Jarhah

Seputar Ta’aruf

Assalamu’alaikum warahmatullahi wa barakatuh

Ustadz, mohon maaf jika apa yang saya sampaikan membuat Ustadz tidak berkenan. Saya pemuda 27 tahun, lajang dan sedang menjalani ta’aruf dengan seorang akhwat. Saya berencana menemui orangtuanya namun belum memungkinkan. Si akhwat sendiri menyarankan saya untuk menunda kunjungan karena orangtuanya sudah ada pandangan jodoh untuknya.
Ustadz, sehari sebelum rencana kunjungan saya, ikhwan yang diharapkan orangtua akhwat itu datang untuk melamar tanpa pemberitahuan lebih dulu. Si akhwat bersikeras untuk menolaknya, tapi masyarakat akan mengucilkan keluarganya jika menolak karena mereka mengenali si ikhwan sebagai calon suaminya.

Orangtua si akhwat memaksa putri mereka untuk menerima lamaran itu, sedang beberapa hari kemudian saya tahu bahwa ikhwan itu juga terpaksa melamar karena desakan orangtuanya. Dia bahkan sudah ta’aruf dengan akhwat yang lain.
Ustadz, kami bertiga berencana untuk bertemu membuka hati dan pikiran. Dan saya mohon nasihat Ustadz untuk saya pribadi. Semoga Allah memberkahi Ustadz.

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wa barakatuh
Ikhwan di Selatan Jawa

Wa’alaikum salam warahmatullahi wa barakatuh
Ikhwan yang baik, pada dasarnya pernikahan menghajatkan keridhaan kedua belah pihak agar bisa berjalan dengan baik, dengan atau tanpa cinta. Hal ini karena selain jangka waktu pernikahan yang lama, juga karena ia lebih banyak bermain di wilayah tanggung jawab, komitmen, dan perasaan. Sulit membayangkan sakinah akan singgah ke sebuah keluarga jika masing-masing pihak merasa terpaksa menjalaninya. Kecuali mereka berbesar hati atas takdir Allah dan berhusnuzhan bahwa itulah yang terbaik untuk mereka.

Tetapi, seringkali apa yang kita ingin dan rencanakan tidak selalu berjalan mulus jika ada pihak-pihak lain ikut terlibat. Di antaranya orangtua atau masyarakat sekitar. Dalam hal ini kita bukan hanya bermain dengan perasaan, namun dengan akal sehat untuk menghitung manfaat dan madharat sebelum memutuskan masalahnya. Agar madharat terkecillah yang terjadi dan semua tidak melanggar syariat.

Saya rasa, rencana untuk bertemu bertiga sangat baik agar bisa mendengarkan sudut pandang semuanya dan memilih yang terbaik. Sebaiknya juga dihadirkan pihak keempat agar bisa memberi pertimbangan yang adil. Namun saran saya, sebaiknya masing- masing melakukan shalat istikharah dahulu agar jangan memutuskan semuanya karena nafsu atau terburu-buru. Karena hakikatnya kita tidak pernah tahu rahasia yang ghaib dan apa yang terbaik bagi kita di masa depan. Sebab bisa jadi, pada apa yang kita benci, tersimpan kebaikan yang banyak di dalamnya.

Semoga Allah memberi kemudahan dan menguatkan hati kita untuk berlapang dada menerima apapun pilihannya nanti.
Wassalamu ‘alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *