Doa

Pengampunan dari Sisinya

Allah Subhanahu wata’ala membuka al Qur’an dengan doa, yaitu doa tsana(doa pujian) pada ayat; alhamdulillahirabbil ‘aalamiin, arrahmaanirrahiim, maalikiyaumiddin. dan dua thalab (doa permintaan); iyyaka na’budu waiyyaka nasta’iin, ihdinash shiratal mustaqim. Kemudian menutup al Qur’an dengan dua surat muawidzatain, yang kedua surat ini adalah doa thalab yang mengandung doa tsana, memohon perlindungan kepada Allah Ta’ala Rabnya falaq dan Rabnya manusia dari keburukan-keburukan.

Begitu penting dan agung kedudukan doa dalam islam sehingga al qur’an di buka dan ditutup dengan doa, bahkan Rasulullah shallallahu’alaihi wasalam dalam banyak haditsnya yang shahih mengkhabarkan kedudukan mulia ibadah ini. beliau shallallahu’alaihi wasallam bersabda;

لَيْسَ شَيْءٌ أَكْرَمَ عَلَى اللَّهِ تَعَالَى مِنْ الدُّعَاءِ

“Tidak ada sesuatu yang lebih mulia di sisi Allah Ta’ala daripada doa.” (HR. Tirmidzi, Ibnu Majah, Ibnu Hibban, Hakim)

Ibnu Abbas Radhiallahu’anhuma meriwayatkan, bahwasanya Nabi Muhammad shallallahu’alaihi wasallam bersabda, “afdhalul ibadah ad du’a” “seutama utama ibadah adalah doa.” (HR. Hakim)

Maka tak heran, bila para sahabat bertanya kepada Nabi Muhammad shallallahu’alaihi wasallam tentang doa-doa yang bisa dipanjatkan dalam berbagai kesempatan, karena mereka radhiallahu’anhum sangatlah tamak akan kebaikan, dan sangat ingin kepada sesuatu yang bisa menyelamatkan dari neraka dan memasukkan ke dalam surgaNya.
Salah satu contohnya adalah pertanyaan Abu Bakar as shiddiq kepada Rasulullah shallalhu’alaihi wasallam;

عَنْ أَبِي بَكْرٍ الصِّدِّيقِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ أَنَّهُ قَالَ لِرَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلِّمْنِي دُعَاءً أَدْعُو بِهِ فِي صَلَاتِي قَالَ قُلْ اللَّهُمَّ إِنِّي ظَلَمْتُ نَفْسِي ظُلْمًا كَثِيرًا وَلَا يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلَّا أَنْتَ فَاغْفِرْ لِي مَغْفِرَةً مِنْ عِنْدِكَ وَارْحَمْنِي إِنَّك أَنْتَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ

Dari Abu Bakar Ash Shiddiq radliallahu ‘anhu, ia berkata kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam: “Ajarkanlah aku suatu do’a yang bisa aku panjatkan saat shalat,” Maka Beliau pun berkata: “Bacalah ‘ALLAHUMMA INNII ZHALAMTU NAFSII ZHULMAN KATSIIRAN WA LAA YAGHFIRUDZ DZUNUUBA ILLAA ANTA FAGHFIRLII MAGHFIRATAN MIN ‘INDIKA WARHAMNII INNAKA ANTAL GHAFUURUR RAHIIM (Ya Allah, sungguh aku telah menzhalimi diriku sendiri dengan kezhaliman yang banyak, sedangkan tidak ada yang dapat mengampuni dosa-dosa kecuali Engkau. Maka itu ampunilah aku dengan suatu pengampunan dari sisi-Mu, dan rahmatilah aku. Sesungguhnya Engkau Maha Pengampun lagi Maha Penyayang).” (HR. Bukhari dan Muslim)

Mengaku bersalah dan mengaku kurang sempurna dalam menjalankan ketaatan adalah perangai orang-orang shaleh, bahkan para Nabi pun telah mencontohkannya, Nabi Adam ‘alaihissalam berdoa :

رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ

“Ya Rabb Kami, Kami telah Menzalimi diri Kami sendiri, dan jika Engkau tidak mengampuni Kami dan memberi rahmat kepada Kami, niscaya pastilah Kami Termasuk orang-orang yang merugi.” (QS. Al A’raf: 23)
Begitu pula doanya Dzun Nuun (Nabi Yunus) ‘alaihissalam :

لا إلَهَ إلاّ أنْتَ سُبْحَانَكَ إنّي كُنْتُ مِنَ الظّالِمِينَ

“Tidak ada Ilah yang berhak di ibadahi selain Engkau. Maha suci Engkau, Sesungguhnya aku adalah Termasuk orang-orang yang zalim.” (QS. Al Anbiya: 87)

Kita semua pasti tidak bisa lepas dari kesalahan dan dosa, selama ruh ada di jasad maka setan akan selalu berusaha menggelincirkan manusia dari jalan al haq. Namun dengan mengakui kesalahan dan dosa yang kita perbuat, lisan kita siap untuk memohon ampun kepada Allah azza wajalla, sebaliknya bila kita tidak tahu dan mengakui dosa bagaimana lisan kita bisa memohon ampun?, padahal siapa yang memohon ampun kepada Allah, maka pasti Allah akan mengampuninya, sebagaimana sabda Nabi Muhammad shallallahu’alaihi wasallam :

إِنَّ الشَّيْطَانَ قَالَ وَعِزَّتِكَ يَا رَبِّ لَا أَبْرَحُ أُغْوِي عِبَادَكَ مَا دَامَتْ أَرْوَاحُهُمْ فِي أَجْسَادِهِمْ قَالَ الرَّبُّ وَعِزَّتِي وَجَلَالِي لَا أَزَالُ أَغْفِرُ لَهُمْ مَا اسْتَغْفَرُونِي

“Sesungguhnya setan berkata; “Demi kemuliaan-Mu wahai Rabb, aku senantiasa akan menggelincirkan hamba-hamba-Mu selama ruh mereka masih ada di dalam jasad-jasad mereka, ” maka Rabb berfirman: “Demi kemuliaan dan keagungan-Ku, Aku akan senantiasa mengampuni mereka selama mereka meminta ampun kepada-Ku.” (HR. Ahmad)

Dengan mengucapkan doa ini, seorang hamba memantapkan aqidahnya, bahwasanya tiada yang bisa menutupi aib dan dosa serta tiada yang bisa mengampuninya kecuali Allah azza wa jalla saja.

Doa adalah ibadah yang utama, ketika dipanjatkan dalam ibadah shalat maka bertambahlah keagungan dan istijabahnya. Dua tempat yang Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam menganjurkan kepada kita untuk banyak berdoa dan memilih doa yang kita sukai ketika sholat; pertama dalam sujud.

“..sedangkan ketika sujud, maka berusahalah bersungguh-sungguh dalam doa, sehingga layak dikabulkan untukmu.” (HR. Muslim)

Dan yang kedua ketika tasyahud, yaitu setelah membaca bacaan tasyahud.
“..Hendaklah salah seorang dari kalian memilih doa yang disukainya, dan hendaklah ia berdoa kepada Allah ‘azza wajalla.” (HR. Nasai)

Semoga Allah memudahkan kita semua untuk bersungguh sungguh berdoa ketika mendirikan shalat., allahumma amin.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *