AbawiyahKeluarga

Helicopter Parents, Mengenal Orang Tua yang Over Protektif

Suatu ketika penulis pernah merasa tercengang. Seorang ibu dengan wajah marah mendatangi saya. Pasalnya, di wajah anak lelakinya terdapat bekas cakaran yang diduga akibat kuku panjang anak lelaki saya. Meski telah berulang kali meminta maaf, tapi ternyata persoalannya tidak semudah itu. Si ibu masih menyimpan dendam, meski anak telah berkalung pundak.

Sebenarnya ini adalah masalah klasik. Terus berulang, terutama pada keluarga muda atau pada orang tua yang over protektif kepada anaknya. Memang, setiap orang tua bertanggung jawab penuh atas anak-anaknya. Bahkan para orang tua, kelak akan dimintai pertanggungjawaban terkait amanah yang diberikan Allah ini. Maka tak heran bila setiap orang tua akan memberikan perlindungan yang optimal terhadap buah hatinya. Bila perlu dengan super maximum security sehingga anak benar-benar bersih dari ‘virus’ yang berasal dari luar.

Baca Juga: Beberapa Kiat Agar Anak Berbakti Kepada Orangtua

Akan tetapi di belahan hati yang lain, terkadang anak justru merasa tak nyaman dengan perlakuan orang tua –yang sebenarnya memiliki maksud yang baik ini. Sehingga tanpa disadari, kemudian merenggut kreativitas mereka yang berakibat pada banyak hal. Seperti ketergantungan terhadap orang lain, mudah cemas, kurang dewasa, dan tidak pandai menyelesaikan hal-hal yang mendasar. Belum lagi bila kemudian orang tua membatasi ruang bergaul anak, agar terhindar dari ‘teman yang nakal’ tadi. Si anak menjadi tidak terampil bersosialisasi, entah karena egois  atau tidak memiliki rasa percaya diri.

 

Apakah itu Helicopter Parents?

Mungkin Anda pernah mendengar tentang helicopter parents. Ialah sebutan bagi orang tua yang over protective terhadap buah hatinya. Bisa jadi keadaan tersebut lahir tanpa unsur kesengajaan. Sebagaimana telah disebutkan tadi, wajar bila orang tua memberikan perlindungan dan perhatian kepada anak-anaknya. Namun jika model pengasuhannya over protektif, bisa jadi kesempatan anak untuk belajar menghadapi tantangan hidup, mengambil keputusan, atau menyelesaikan masalah akan hilang.

 

[bs-quote quote=” “Hadiah terpenting dan terindah dari orang tua pada anak-anaknya adalah tantangan”” style=”default” align=”left” color=”#2878bf”][/bs-quote]

Dalam tulisannya, Rhenald Kasali mengutip ucapan Carol Dweck –psikolog Stanford University,  “Hadiah terpenting dan terindah dari orang tua pada anak-anaknya adalah tantangan”. Baik itu berupa kesulitan-kesulitan hidup karena gesekan dengan teman sebaya sampai pada kegagalan-kegagalan yang akhirnya membuka pintu kesuksesan. Ini bertolak belakang dengan kebanyakan pandangan orang tua, yang selalu ingin mengambil alih (baca: turut campur) segala persoalan anak. Kesalahan anak membuat orang tua resah, sebaliknya rasa bangga berlebihan pun muncul ketika anak mengalami kemudahan dalam berbagai hal.

 

Tanda-Tanda Helicopter Parents

Boleh jadi, Anda bukan orang yang over protektif  kepada anak. Namun tak ada kelirunya bila kita mengenali tanda-tandanya. Karena tidak mesti orang tua yang ‘tahan’ dengan setiap rengekan anak bukan orang tua yang over protektif.

  1. Helicopter Parents akan menganggap bahwa tugas utamanya adalah meminimalisir rasa sakit dalam kehidupan anak. Misalnya melarang mereka bersepeda di luar rumah karena takut jatuh di jalanan beraspal, selalu meminta si Kecil untuk berpakaian lengkap meski di tengah terik matahari karena khawatir akan digigit serangga, dan lain-lain.
  2. Para orang tua yang over protektif akan senantiasa merekomendasikan bahwa si kecil akan tumbuh dengan baik apabila mereka selalu merasa bahagia sepanjang hidupnya. Tidak ada kata gagal dalam hidupnya.
  3. Orang tua seperti ini tidak akan pernah menerima kenyataan bahwa buah hatinya pernah merasakan rasa sakit atau ditanggapi negatif oleh orang lain.
  4. Helicopter Parents selalu berusaha meng-intervensi kehidupan sosial anak-anaknya. Boleh jadi bermula dari hanya sekedar mendengarkan masalah dan berusaha memberikan panduan. Namun tanpa disadari orang tua terus masuk dalam kehidupan anaknya dengan memaksakan pendapat untuk semua permasalahannya.
  5. Orang tua terus menerus memantau saat anak berada di luar rumah, hingga mungkin kecemasan orang tua-lah yang justru menjadi akar masalah.

 

Tips Agar tidak Over Protektif

 

  1. Jangan terburu-buru mencampuri urusan mereka.

Misalnya ketika anak gagal memasuki sekolah yang menjadi impiannya. Biarkan mereka memahami pelajaran hidup yang harus ditempuh untuk belajar bertanggung jawab atas setiap kegagalan pada pilihan yang diambil. Namun ironisnya orang tua over protektif seringkali terlalu mencampuri kehidupan anak-anaknya demi menghindarkan mereka dari pengalaman negatif. Padahal sebagai orang tua, kita perlu membiarkan mereka untuk bebas menyelesaikan masalahnya sendiri. Agar kelak mereka kuat dan terampil dalam kehidupannya.

  1. Ajarkan mereka cara menguasai dan menyelesaikan masalah atau perselisihan yang dialami. 

Daripada orang tua yang memecahkan masalah mereka, lebih baik cobalah ajari  bagaimana menyelesaikannya. Karena orang dewasa biasanya lebih suka mencari kambing hitam ketika terjadi konflik dengan orang lain. Maka biarkan anak-anak mengalami emosi sepenuhnya. Benar, orang tua mana yang tega melihat buah hatinya kecewa; tapi ia juga perlu tahu bahwa tidak semua orang dapat memenuhi keinginannya.

Nah, apakah Anda termasuk orang tua yang over protektiff?

 

Oleh: Redaksi/Parenting Islami

.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *