AbawiyahKeluargaUsroh

Hafalan-Hafalan Bagi Anak

Every child is genius. Setiap anak terlahir jenius. Anak memiliki kemampuan akal yang masih murni dan belum terbebani banyak pikiran. Usia kanak-kanak sering disebut sebagai golden age, usia emas, karena pada usia tersebut kemampuan menghafal anak lebih tinggi daripada orang dewasa. Apa yang dipelajari dan dihafal anak di waktu kecil juga akan membekas hingga ia dewasa. Kita ingat kisah Nabi Yusuf alaihissalam, beliau terpisah dari ayahnya sejak kecil ketika dimasukkan sumur oleh kakak-kakanya. Namun, pelajaran iman dari sang ayah masih membekas hingga kelak beliau dewasa dan mendapat godaan dari seorang wanita bangsawan.

Kalau kita perhatikan mayoritas anak-anak kaum muslimin hari ini, rata-rata anak senang mendendangkan lagu, menirukan iklan, dan menghafal nama-nama artis. Hanya sedikit dari mereka yang menggunakan potensi akalnya untuk sesuatu yang bermanfaat. Disinilah peran orang tua untuk mengarahkan dan membimbing anak-anaknya. Sebab, anak pada usia dini belum dapat menentukan apa yang baik (berguna) dan yang buruk (tidak berguna) bagi dirinya.

Lantas apa yang perlu kita ajarkan agar dihafal oleh anak-anak kita

1.Al-Qur’an

Rasulullah bersabda, “Barangsiapa memabaca al-Qur’an, mengajarkannya, dan mengamalkannya maka pada hari kiamat akan dikenakan kepadanya mahkota yang terbuat dari cahaya. Sinarnya laksana sinar matahari. Orang tuanya akan diberi pakaian dari dua perhiasan yang tidak ada di dunia ini. Kedua orang tuanya bertanya, “Sebab apa kami diberi pakaian ini? Dijawab, “Karena anak kalian telah mengambil al-Qur’an.” (HR. Hakim).

Para shahabat dan orang-orang shalih terdahulu telah menghafal al-Quran sejak mereka masih kecil. Ibnu Abbas, seorang shahabat senior pernah menuturkan, “Rasulullah wafat sedangkan aku baru berusia 10 tahun. Aku telah membaca al-Qur’an.”

Mush’a bin Saad bin Abi Waqash berkata, “Ketika ayahku mendengar hadits Rasulullah, ‘Sebaik-baik kalian adalah yang belajar al-Qur’an dan mengajarkannya.” (HR. Ahmad).

Ayahku mendudukkanku di hadapannya dan berkata, ‘Mushab, bacalah al-Qur’an yang telah kamu hafal’.”

Imam Asy-syafii menuturkan, “Aku hafal al-Quran ketika usiaku tujuh tahun.”

Sahl bin Abdulla at-tastari mengatakan, “Aku belajar al-Qur’an dan telah menghafalnya ketiak usiaku enam atau tujuh tahun.”

Seorang hakim yang berwibawa, Isa bin Miskin, setiap bada Ashar memanggil dua putrinya dan keponakannya untuk menghafal al-Qur’an.

2.Hadits

Orang tua dan guru hendaknya memilihkan hadits-hadits shahih yang pendek dan memiliki makna yang mudah selaras dengan masa kanak-kanak. Hasan bin Ali bin Abi Thalib pernah ditanya, “Apa yang telah engkau hafal dari Rasulullah?” Ia menjawab, “Aku hafal dari beliau:

دَعْ مَا يُرِيْبُكَ اِلَى مَا لَا يُرِيْبُكَ فَاِءنَّ الصِّدْقَ طُمَأْنِيْنَةٌ وَاِنَّ الْكَذِبَ رِيْبَةٌ

“Tinggalkan apa yang meragukanmu untuk beralih kepada yang tidak meragukanmu. Sesungguhnya kejujuran adalah ketenangan sedangkan kedustaan adalah keragu-raguan.” (HR. Tirmidzi).

3.Doa dan dzikir

Orang tua perlu mengajarkan doa dan dzikir terkait dengan amal keseharian sang anak untuk mereka hafalkan. Misalnya doa makan, doa masuk WC, doa ketika hendak tidur dan bangun tidur, doa naik kendaraan, bacaan shalat, dan doa-doa penting lainnya.

Di antara cara yang paling efektif adalah memberikan teladan sehingga anak melihat dan mendengar langsung orang dewasa melafalkannya di waktu-waktu tertentu secara terus menerus.

Doa yang diajarkan oleh Rasululalh kepada Ibnu Abbas kecil ketika hendak makan, “Samillah, ucapkan bismillah…” terus terngiang di telinga Ibnu Abbas hingga ia tak pernah meninggalkan pesan Rasulullah tersebut.

4.Syair dan Nasyid

Tidak mengapa memotivasi anak untuk menghafal beberapa syair dan nasyid yang dipilih dari syair yang baik. Misalnya syair yang meniupkan semangat, pendidikan akhlak, sejarah, dan mengajarkan al-wala wal bara’ kepada Allah, Rasul, dan kaum muslimin. Hindarkan anak dari syair yang mengandung unsur pornografi dan cinta yang banyak beredar saat ini. Meskipun lagu cinta itu dibalut dengan cover yang Islami.

Orang tua dapat mengambil syair dari Diwan Syafii misalnya. Atau nasyid-nasyid yang penuh semangat juang, persaudaraan, dan memberikan nilai-nilai dan ilmu yang bermanfaat bagi anak. Sebagai catatan, jangan sampai nasyid-nasyid tersebut melalaikan dari al-Quran dan hadits Rasulullah.

Orang tua perlu juga mengajarkan kalimat hikmah dari salafush-shalih untuk dihafalkan. Ungkapan yang mengandung arahan kepada adab tertentu, nasihat, atau yang lainnya. Misalnya nasihat Ibnu Mas’ud,

مَنْ أَعْطَى خَيْرًا فًاللهُ أَعْطَاهُ وَمَنْ وَقَى شَرًّا فَاللهُ وَقَاهُ

“Barang siapa memberi kebaikan maka Allah akan memberinya kebaikan. Barang siapa mencegah keburukan maka Allah akan menjaganya dari keburukan.”  Atau kata hikmah lainnya.

Bagi para orang tua, anak adalah amanah. Kelak kita akan ditanya perihal mereka di hari kiamat. Bila kita mendidik mereka untuk menjadi baik maka ia akan menjadi penyokong amal kebaikan kita hingga ketika kita tiada. Rasulullah bersabda bahwa bila seorang meninggal, terputuslah amalannya kecuali tiga hal, diantaranya anak shalih yang mendoakannya. Wallahua’lam.

 

(bahri)

 

   

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *