Fikrah

Terjerumus Karena Rakus

Kasus Taat Pribadi tokoh ‘pembiakan uang’, yang didakwa mendalangi pembunuhan terencana terhadap bekas anak buahnya belum selesai. Kini muncul lagi kasus penipuan dengan dalih investasi yang memunculkan tokoh sentral Dumeri alias Salman Nuryanto (SN). Lelaki kurus lulusan SD yang berasal dari Randu Dongkal, kabupaten Pemalang ini berangkat ke Jakarta sebagai penjual cilok kemudian beralih menjadi penjual bubur, tiba-tiba mengejutkan publik dengan investasi bodong melalui koperasi simpan pinjam Pandawa group yang besarannya mencapai 3 trilyun rupiah.

Bermula dari sering meminjam uang ke koperasi sebagai modal usaha, muncul ide untuk membuat usaha serupa, maka mulailah dia membuat koperasi simpan pinjam kecil-kecilan. Modal yang terkumpul diputar pada usaha kecil semisal dirinya, dipinjamkan kepada para pedagang dengan bunga 20%, sementara kepada para ‘penitip’ modal dia menjanjikan keuntungan ‘fixed’ 10% setiap bulannya.

Awalnya, jumlah yang ber-investasi (Dumeri lebih memilih istilah titip) untuk disalurkan pada usaha kecil tersebut masih seimbang dan berjalan menurut rasio sederhana SN alias Dumeri, sehingga komitmen keuntungan fixed yang dijanjikan kepada para investor dapat ditunaikan dan masih memiliki margin (keuntungan) yang cukup besar.

Namun justru disitu jebakannya. Para investor yang merasa surprise dengan keuntungan yang diterima; prosentase keuntungan begitu besar jauh melampaui bunga yang dijanjikan bank ribawiy, bersifat tetap dan dibayarkan secara tepat waktu dalam beberapa bulan berjalan tanpa jeda. Hal itulah yang mengundang booming dan multiply (pelipatan).  Booming karena banyak para pemilik uang yang tertarik untuk meng-investasikan hartanya pada usaha simpan pinjam tersebut, apalagi setelah dibesut oleh invisible hand yang mengawinkannya dengan sistem MLM disertai dengan iklan menarik para marketer. Multiply karena para investor yang telah merasakan keuntungan 10% yang dibayarkan secara konsisten dalam beberapa bulan semakin yakin, bahkan keuntungan yang diterima diinvestasikan lagi, atau bahkan menambah jumlah investasi dengan berbagai cara. Ada investor yang ‘menitipkan’ uang dengan kisaran ratusan juta, ada juga yang mencapai 10 milyar.

Sistem MLM ala Charles Ponzi

Tatkala investasi semakin massif, besaran investasi juga makin ‘gajah’, timbul kesulitan menyalurkan uang yang terkumpul ke dalam usaha di sektor riel. Disitulah peran tangan-tangan yang lebih ‘sampai akal’-nya mengolah simpan-pinjam ini dengan sistem piramida MLM ala Charles Ponzi. Dumeri sebagai boss tidak berhubungan langsung dengan para investor. Yang berhubungan dengan investor adalah para leader yang jumlahnya mencapai 230-an orang. Di atas leader ada up-line yang dinamakan Diamond, mereka itu yang berhubungan langsung dengan Dumeri. Boss Pandawa group ini mengaku bahwa dirinya tidak memiliki cukup pengetahuan untuk meyakinkan para investor, para leader lah yang lebih berpendidikan, yang mampu meyakinkan para pemilik uang untuk menanamkan investasinya di Pandawa group.

Booming investasi yang masuk, (mungkin) membuat bingung SN, karena keterbasan untuk menyalurkan uang yang masuk ke dalam usaha di sektor riel, padahal sektor itulah yang dijadikan kampanye menarik minat investor, “Menangani usaha yang tidak terjangkau oleh lembaga perbankan”. Uang modal yang baru masuk pada dasarnya untuk bancakan ; membayar janji keuntungan fixed 10% kepada anggota, 1% hingga 10% untuk para leader (termasuk posisi diamond), untuk membeli aset tak bergerak seperti tanah, dan angsuran mobil. Sisanya baru disetor kepada puncak piramida, Dumeri. Pada titik ini, cerita tentang penyaluran kredit mikro bagi usaha kecil yang tidak terjangkau oleh bank, berakhir. Bahkan sisa uang yang dipakai bancakan tersebut, disimpan juga oleh SN di rekening bank yang ‘hanya’ memberi keuntungan 5%, bukan 10% seperti lembaga bodong-nya.

Ada pola hubungan yang unik antara SN dengan para leader jaringan-nya yang (menurut pengakuan SN) banyak yang ‘orang lulusan tinggi-tinggi’. SN dengan keterbasan pemahamannya diposisikan sebagai simbol oleh para leader yang notabene lebih berpendidikan. Siapa penggagas yang mengubah orientasi usaha simpan pinjam tersebut menjadi bentuk MLM? Melihat latar belakang pendidikan Dumeri, kemungkinan kearah pemikiran untuk mengoplos usaha simpan-pinjam tersebut dengan sistem MLM ‘tidak sampai’, meskipun bukan berarti tidak mungkin. Masih belum diketahui apakah  para leader itu merupakan korban, ataukah aktor intelektual, atau sebagiannya korban sedang yang lain aktor intelektual, bukan domain tulisan ini untuk menyingkapnya.

Tampil Religius

Dumeri sendiri setelah di ‘menara gading’-kan dengan sistem MLM, otomatis lebih jarang berhubungan dengan para investor. Dia, pada sesi kemunculan publiknya berusaha tampil lebih religius, mengenakan baju koko dilengkapi dengan rompi kecil, berkopiah bahkan bersorban, kadang bahkan memakai tongkat (mungkin ter-inspirasi kisah nabi Musa). Tidak diketahui apa motivasi dia tampil seperti itu, adanya kesadaran intrinsik untuk lebih religius (setelah merasa berhasil secara duniawi) atau bagian dari usaha untuk meyakinkan nasabah, hanya Allah yang Maha Tahu.

Tamak Membuat Hilang Kepekaan

Modus pengumpulan dana publik dengan beragam dalih dan janji-janji tidak pernah berhenti. Satu modus terbongkar, muncul modus yang lain, baik serupa maupun dengan modifikasi sana-sini, kadang dengan balutan mistis-transenden (seperti pada kasus Taat Pribadi). Ujung-ujungnya masyarakat yang dirugikan.

Akan tetapi, sebenarnya potensi untuk tertipu itu yang terbesar justru ada pada pribadi para calon korban. Jika mereka mau sedikit skeptis (bersikap ragu) terhadap janji manis dari mulut para marketer, mau berpikir sedikit (sedikit saja) rumit, tidak menelan mentah-mentah terhadap fakta yang tidak rasional (misalnya keuntungan tetap 10% rutin, meskipun telah nyata mereka terima dan telah berjalan beberapa waktu), tentu para calon korban itu akan bersikap reserve (hati-hati).

Sayangnya, bayangan keuntungan berlipat dalam waktu cepat, telah menjadikan gelap mata, pikiran menuli dan membuta. Jika perlu keuntungan yang telah diterima jangan dinikmati dulu, ditanam lagi, ditambah menjual aset lain yang dimiliki untuk mempercepat akumulasi keuntungan itu.  Di ujungnya, sikap dan tindakan itu telah mempertinggi tempat jatuh. Benar apa yang dikatakan Nabi :

 

عن أنس بن مالك – رضي الله عنه : قال : قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : حُبُّ الدنيا رأسُ كلِّ خَطِيئَة، وحبُّكَ الشيءَ يُعمي أو يُصِمُّ

 

Dari Anas bin Malik radliyallahu ‘anhu berkata, telah bersabda Rasulullah shallalLahu ‘alihi wa sallam : “Cinta dunia adalah sumber kesalahan, dan kecintaanmu itu telah menjadikanmu buta dan tuli”. (Jami’ al-Ushul fie Ahadits ar-Rasul, Ibnu Atsir).

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *