Muhasabah

Berproses dan Bersiap Menemukan

Sebuah proses pencapaian, seringkali jauh lebih penting daripada hasilnya. Hal yang tentu saja sulit mengingat kegemaran kita akan sesuatu yang nikmat dan cepat, mudah tanpa lelah, praktis tidak ribet, alih-alih berjuang dalam masa yang panjang, atau menunggu dengan kesabaran. Sedang syahwat yang bergolak oleh sinyal-sinyal nikmat yang menjanjikan, seringkali tak berdaya melawannya.

Pada perjalanan proses, kita akan menemukan kesadaran tentang arti perubahan kebaikan yang hakiki. Bukan semata pengejaran hasil yang kadang membuat kita pongah karena merasa hebat, atau malah jatuh luluh lantak karena merasa gagal. Ia juga bukan tentang seberapa kita bisa memanjakan hasrat akan kenikmatan, atau bagaimana khalayak ramai memberi tanggapan. Ia adalah murni pembuktian kualitas iman, bukan syahwat yang mencari pembenaran.

 

BACA JUGA: Khutbah Jumat: Hati Gersang Karena Iman Telah Usang

 

Karena kita tahu bahwa hasil yang tampak memukau tidak selalu paralel dengan kerja rumit, sulit dan juga benar. Dan kegagalan juga bukan berarti karena malas atau salah. Terlalu banyak rahasia dan rencana dari Sang Khaliq, dan kita terlalu bodoh dan picik. Juga, karena kita percaya bahwa semua pencapaian adalah ujian, seperti apapun penampakannya, serta seperti apa jua reaksi diri kita saat menemukannya. Sebab bagi hamba beriman, semuanya bukanlah persoalan besar asalkan bisa menyikapi dengan benar.

Proses yang benar adalah bukti komitmen atas nilai kebenaran yang diyakini. Penyerahan diri dalam bentuk tindakan sebab percaya sempurnanya petunjuk dari Yang Mahaberilmu, juga kepasrahan total tentang hasil yang akan dipanen. Bahwa itulah perolehan terbaik dalam keyakinan akan berbagai hikmah yang mengiringinya, juga kemampuan menghadapinya. Bahwa Allah, juga pasti tidak akan pernah mengkhianati kepatuhan hamba-Nya. Dimana Dia pernah bersumpah akan memberi bahkan sebelum para hambaNya meminta, dan mengabulkan sebelum mereka berdoa, asalkan mereka dalam kepatuhan kepadaNya. Karena Dia tahu apa yang menjadi kebutuhan manusia melebihi pengetahuan mereka tentangnya.

Akhirnya, proses adalah benarnya urutan tindakan dan penjiwaan dalam langkah-langkah yang diambil. Ibarat membuat adonan tepung, yang meski dengan komposisi bahan yang sama, namun berbeda dalam urutan tindakan dan takarannya, bisa menjadi sangat jauh berbeda hasilnya. Proses membingkai tindakan agar tak acak, atau hanya rangkaian kosong yang melelahkan dan tidak asal bergerak, hingga kehilangan alasan kenapa harus ada prioritas dan kecintaan. Dalam tataran penghambaan, ia adalah ittiba’ atau peneladanan kepada Rasulullah sebagai aturan mainnya, juga ikhlas sebagai jiwanya.Inilah harga mati yang tidak bisa ditawar agar pencapaian tak terasa hambar dan kegagalan masih berpunya makna.

Agar semuanya tidak berubah serupa debu beterbangan, sebab ditolak Sang Penguasa alam. Sebab apa yang kita temukan adalah hasil dari apa yang kita jalani.

 

 

 


Baca juga artikel menarik lainnya di Majalah islam ar-risalah. Belum punya majalahnya? Segera dapatkan di keagenan terdekat di kota Anda, atau hubungi kami di: 0852 2950 8085     

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *