf bertahta di hati, ia akan membakar tempat-tempat yang didiami oleh syahwat padanya dan akan mengusir dunia darinya.”
Dzunnun berkata, “Manusia tetap berada di jalan yang benar selama khauf tidak meninggalkannya. Jika khauf pergi, ia pun tersesat jalan.”
Khauf yang terpuji dan benar adalah khauf yang menghalangi seseorang dari berbagai perkara yang diharamkan oleh Allah.
Ibnu Taymiyah berkata, “Khauf yang terpuji adalah khauf yang menghalangimu dari berbagai perkara yang diharamkan oleh Allah.”
Awal khauf adalah takut jika dikenai sangsi atau hukuman. Ini adalah khauf yang membuat iman jadi benar. Khauf yang lurus hadir karena membenarkan ancaman Allah, ingat akan dosa jika ia melakukan kemaksiatan, dan mewaspadai akibat yang akan dipetik, membayangkannya di depan mata dan tidak pernah lalai darinya.
Khauf terkait dengan dua perkara: sesuatu yang dikhawatirkan kejadiannya dan segala perkara yang menyebabkan hal buruk akan terjadi. Sekadar apa rasa takut seseorang terhadap perkara yang menjadi faktor hadirnya perkara yang ditakuti, sekadar itu pulalah khaufnya. Seseorang yang tidak percaya dan tidak yakin bahwa faktor suatu perkara benar-benar dapat mengantarkannya kepada perkara yang dikhawatirkannya, ia tidak akan takut kepadanya.

Buah sinergi raja` dan khauf
Raja` yang benar dan khauf yang lurus akan bersinergi dan menghasilkan buah yang baik. Di antara buah sinergi keduanya adalah:
1. Terejawantahkannya ubudiyah dan kefakiran seorang hamba kepada Allah. Dengan raja` dan khauf yang ada, seseorang akan selalu memohon kebaikan Allah dan berharap supaya dijauhkan dari siksa-Nya.
2. Seseorang yang memiliki keseimbangan raja` dan khauf tak akan pernah meninggalkan doa kepada Allah. Sebab dia tahu, hanya Allah yang akan mengabulkan permohonannya dan menghindarkannya dari segala marabahaya yang ditakutkannya; marabahaya di dunia dan di akhirat. Dengan senantiasa berdoa, ia akan terhindar dari murka Allah. Rasulullah saw bersabda, “Barang siapa yang tidak meminta kepada Allah, Dia akan murka kepada-Nya.” (HR. Ahmad, at-Tirmidzi, dan al-Bukhari dalam al-Adabul Mufrad).
3. Raja` akan mengantarkan kepada cinta. Ketika seseorang mendapati Allah mengabulkan permintaan-Nya, mestinya ia akan bertambah cinta, syukur, dan ridha kepada Allah.
4. Cinta tak terpisahkan dari raja`. Demikian pula sebaliknya. Khauf dan raja yang benar pun demikian adanya.
5. Raja` dan khauf akan membuat seseorang dekat dengan Allah. Ketika dia mengharap sesuatu dan menunggu jawaban dari Allah, dia akan selalu teringat Allah. Begitu pula saat ia mengkhawatirkan sesuatu, ia akan ingat Allah dan memohon kepada-Nya supaya dijauhkan darinya.
6. Seseorang yang digerakkan oleh cinta-Nya, khauf akan selalu mengingatkannya, dan raja` akan menjadi pendorongnya.
7. Seseorang yang tahu nilai dan harga sesuatu yang akan diraihnya, pasti pengorbanan yang tak seberapa akan terasa ringan baginya.
Semoga Allah memberikan karunia keseimbangan raja` dan khauf kepada kita semua. Amin.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *