Kauniyah

Nikmat Mengunyah Makanan

Apa yang pertama kali kita lakukan saat makan? Ya, memasukkan makanan ke dalam mulut, mengunyahnya hingga lembut, baru kemudian, menelannya dengan nyaman. Apa jadinya jika kita menelan makanan yang masih utuh, tanpa mengunyahnya terlebih dahulu? Tentu saja, kita akan tersedak, bahkan saluran pernafasan kita dapat terganggu.

Tapi, proses mengunyah bukan sekadar proses melembutkan makanan. Ada proses yang cukup rumit di sana. Mari kita perhatikan.
Saat kita memasukan sesuap nasi, misalnya, kita akan langsung mengunyahnya. Lidah akan mengatur posisi nasi pada gigi geraham, yang siap melumat butiran-butiran nasi. Pada saat bersamaan, tanpa kita sadari, mulut mengeluarkan cairan saliva (ludah). Saliva mengandung enzim ptyalin (amilase) yang berfungsi mengubah zat tepung menjadi zat gula. Setelah lembut, makanan akan dikirim ke perut melalui melalui faring dan kerongkongan.

Cuma itu? Tentu saja tidak. Perhatikan bentuk gigi-gigi kita. Mereka berlainan bentuk, kan? Bentuk gigi kita sangat sesuai dengan kebutuhan kita. Saat mengunyah, kita menggunakan geraham. Gigi seri di bagian depan, kita gunakan untuk memotong makanan. Sedangkan giri taring yang runcing bermanfaat untuk merobek, seperti saat kita makan daging. Bayangkan, andai saja gigi kita sama bentuknya, atau terletak di tempat yang tidak semestinya, pasti sangat mengganggu kenyamanan makan kita. Subhanallah!

Dan yang tidak kita sadari, di bagian belakang lidah kita ternyata hidup sekelompok bakteri yang bermanfaat. Bakteri-bakteri ini bertugas membunuh kuman yang mencoba masuk ke lambung kita. Ada serangkaian proses rumit yang mendukung kerja bakteri ini. Pertama-tama, mereka mengubah zat nitrat dari makanan yang dikunyah mulut menjadi nitrit. Nitrit, yang bergabung dengan air liur yang dikeluarkan di dalam mulut, inilah yang memiliki sifat anti-mikroba. Adanya proses ini, membuat kita terlindung dari berbagai penyakit.

Inilah kemurahan dan kasih sayang Allah kepada manusia. Allah telah menciptakan tubuh kita dengan sempurna, dan memberi kita nikmat yang tak ternilai banyaknya. Bahkan, nikmat mengunyah makanan pun, adalah nikmat yang tak terhingga.
“Jika kalian hitung nikmat Allah, kalian tidak akan pernah dapat menghitungnya. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS An-Nahl: 18)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *