Aqidah

Mulia Dengan Islam

Agama Islam merupakan agama terakhir dari seluruh agama yang pernah Allah turunkan ke muka bumi ini. Melengkapi agama samawi yang dibawa oleh para Nabi dan Rasul sebelum Nabi Muhammad. Sehingga Islam adalah satu-satunya agama yang Allah terima dan Allah ridhai. 

إِنَّ الدِّينَ عِنْدَ اللَّهِ الْإِسْلَامُ وَمَا اخْتَلَفَ الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ إِلَّا مِنْ بَعْدِ مَا جَاءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًا بَيْنَهُمْ وَمَنْ يَكْفُرْ بِآيَاتِ اللَّهِ فَإِنَّ اللَّهَ سَرِيعُ الْحِسَابِ

 Sesungguhnya agama (yang diridhai) disisi Allah hanyalah Islam. Tiada berselisih orang-orang yang telah diberi Al Kitab kecuali sesudah datang pengetahuan kepada mereka, karena kedengkian (yang ada) di antara mereka. Barangsiapa yang kafir terhadap ayat-ayat Allah maka sesungguhnya Allah sangat cepat hisab-Nya(QS. ali-Imran: 19)

Dalam tafsirnya Ibnu Katsir mengatakan : “Tidak ada satupun agama dimuka bumi ini yang diterima oleh Allah  selain agama Islam. Islam adalah agama yang dibawa oleh semua Rasul, telah sempurna dengan diutusnya Nabi Muhammad. Barangsiapa yang mati setelah diutusnya Nabi Muhammad dengan memeluk agama selain Islam maka Allah tidak akan menerimanya”  (tafsir al-Qur’an al-‘adzim, 2/25)

Agama Islam diturunkan di tanah Arab disaat kebobrokan dan kehancuran moral tengah melanda bangsa Arab, membawa masyarakatnya dari zaman keterpurukan menjadi sebuah bangsa yang berperadaban. Tanpa memilih dan memilah si kaya dan si miskin, rakyat jelata atau para raja, berkulit hitam maupun berkulit putih.

Meskipun diturunkan di Tanah Arab, Arab bukanlah patokan standar kebenaran Islam. Allah menjadikan Al-Qur’an dan hadits sebagai pedoman dan panduan hidup bagi seluruh manusia. Agama islam tidak pernah membedakan ras, suku dan bangsa. orang yang paling mulia di dalam islam adalah orang yang paling bertakwa kepada Allah

…إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ

“ …Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling takwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal” (QS. al-Hujurat:13)

Agama Islam cocok dan bisa terima disetiap tempat dan waktu. Namun, sebelumnya ada dua hal yang harus diperhatikan oleh ummat Islam. Pertama, dalam Islam ada perkara-perkara yang bisa berubah seiring waktu dan perubahan dinamika kehidupan manusia, perkara ini terletak pada perkara yang bersifat fiqih dan pada perkara yang para ulama berbeda pendapat (furu’iyah), adapula perkara yang bersifat baku atau ushuli (dasar-dasar) yang tidak mengalami perubahan sampai kapanpun, perkara ini terletak pada perkara aqidah yang berhubungan dengan keyakinan atau keimanan.

Perbedaan yang terjadi pada perkara-perkara fiqih adalah hal yang diperbolehkan dalam islam dan ini merupakan rahmat Allah bagi manusia. Sebagaimana firman Allah:

يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُمْ مِنْ ذَكَرٍ وَأُنْثَى وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا 

Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal…” (QS. al-Hujurat:13)

Perbedaan yang kedua adalah perbedaan dalam masalah aqidah dan keyakinan dasar. Perkara ini tidak diperbolehkan dalam Islam, ummat Islam wajib bersatu,  berbeda dalam perkara ini keislamannya akan berdampak buruk bagi keimanannya. Allah berfirman:

وَاعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللَّهِ جَمِيعًا وَلَا تَفَرَّقُوا وَاذْكُرُوا نِعْمَتَ اللَّهِ عَلَيْكُمْ إِذْ كُنْتُمْ أَعْدَاءً فَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوبِكُمْ فَأَصْبَحْتُمْ بِنِعْمَتِهِ إِخْوَانًا

Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara…” (QS. ali-Imran:103)

Inti kekuatan kaum muslimin ada pada persatuan dan kesatuan mereka yang dibangun diatas landasan aqidah yang benar dan sesuai dengan al-Qur’an dan sunnah. Selama ummat islam bersatu dan berpedoman kepada al-Qur’an dan sunnah, agama Islam tidak akan terkalahkan oleh bangsa dan peradaban manapun. Tetapi, ketika kaum muslimin berpecah belah dan mulai cenderung kepada dunia maka Allah akan menghinakan kaum muslimin dihadapan musuh-musuhnya.

Perkara inilah yang sangat dipahami oleh musuh-musuh Islam, bersatunya Islam merupakan sebuah momok dan bencana besar bagi orang kafir, mereka tidak akan pernah rela melihat ummat ini bersatu padu, orang kafir tidak ingin peradaban islam kembali bangkit mereka selalu mencari seribu cara untuk memecah belah dan menjauhkan ummat Islam dari pedoman hidupnya yaitu al-Qur’an dan as-Sunnah. Allah berfirman :

وَلَنْ تَرْضَى عَنْكَ الْيَهُودُ وَلَا النَّصَارَى حَتَّى تَتَّبِعَ مِلَّتَهُمْ قُلْ إِنَّ هُدَى اللَّهِ هُوَ الْهُدَى وَلَئِنِ اتَّبَعْتَ أَهْوَاءَهُمْ بَعْدَ الَّذِي جَاءَكَ مِنَ الْعِلْمِ مَا لَكَ مِنَ اللَّهِ مِنْ وَلِيٍّ وَلَا نَصِيرٍ

 Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka. Katakanlah: “Sesungguhnya petunjuk Allah itulah petunjuk (yang benar)”. Dan sesungguhnya jika kamu mengikuti kemauan mereka setelah pengetahuan datang kepadamu, maka Allah tidak lagi menjadi pelindung dan penolong bagimu” (QS. al-Baqarah:120)

Orang-orang kafir berusaha memutus mata rantai yang akan membuat kuat aqidah dan persatuan kaum muslimin. Caranya adalah dengan menjauhkan mereka dari pedoman hidupnya yaitu al-Qur’an dan sunnah Rasulullah. Samuel Zwemmer, seorang tokoh Yahudi berkata dalam pidatonya di Yerussalem tahun 1935 berkata “…perlu saudara-saudara ketahui adalah bahwa tujuan misi yang telah diperjuangkan bangsa Yahudi dengan mengirim saudara-saudara ke negeri-negeri Islam, bukanlah untuk mengharapkan kaum muslim beralih ke agama Yahudi atau Kristen. Bukan itu. Tetapi tugasmu adalah mengeluarkan mereka dari islam, menjauhkan mereka dari islam, dan tidak berpikir mempertahankan agamanya. Di samping itu saudara-saudara harus menjadikan mereka jauh dari keluhuran budi, jauh dari watak yang baik…”

Dari sinilah kemudian aliran-aliran yang merusak aqidah islam berkembang pesat. Terjadinya infiltrasi Liberalisme, Sekularisme, dan Pluralisme kedalam dunia Islam menjadi hal yang harus kita wasapadai, terutama kepada generasi muda muslim yang masih labil. Semua pemahaman itu menggiring kepada tasykik (keraguan) terhadap agama sendiri. Sehingga mengasilkan fikiran untuk mendekontruksi al-Qur’an dan mengkaji ulang seluruh tafsir para ulama karena penafsiran mereka sudah tidak relevan lagi dengan perkembangan zaman dan tidak mampu menjawab berbagai macam problematika kontemporer.

Setelah ummat Islam jauh dari al-Qur’an dan Sunah, dan kehancuran generasi Islam telah mulai nampak. Berbagai kasus seperti maraknya perzinahan, tawuran, kasus narkoba, belakangan kasus kampanye LGBT yang jelas dilarang oleh syari’at Islam menjadi perbincangan hangat di tengah massa ummat Islam,  menjadi pertanda bahwa jika suatu generasi sudah meninggalkan aturan Allah, tidak lagi mempedulikan halal dan haram maka kehancuranlah yang akan didapat. Di sisi lain, dalam dunia pemikiran  dimunculkan pula berbagai istilah-istilah baru seperti Islam Radikal, Islam garis keras, Ektrimis,  Islam ala Nusantara, Islam versi Liberal dan lainnya, yang tidak lain tujuannya hanya untuk memecah belah Islam.

Dalam al-Qur’an, Allah telah menetapkan bahwa ummat Islam adalah ummat yang terbaik sepanjang masa. Allah berfirman :

كُنْتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَتُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَلَوْ آمَنَ أَهْلُ الْكِتَابِ لَكَانَ خَيْرًا لَهُمْ مِنْهُمُ الْمُؤْمِنُونَ وَأَكْثَرُهُمُ الْفَاسِقُونَ

“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik  (QS. ali-Imran:110)

Para ulama mufassirin menjelaskan bahwa ummat Islam dilahirkan dari sebaik-baik manusia untuk ummat yang terbaik. Namun semua itu tidak berlaku, jika ummat Islam meninggalkan amar ma’ruf dan nahyi munkar dan saling nasehat-menasehati antara satu dengan yang lain.

Serupa dengan ayat diatas Allah juga menegaskan dalam surat al-Ashr:

إِنَّ الْإِنْسَانَ لفي خُسْرٍ، إِلَّا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ

“Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran(QS. al-Ashr: 2-3)

 Mengenai surat ini Imam Syafi’i berkata,“ Seandainya Allah hanya  menurunkan surat ini dalam al-Qur’an, tentu itu sudah cukup”.  Ini menunjukkan kepada kita urgensi sebuah nasehat bagi seorang muslim, karena sangat wajar sekali kita sebagai pribadi muslim lupa akan hal ini, memang kita hanya manusia biasa yang tak luput dari salah dan lupa. Dan manusia Allah adzab bukan karena kesalahan dan kealpaannya. Akan tetapi diadzab karena kengganannya untuk memperbaiki kesalahan layaknya kaum Yahudi.

Kejayaan ummat ini akan bangkit kembali ketika ummat ini diingatkan, dinasehati dan dibimbing untuk menyadari kemuliaan agamanya, sehingga tidak silau dengan berbagai ragam ideologi diluar islam. Kuncinya ada ditangan para ulama rabbani yang ikhas. Maka, tak heran jika hari ini musuh-musuh Islam mulai melirik para ulama dan mencoba mengebiri peran mereka ditengah ummat. Meski begitu kita harus tetap yakin, orang kafir memang mempunyai makar, tapi Allahlah sebaik-baik pembuat makar. Wallahu a’lam.

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *