Kajian

Makna Lain Musibah

Suatu saat, RasulullahSAW duduk dikelilingi oleh beberapa sahabat.Datang seorang sahabat anshar, lalu bertanya, “Ya Rasulullah, siapakah orang mu’min yang paling utama?” Beliau menjawab, ”Yang paling bagus akhlaknya” Sahabat tadi melanjutkan pertanyaannya, “kalau orang muslim yang paling cerdas?” Nabi menjawab, “Yang paling banyak mengingat mati, dan yang paling baik baik persiapannya untuk menghadapi sesudah mati, merekalah muslim yang paling cerdas”.(Ditakhrij oleh Imam Ibnu Majah dan Imam Malik).

Sepenggal dialog indah sarat makna antara junjungan kita dengan para sahabatnya tatkala itu. Kini, ketika tuntunan syariat telah selesai diundangkan dan wahyu telah terputus, kita memerlukan kecerdasan iman untuk memberi makna hamparan ayat-ayat kauniyah yang Allah pertunjukkan kepada kita bertubi dan susul-menyusul, agar tak berlalu tanpa arti.

Biarlah misteri kehidupan tersingkap nanti pada hari disingkapkannya tabir segala sesuatu. Kita tidak perlu berdebat tentang taqdir yang menimpa Mbah Maridjan, toh nanti beliau juga akan ditanya sebab yang dipilihnya sehingga berlaku taqdir baginya. Dari situ akan jelas apakah pilihan itu pahala buatnya, atau beban baginya.

Gambaran tak Sebanding

Jika ziarah kubur dapat melembutkan hati dan mengingat maut, maka lelehan bubur bebatuan membara yang keluar dari kepundan gunung semestinya dapat mengingatkan hamba yang beriman kepada ahwalu ahlin-naar, keadaan penduduk neraka. Betapa tidak, tungku magma itu terus menanak batu hingga meleleh, dengan derajat panas tak terukur. Jika asapnya saja mencapai 600 derajat Celcius, apalah lagi di pusat tanur peleburan. Padahal RasulullahSAW bersabda,

نَارُكُمْهَذِهِالَّتِيتُوقِدُونَجُزْءٌمِنْسَبْعِينَجُزْءًامِنْجَهَنَّمَ.قَالُوا:وَاَللَّهِإنْكَانَتْنَارُنَالَكِفَايَةًيَارَسُولَاللَّهِ.قَالَ: فَإِنَّهَافُضِّلَتْعَلَيْهَابِتِسْعَةٍوَسِتِّينَجُزْءًاكُلُّهُنَّمِثْلُحَرِّهَا.

“Api yang kalian nyalakan, sepertujuh puluh dari Jahanam”. [Para sahabat] berkata, “Demi Allah! sesungguhnya api  kami sudah cukup panasnya wahai Rasulullah!” Beliau bersabda, “Sesungguhnya api itu akan dilipatkan-gandakan 69 kali, setiap bagian sebanding panasnya dengan [panasnya api kalian]”. (HR. Muslim).

Pantaslah sekiranya Malaikat Mikail tidak pernah tersenyum lagi. Imam Ahmad meriwayatkan bahwa RasulullahSAW bertanya kepada Jibril mengapa beliau tidak pernah melihat malaikat Mikail tersenyum. Malaikat Jibril menjawab bahwa malaikat Mikail tidak pernah lagi tersenyum sejak neraka Jahanam diciptakan.

Bukankah Allah telah memberitakan dalam beberapa ayat-Nya bahwa bahan bakar neraka adalah manusia dan batu? Apabila neraka itu melihat mereka dari tempat yang jauh, mereka mendengar kegeramannya dan suara nyala apinya, begitu firman-Nya dalam al-Furqan: 12. Sungguh menakjubkan, ketika gemuruh suara gunung yang menanak bebatuan sambil menumpahkan lelehan lava pijar itu terdengar hingga radius 20 km.

 

Baca Juga: Hikmah Dibalik Musibah

 

Dulu, sewaktu kecil, kala informasi perbandingan panas neraka disampaikan oleh para ustadz di surau, yang terbayang ketika itu panasnya api di tungku dapur atau air mendidih, lalu dilipatkan 69 kali. Kini, uap yang dihembuskan dari tungku alami dalam perut bumi itu mencapai 600 derajat Celcius, menurut ilmu pengetahuan yang dicapai oleh manusia. Tak ada kehidupan yang dapat bertahan pada suhu itu. Pohon-pohon yang dilalui hembusannya tetap berdiri, yang bersujud juga tetap bersujud, tetapi sejatinya telah berubah menjadi arang.

Tetapi  tidak! Api yang telah digandakan panasnya itu di akherat tidak membunuh, karena kematian telah disembelih disaksikan oleh penduduk jannah dan penghuni neraka. Ya,…kematian telah mati, yang ada tinggal khuluud,keabadian. Keadaan manusia yang tersiksa di dalamnya, laa yamuutu fiihaa wa laa yahyaa, tidak hidup dan tidak pula mati.Mari kita simak firman-Nya,

Sesungguhnya orang-orang yang kafir kepada ayat-ayat Kami, kelak akan Kami masukkan mereka ke dalam neraka. Setiap kali kulit mereka hangus, Kami ganti kulit mereka dengan kulit yang lain, supaya mereka merasakan azab. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (QS. An-Nisaa’: 56).

Bukankah ilmu kedokteran modern telah pula menemukan bahwa syaraf perasa manusia mayoritas ada di permukaan kulit? Sungguh, Maha Benar Allah yang menginformasikan bahwa setiap kali kulit penghuni neraka hangus, digantikan dengan kulit yang baru. Karena neraka tempat manusia terhukum, maka penggantian itu li yadzuuqu al-‘adzaab, supaya mereka merasakan siksaan. Wal-‘iyadzu billah.

Pernahkah pembaca terkena sulutan api atau tersenggol knalpot panas sehingga kulit melepuh, mengelupas dan terjadi pergantian kulit. Kulit muda yang menggantikan kulit yang mengelupas itu jauh lebih sensitif sehingga lebih merasakan sakit. Maka ayat di atas sekaligus membungkam klaim para penentang yang lancang mengatakan, Ah,..nanti kalau sudah lama di neraka, lama-lama ya kebal, panas tidak akan terasa lagi!Mereka memang tidak pernah mengenal dan meyakini berita dari Nabi, Maa laa ‘aynun roat, wa laa udzunun sami’at, wa laa khothoro ‘alaa qolbi basyar, nikmatnya jannah dan pedihnya neraka tak pernah terlihat mata sebelumnya, tak pernah terdengar telinga dan tidak pernah terlintas dalam hati manusia.

Namun semua itu tergantung bagaimana manusia membangun persepsi. Ketika manusia hanya percaya kepada materi, tidak percaya kepada pembalasan sesudah mati, atau keyakinannya terhadap kehidupan setelah kematian tidak dibangun di atas informasi yang benar yang dibawa oleh para utusan Allah, mereka tak akan mampu memaknai tayangan ayat kauniyah yang tampil silih berganti.

Khatimah

Ahlud-Dunya, melihat lelehan lava pijar yang meluncur deras itu tak lebih sebagai pemandangan indah yang dianggap sebagai tujuan wisata. Mereka sibuk mengabadikannya, sementara makna hakiki yang sejati untuk apa ayat kauniyah itu diutus, tak pernah terlintas dalam qalbu.

Kita berlindung kepada Allah SWT dari musibah kekerasan hati seperti di atas. Jika ayat kauniy yang mengandung pesan penting tersebut tak menjadikan kita tunduk dan khusyuk mengingat Allah SWT, takut kemurkaan dan siksa-Nya, sebaiknya kita memohon kepada Allah SWTagar diberi ganti hati yang lain yang lebih baik.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *