Uswah

Sejarah Berhala Arab Jahiliyah

Semula, penduduk Makkah menganut agama tauhid dan menyembah Allah. Nabi Ibrahim telah mengajarkan bagaimana cara menyembah dan beribadah dengan benar. Seiring zaman berganti kemurnian tauhid mulai luntur. Kesyirikan mengubah wajah jazirah Arab menjadi jahiliyah, hingga Rasulullah berhasil membersihkannya tuntas ke akar-akarnya.

Penghuni lembah tandus Makkah yang pertama yaitu hajar dan Ismail. Keduanya adalah muslim. Ketika kabilah Jurhum mulai menetap di Makkah, mereka mengikuti agama nabi Ismail. Apalagi nabi Ibrahim pernah mengunjungi Makkah untuk membangun Ka’bah dan menetapkan kota itu sebagai tanah suci. Bisa dipastikan penduduk Makkah mengikuti ajaran dan tradisi yang ditetapkan nabi Ibrahim.

Sering generasi berganti, Makkah mulai sesak. Anak keturunan Ismail dan Jurhum terus bertambah menggeser populasi bangsa Amalek yang turut tinggal di Makkah. Konflik dan perang saudara tak bisa dihindari, klan kuat mengusir yang lemah. Mulailah anak keturunan Ismail diaspora. Dan dari sinilah bibit syirik tersemai.

Setiap bani yang meninggalkan Makkah membawa batu dari sekitar kabah. Batu tersebut dianggap suci dan sakral tak ubahnya Ka’bah. Ketika menetap di tempat baru, mereka membangun kuil untuk memuja batu tersebut. Mereka thawaf dan menjalankan aneka ritual ibadah yang sama seperti ketika beribadah di Ka’bah.

Fenomena yang terjadi di masa nabi Nuh lantas terulang, generasi muda yang datang belakangan tidak tahu kenapa nenek moyang mereka mengkeramatkan batu tersebut. Akhirnya mereka menyembah batu dan mengubah agama Islam yang diajarkan Nabi Ibrahim.

Makkah juga tak luput dari ritual syirik, setelah Amru bin Luhay mendatangkan berhala ke tanah suci. Keluarga besar Amru bin Luhay sebenarnya pendatang baru di Makkah. Ayahnya beruntung menikahi cucu tokoh Jurhum bernama Harits.

Amru muda tumbuh dengan nafsu meraih kekuasaan. Setelah dewasa, ia berusaha merebut kekuasaan dari kakek buyutnya lewat jalan pedang. Ia dibantu bani-bani keturunan Ismail. Setelah meraih kemenangan, Amru mengusir sisa-sisa kabilah Jurhum dari Makkah, kemudian membentuk klan sendiri yang disebut Khuzaah.

Simbol kekuasaan di Makkah terwujud dalam tugas menjaga Ka’bah dan melayani jemaah haji. Tugas prestisius ini dilanjutkan Khuzaah secara turun-temurun hingga 300 tahun. Orang khuzaah terakhir yang menjadi pelayan tanah suci ialah Halil bin Habsyiyyah Al-Khuzai. Setelah itu, Qushai, pendiri kabilah Quraisy menggantikan tanggung jawabnya.

Amru bin Luhay terkenal sebagai tokoh kaya dan suka berderma. Konon, ia pernah mencongkel mata 20 ekor unta sebagai tanda ia memiliki 20 ribu ekor. Orang Arab kuno memiliki kebiasaan mencongkel mata seekor unta sebagai tanda telah memiliki seribu onta.

Tiap musim haji, Amru menyembelih 10 ribu unta dan menyiapkan 10 ribu helai baju. Serta menjamu para musafir dengan madu dan minyak samin. Bakti dan pengorbanan itu membuatnya terhormat di kalangan Arab. Hingga ucapan dan kebiasaan Amru bin Luhay pun menjadi semacam tradisi dan syareat baru, meskipun itu sebuah keburukan.

Konon, Amru pernah sakit keras. Para tabib tak mampu mengobati. Dia lalu mendengar ada mata air panas yang bisa meredakan sakitnya di Balqa’, Syam. Ketika berobat ke Syam itulah Amru berinteraksi dengan bangsa Amalek yang beragama pagan. Amru yang takjub dengan peribadatan mereka meminta berhala bernama Hubal. Lalu Amru kembali ke Makkah dan mengajarkan orang Arab menyembah berhala.

Ajaran nabi Ibrahim mulai terkikis sedikit-demi sedikit. Lafadz talbiyah yang dibaca ketika thawaf pun berganti. Orang Arab jahiliyah membaca, “labbaik Allahumma labbaik. Labbaika la syarika laka illa syarikan huwa laka. Tamlikuhu wa ma malak. Kami jawab seruanmu ya Allah. Kami jawab seruanmu. Tiada sekutu kecuali sekutu yang kami persembahkan untukmu. Engkaulah rajanya dan penguasa apa yang dimilikinya.”

Orang pertama kali yang melafadzkan talbiyah tersebut ialah Amru bin Luhay. Menurut satu riwayat, Iblis yang menyaru wujud seorang kakek tua membacakan kalimat itu dan diikuti Amru. Ketika Amru mempraktikkan hal baru tersebut, kaumnya langsung mengkuti dan mengamini. Akibat mengajarkan kesyirikan inilah, Rasulullah pernah mengatakan melihat Amru bin Luhay disiksa di neraka dengan usus terburai.

Pada masa berikutnya, kesyirikan kian berkembang di Arab. Berhala paling lama yang pernah disembah bernama Manat. Berhala ini dituhankan orang-orang Makkah dan Yatsrib. Konon, kabilah Aus dan Khazraj paling mengkeramatkan berhala ini. Hingga banyak orang bangga menamai anaknya dengan ‘Abdu Manat’ atau ‘Zaid Manat’.

Mereka baru berhenti menyembah Manat setelah berhala ini dihancurkan pada Fathu Makkah tahun 8 H. Rasulullah menugaskan sahabat Ali bin Abi Thalib menghancurkannya. Selesai menjalankan tugas, Ali membawa dua bilah pedang yang disimpan di rumah ibadah Manat. Menurut satu riwayat pedang itu adalah hadiah dari Raja Ghassan kepada Harits, tokoh kabilah jurhum. Pedang itu dikenal dengan nama Mikhdam dan Rasub. Rasulullah lalu memberikan pedang itu kepada Ali, yang kemudian disebut sebagai pedang Dzul Fiqar.

Masyarakat jahiliyah juga menyembah Lata. Berhala berbentuk kubus ini berada di Thaif dan menjadi sesembahan kabilah Tsaqif. Lata diletakkan di kuil khusus yang dianggap suci dan keramat.

Setelah kabilah Tsaqif masuk Islam, Rasulullah mengutus Mughirah bin Syubah menghancurkan Lata dan membakar kuilnya. Melihat kuil terbakar Syaddad bin Aridh menggubah syair yang melarang kabilah Tsaqif mengulangi kejahiliyahannya.

Berhala paling besar yang pernah disembah Arab jahiliyah yaitu Uzza. Berhala hasil karya Dhalim bin Asad merupakan tuhan yang paling disakralkan orang Quraisy. Mereka kerap berziarah dan memberikan qurban untuknya. Karena itu Rasulullah sangat keras merendahkan Uzza hingga membuat mereka berang.

Alkisah, Abu Uhaihah tokoh kaum musyrikin sakit keras menjelang kematiannya. Ketika Abu Lahab menjenguk, Abu Uhaihah menangis sedih.

“Kenapa kamu menangis? Apa karena sebentar lagi ajal menjemputmu?” tanya Abu Lahab.

“Tidak. Tapi karena takut Uzza tidak disembah lagi.”

Abu Lahab lalu menghibur, “Yakinlah. Orang Quraisy menyembah Uzza bukan karena segan kepadamu. Karena itu, ketika kamu tiada, mereka tidak akan berhenti menyembahnya.”

Abu Uhaihah akhirnya tenang, “sekarang aku tahu jika aku telah memiliki pengganti.”

Nasib Uzza akhirnya sama dengan berhala lainnya. Setelah Fathu Makkah, Rasulullah mengirim khalid bersama 30 penunggang kuda. Ketika hendak menghancurkan Uzza, khalid melihat mahluk berwujud wanita hitam berambut terurai berupaya menghalanginya. Tangannya disilangkan di punggung dan bergigi taring panjang. Dubayyah As-Sulami, penjaga dan penunggu patung Uzza berdiri di belakang makluk aneh itu.

Khalid langsung memenggal makluk tersebut. Kemudian menghancurkan Uzza dan menebang pohon keramat di sekitarnya. Setelah semuanya selesai, Khalid menghukum mati Dubayyah.

Ketika melaporkan kejadian aneh itu kepada Rasulullah, beliau menjelaskan bahwa mahluk aneh itu adalah Uzza. Setelah khalid menghabisnya, tidak ada Uzza lagi. Dan, Uzza tak akan disembah lagi. [*]

 

One thought on “Sejarah Berhala Arab Jahiliyah

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *