Hadharah

Nusantara dalam Sejarah Islam Dunia

Penulisan Sejarah meski diarahkan agar netral (obyektif), namun faktanya sering tidak netral, karena untuk kepentingan tertentu. Terutama akibat cara pandang Filsafat Barat yang empiris-rasionalis, menolak wahyu. Sebagai Muslim, tidak ada yang lebih benar dalam memandang sejarah, kecuali dengan dasar ayat-ayat Al-Qur’an dan As-Sunnah. Demikian pula, memandang sejarah Islam di Nusantara, mesti dengan dasar keduanya. Oleh karena sejarah perdaban manusia di dunia adalah sejarah Islam seluruhnya, sejak Nabi Adam ‘as hingga hari kiamat.

 

Pentingnya Belajar Sejarah Islam

Sesungguhnya sejarah memiliki peran sangat besar menanamkan pemikiran, merubah cara pandang dan membangkitkan semangat hingga mampu menggerakkan suatu peradaban dan mengubahnya menjadi peradaban lain. Tujuan terpenting belajar sejarah adalah menimbulkan rasa harap dan takut. Harapan mengikuti jejak kaum beriman seperti dalam sejarah para Nabi dan Rasul. Rasa takut, khawatir bila mengikuti langkah setan dalam wujud jin maupun manusia seperti sejarah para pembangkang (kafirin, musyrikin dan munafiqin). Tidak heran jika masa kenabian Muhammad ﷺ, ayat-ayat Al-Qur’an tentang berbagai kisah terdahulu diturunkan untuk memahamkan perjalanan dakwah para Rasul dan pengikutnya. Sikap kaum terbelah menjadi dua kubu yang selalu berseteru: antara keimanan yang akan membawa ke surga dan kekufuran yang berakibat masuk neraka, kekal untuk selamanya.

 

Kewajiban Belajar Sejarah

Pada Ramadhan, Al-Qur’an diturunkan sebagai petunjuk hidup manusia, menjadi al-Furqan (pembeda haq dan batil). Al-Qur’an adalah kalam Allah, diturunkan ke Nabi Muhammad ﷺ melalui Jibril. Al-Qur’an terdiri 30 juz (114 surat atau 6.236 ayat). Sebagian besar isinya berupa kisah-kisah (sejarah), bahkan surat ke-28 adalah Al-Qashash (kisah-kisah).

Surat Al-Fatihah (pembuka Al-Qur’an) sebagai ummul kitab (induk Al-Qur’an) dan al-sab’u al-matsani (7 ayat diulang bacaannya). Setiap Muslim diwajibkan membaca Al-Fatihah di setiap raka’at dalam shalat. Bahkan shalat tidak sah tanpa membaca Al-Fatihah. Oleh karena itu, lebih dari 1440 tahun yang lalu, seluruh umat Islam dunia membacanya 17 kali dalam shalat wajib sehari semalam. Setiap muslim menyatakan bahwa Allah Maha Pemurah dan Penyayang, sebagai Rabb semesta alam yang memiliki segala pujian, menguasai hari pembelasan serta hanya kepada-Nya ditujukan ibadah dan hanya kepada-Nya memohon pertolongan.

Tidak mungkin bagi seorang Muslim untuk dapat memahami jalan yang lurus, jalannya orang-orang yang telah diberi nikmat oleh Allah, kecuali dengan mempelajari sejarah kehidupan para Nabi, orang-orang shiddiq, orang-orang yang mati syahid dan orang-orang sholih yang telah berlalu di atas muka bumi.

Demikian pula, tidak mungkin memahami jalannya orang-orang yang dimurkai dari kalangan Yahudi dan jalannya orang-orang sesat dari kaum Nashara serta siapa saja yang menyerupai mereka, kecuali dengan mempelajari sejarah kehidupan mereka yang menyimpang dari jalan yang lurus itu, dengan mendasarkan kepada Al-Qur’an dan as-Sunnah sebagai sumber utama dalam Islam.

Oleh karena pentingnya sejarah Islam, tidak heran pula jika kaum kafir ingin sekali mendistorsi dan menghitamkan sejarah Islam agar menjadi gelap gulita dan kelam. Mereka  hendak memadamkan cahaya Allah dengan mulut-mulut mereka. Namun Allah tetap menyempurnakan cahaya-Nya  meski kaum kafir membencinya.

Sesungguhnya bagi seorang Muslim, mempelajari kisah-kisah sebagai fakta sejarah bukan persoalan minat (hobi). Akan tetapi, ia termasuk kewajiban atas setiap Muslim untuk mempelajari dan mengambil berbagai ‘ibrah (pelajaran). Bagaimana bisa seorang Muslim tidak mau mempelajari dan mencintai kisah-kisah? Sedangkan petunjuk hidupnya adalah Al-Qur’an dan As-Sunnah, yang sebagian besar isinya tentang kisah-kisah masa lalu?.

 

Sekilas Sejarah Peradaban Islam Dunia

Iblis terlaknat telah sombong hingga tidak mau bersujud menghormati Nabi Adam ‘as. Sejak itu, dendam Iblis terhadap seluruh keturunannya berlanjut hingga hari kiamat. Terjadilah perseteruan antara ahlul haq dengan ahlul batil, pejuang tauhid melawan para pembela syirik. Ini dimulai dari Nuh ‘as melawan pembesar kafir hingga binasa dengan banjir. Dilanjutkan putranya, yaitu Sam (Arab), Ham (Habasyi) dan Yafits (Rum) hingga manusia dikembangbiakkan menjadi bersuku dan berbangsa, lalu tersebar di berbagai negeri. Perseteruan pejuang tauhid melawan pembela syirik berlanjut hingga Ibrahim VS Namrudz, Musa VS Fir’aun, Nabi ‘Isa VS imperium Romawi, hingga masa Nabi Muhammad ﷺ di Makkah (13 tahun) dan di Madinah (10 tahun).

Makkah berada diantara Imperium Romawi & Persi (571-623). Nabi Muhammad ﷺ lahir (571 M), bersama Halimah Sa’diyah & Aminah (6 th), Abdul Muththalib (8 th), Abu Thalib (8-50 th), ikut kafilah dagang ke Syam (12 th & 25 th), menikahi Khadijah (25 th), Renovasi Ka’bah (35 th), Turunnya Wahyu di Gua Hira’ (40 th), dakwah sirriyah (1-3 K), dakwah jahriyah (3-10 K), boikot jual beli dan nikah (7-10 K), Abu Thalib dan Khadijah wafat (10 K), Bai’ah Aqabah 1 (12 K), Bai’ah Aqabah 2 (13 K) lalu hijrah ke Yatsrib (1 H).

Di Madinah, Rasulullah ﷺ menegakkan Peradaban Islam (1-11 H), pecah Perang Badar (2 H), kekufuran Yahudi Qunaiqa’ (2-3 H), Perang Uhud (3 H), pengusiran Bani Nadhir (4), Perang Khandaq/Ahzab (5 H), Perang Bani Quraidhah (5 H), Perjanjian Hudaibiyah (6 H), Perang Khaibar (7 H), Perang Mu’tah (8 H), Fathu Makkah (8 H), Perang Hunain (8 H), Perang Tabuk (9 H), tahun para utusan (9 H), Haji Wada’ (10 H), futuhat Syam, Usamah ke Balqa’ melawan Byzantium (Nashara) hingga wafatnya Rasulullah ﷺ (11 H).

Di masa Khulafa’ ar-Rasyidin (30 th) terjadi jihad muslimin melawan musyrikin. Abu Bakar Ash-Shiddiq (10-12 H/632-634) memerangi Byzantium dan Persia pasca menumpas gerakan Murtad.  Umar bin Khaththab (12-22 H/634-644) melakukan futuhat ke negeri Timur dan Barat, membuka Baitul Maqdis dan Mesir.  ‘Utsman bin ‘Affan (22-34 H/644-656) melanjutkan futuhat ke Afrika Utara (Alexandria, Tripoli, Tunisia dan Nubia). ‘Ali bin Abi Thalib (34-39 H/656-661) berjuang keras memadamkan kobaran fitnah Khawarij dan Syi’ah.

Kekhalifahan Bani Umayah di Damaskus (40-132 H/661-750) melanjutkan futuhat memerangi Nashara di Yunani (662) dan upaya futuhat Konstantinopel (670). Thariq bin Ziyad melakukan futuhat di Andalusia (711), Khalifah Umar bin Abdul Aziz memerintahkan Samah bin Malik, futuhat ke Perancis (718), dilanjutkan Abdurrahman Al-Ghafiqi (732). Pemerintahan Islam Bani Umayah di Andalusia tetap berdiri selama 781 tahun (132-897 H/750-1492) meski Kekhalifahan beralih ke Bani ‘Abbasiyah. Abdurrahman Ad-Dakhil menjadi Amir hingga berlanjut ke Abdurrahman An-Nashir. Namun Andalusia dengan puncak peradaban Islam di Granada, Toledo, Cordoba dan Seville harus berakhir runtuh di tangan salibis Katholik Spanyol.

Bani ‘Abbasiyah mendirikan Kekhalifahan  di Baghdad, Iraq (750-1258). Masa ini lebih meraih puncak peradaban Ilmiah dengan tinta dan kertas. Khalifah yang jaya seperti Harun Ar-Rasyid (786-809) dan Al-Ma’mun (813-833). Banyak lahir ulama (ahli fiqih: Abu Hanifah, Malik, Syafi’i dan Ahmad bin Hanbal; ahli hadits: Bukhari, Muslim dll) serta banyak Ilmuwan Muslim (Al-Battani, Ibnu Haytham dll). Bangkit kekuatan Islam bangsa Turki masa Al-Mu’tashim (833-842). Banyak Khalifah ‘Abbasiyah menyerukan jihad melawan salibis Byzantium Romawi (842-1258). Alib Arsalan melibas salibis (Manzikert, 1071), berlanjut perang Sabil (Salib) masa Imaduddin Zanky (1095-1145), Nuruddin Zanky (1145-1148) dan Shalahuddin Al-Ayyubi (Hitthin, 1187), menguasai Baitul Maqdis.  Namun Khilafah ‘Abbasiyah runtuh di tangan Hulaghu Khan, Tartar-Mongol (1258 M). Gerakan jihad dipimpin Saifuddin Qutuz (Mesir) mengalahkan Tartar-Mongol (‘Ainun Jalut, 1260). Kesultanan Mamluk (1250-1517) menguasai Mesir, Syam, Hijaz dan Yaman hingga jatuh ke Sultan Salim I, Utsmani.

Kesultanan Turki Utsmani didirikan ‘Utsman (1299-1323) bin Urthughul, jihad melawan salibis selama ratusan tahun, Orkhan (1323-1362), Murad I (1362-1389), Bayazid I (1389-1402), Muhammad I (1413-1421), Murad II (1421-1451), Muhammad Al-Fatih (1451-1481) menaklukkan Konstantinopel dan berupaya menaklukkan Roma (Otranto, 1480). Masa Sultan Bayazid II (1481-1512) terjadi nestapa Andalusia, Isabella-Ferdinand membantai umat Islam dan Yahudi di Spanyol (Andalusia). Perjanjian Tordesillas (1494), Paus Alexander VI menetapkan Spanyol ke barat dan Portugis ke timur. Sultan Salim I (1512-1520) mendirikan Khilafah Utsmani (1517), lalu Sultan Sulaiman Al-Qanuni (1520-1566) menaklukkan 3 Benua (Eropa, Afrika & Asia). Inilah puncak Keemasan Khilafah Utsmani, mendominasi dunia. Namun setelah itu, mulai melemah hingga berakhir runtuh menjadi Republik Turki (Sekuler) di tangan Mustafa Kamal, Yahudi (1924).

Afrika Utara menjadi bagian Khilafah Turki Utsmani. Jihad ‘Uruj (1512-1518M) dan Khairuddin Barbarossa (1518-1546) melawan salibis Spanyol dan Portugis di Laut Tengah. Dibantu Hasan Agha Ath-Thusy (1539M), Saleh Pasya (1552 M) di Aljazair, Haidar Pasya (1573) di Tunisia hingga masa Omar Mukhtar (1862-1931) melawan salibis Italia di Libya.

Di India, salibis Portugis dikalahkan Husein Al-Kurdi, Mamluk (Chaul, 1508), lalu Mamluk kalah (Diu, 1509). Portugis menguasai Goa (1510), Malaka (1511), Hurmuz (1515), Pasai (1521), namun dihancurkan Fatahillah di Sunda Kalapa (1527). Utsmani memerangi Syi’ah-Portugis di Persia dan Yaman. Lalu datang imperialisme-kolonialisme Protestan Anglikan Inggris di India (abad 17-20 M).

Di kepulauan Melayu-Nusantara, juga banjir imperialis-kolonialis salibis (Portugis, Spanyol, Belanda, Perancis dan Inggris). Di Sumatera, jihad dipimpin Mahmud Syah (1511) di Bintan-Riau, Sultan Ali Mughayat (1507-1530) dari Kesultanan Aceh, Alauddin Riayat (1563), Sultan Iskandar Muda (1607-1639), Sultan Abdul Jalil (1723-1744), Imam Bonjol (1821-1837), Muslimin Aceh perang Sabil VS Protestan Belanda (1873-1912), Cut Nyak Dien (1910) hingga Perang Batak oleh Si Singamangaraja XII (1878-1907).

Di Jawa, jihad Kesultanan Demak melawan salibis Portugis masa Sultan Fattah (1512), Pati Unus (1521) dan Fatahillah (1527). Sultan Trenggono memerangi musyrikin Syiwa-Buddha di Pasuruan. Sultan Ageng Tirtayasa jihad melawan VOC Belanda (Protestan) di Banten (1619), Sultan Agung Mataram (1628), Trunojoyo (1672-1680), Untung Suropati (1683-1706), Pakubuwana II (Surakarta, 1745), Mangkubumi & Mas Said (1749-1755), Perjanjian Giyanti (Yogyakarta lahir, 1755), Perjanjian Salatiga (1757) hingga pecah perang Jawa, dipimpin Sultan Abdul Hamid Heru Cokro Diponegoro (1825-1830).

Di timur laut Nusantara, jihad melawan salibis Belanda oleh Antasari (Perang Banjar, 1859), Sultan Hasanuddin di Sulawesi (1667), Tidore dan Ternate (Maluku) melawan Portugis-Spanyol (1521), Sultan Khairun (1534-1570), Sultan Babullah (1570-1575), Sultan Nuku (1797-1805) dan Ahmad Matulesy Pattimura (1817). Masa sebelumnya, Sultan Brunei jihad melawan salibis Spanyol (1521-1645), Bangsa Moro (Mindanao, Sulu & Luzon) jihad melawan salibis Spanyol. Di timur Nusantara, berdirinya Kerajaan-Kerajaan Islam di Nusa Tenggara  (1540-1550) dan di Papua.

 

“Abad 1-9 H (7-15 M) Islam mendominasi dunia dengan Futuhat (offensive). Abad 9-14 H (15-20 M) Nashara (Kristen) Barat mendominasi dunia dengan Imperialisme-Kolonialisme/3G (offensive). Abad 14-15 H (20-21 M) kini Yahudi mendominasi dunia dengan perang pemikiran (ideologi & isme-isme). Umat Islam dunia menyongsong Al-Mahdi, Yahudi menanti Dajjal dan Nashara menunggu Isa putra Maryam.”

– Tinta Emas Sejarah

 

Oleh: Ust. Rachmad Abdullah, S.Si, M.Pd/ Sejarah Islam Indonesia

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *