Doa Agar Dijadikan Kaya, Terbebas dari Hutang dan Keburukan

 

Kaya, Tidak Punya Hutang Dan Bebas Dari Keburukan

 

اَللَّهُمَّ رَبَّ السَّمَاوَاتِ السَّبْعِ وَرَبَّ الْعَرْشِ الْعَظِيْمِ، رَبَّنَا وَرَبَّ كُلِّ شَيْءٍ، فَالِقَ الْحَبِّ وَالنَّوَى، وَمُنْزِلَ التَّوْرَاةِ وَاْلإِنْجِيْلِ وَالْفُرْقَانِ، أَعُوْذُ بِكَ مِنْ شَرِّ كُلِّ شَيْءٍ أَنْتَ آخِذٌ بِنَاصِيَتِهِ. اَللَّهُمَّ أَنْتَ اْلأَوَّلُ فَلَيْسَ قَبْلَكَ شَيْءٌ، وَأَنْتَ اْلآخِرُ فَلَيْسَ بَعْدَكَ شَيْءٌ، وَأَنْتَ الظَّاهِرُ فَلَيْسَ فَوْقَكَ شَيْءٌ، وَأَنْتَ الْبَاطِنُ فَلَيْسَ دُوْنَكَ شَيْءٌ، اِقْضِ عَنَّا الدَّيْنَ وَأَغْنِنَا مِنَ الْفَقْرِ

 

Allahumma Robbas samaawaatis sab’i wa Robbal ‘arsyil ‘azhiim, Robbanaa wa Robba kulli syai in, faaliqol habbi wan nawaa wa munzilat taurooti wal injiil wal furqoon. A’udzu bika min syarri kulli syai in anta aakhidzum binaa shiyatih. Allahumma antal awwalu falaisa qoblaka syai un wa antal aakhiru falaisa ba’daka syai un, wa antazh zhoohiru fa laisa fauqoka syai un, wa antal baathinu falaisa duunaka syai un, iqdhi ‘annad dainaa wa aghninaa minal faqri.

“Ya Allah, Rabb yang menguasai langit yang tujuh, Rabb yang menguasai ‘Arsy yang agung, Rabb kami dan Rabb segala sesuatu. Rabb yang membelah butir tumbuh-tumbuhan dan biji buah, Rabb yang menurunkan kitab Taurat, Injil dan Furqan (Al-Qur’an). Aku berlindung kepadaMu dari kejahatan segala sesuatu yang Engkau memegang ubun-ubunnya (semua makhluk atas kuasa Allah). Ya Allah, Engkaulah yang awal, sebelumMu tidak ada sesuatu. Engkaulah yang terakhir, setelahMu tidak ada sesuatu. Engkaulah yang lahir, tidak ada sesuatu di atasMu. Engkaulah yang Batin, tidak ada sesuatu yang luput dariMu. Lunasilah utang kami dan berilah kami kekayaan (kecukupan) hingga terlepas dari kefakiran.” (HR. Muslim)

 

 

Doa dengan susunan kata yang dahsyat, untuk terhindar dari perkara-perkara yang berat dari setiap makhluk-makhluk-Nya yang jahat. Di dalamnya terdapat tawassul dengan rububiyah Allah, Rabb yang mencipta, menguasai dan mengatur makhluk-makhluk-Nya, baik yang besar seperti al ‘arsy dan langit ataupun yang kecil seperti biji-bijian. Terdapat pula tawasul dengan asma Allah yang husna, yang menunjukkan kesempurnaan sifat-sifat-Nya. Permohonan kepada Allah yang Maha kaya untuk melunaskan hutangnya dan memberi kekayaan terlepas dari kefakiran.

Hadits ini diriwayatkan oleh Abu Hurairah radhiallahu’anhu, ketika itu putri Rasulullah, Fatimah Radhiallahu’anha datang menemui Abinya ﷺ untuk meminta  seorang pembantu, namun Rasulullah ﷺ berkata kepadanya, aku tidak memiliki sesuatu yang bisa aku berikan kepadamu, maka Fatimah pun pulang.

Namun Rasulullah ﷺ mengajarkan sesuatu yang lebih baik daripada apa yang dipinta putrinya, yaitu berdoa sebelum tidur dengan doa ini. Doa ini juga diajarkan oleh salah satu perawi hadits ini yaitu Abu Sholeh kepada anaknya Suhail. Suhail berkata, “Abu sholeh memerintahkan kepada kami jika diantara kami hendak tidur, hendaklah berbaring ke kanan kemudian berdoa,

اَللَّهُمَّ رَبَّ السَّمَاوَاتِ السَّبْعِ وَرَبَّ الْعَرْشِ الْعَظِيْمِ، رَبَّنَا وَرَبَّ كُلِّ شَيْءٍ، فَالِقَ الْحَبِّ وَالنَّوَى، وَمُنْزِلَ التَّوْرَاةِ وَاْلإِنْجِيْلِ وَالْفُرْقَانِ، أَعُوْذُ بِكَ مِنْ شَرِّ كُلِّ شَيْءٍ أَنْتَ آخِذٌ بِنَاصِيَتِهِ. اَللَّهُمَّ أَنْتَ اْلأَوَّلُ فَلَيْسَ قَبْلَكَ شَيْءٌ، وَأَنْتَ اْلآخِرُ فَلَيْسَ بَعْدَكَ شَيْءٌ، وَأَنْتَ الظَّاهِرُ فَلَيْسَ فَوْقَكَ شَيْءٌ، وَأَنْتَ الْبَاطِنُ فَلَيْسَ دُوْنَكَ شَيْءٌ، اِقْضِ عَنَّا الدَّيْنَ وَأَغْنِنَا مِنَ الْفَقْرِ

Hadits ini memberikan pelajaran bagi kita semua supaya kita menghafal doa ini dan mengajarkan kepada anak anak kita. Kita tidak mengetahui bagaimana keadaan mereka ketika kita sudah tiada, bahkan kita juga tidak tahu apakah harta warisan yang kita tinggalkan itu bisa mencukupi kehidupan mereka dan bisa menyelamatkan mereka. Yang lebih penting dari meninggalkan harta yang cukup bagi mereka adalah doa ini, menanamkan keimanan yang kuat bahwa mereka memiliki Rabb yang bisa menyelesaikan segala permasalahan mereka, membuat mereka hanya bergantung kepada Allah, mengadu kepada Allah dan tidak menghinakan diri dihadapan manusia dengan meminta.

Keimanan yang menancap, bahwa setiap kita memiliki Rabb yang menguasai segala sesuatu, siapa saja dalam kekuasan-Nya, yang paling besar seperti Arsy dan langit yang tujuh pun dalam kekuasannya dan yang kecil seperti biji yang Allah menumbuhkan darinya makanan untuk manusia dan hewan, Allah juga yang menguasainya, Terserah Allah apakah biji itu akan tumbuh, kemudian bisa menghasilkan atau tidak, atau bahkan tumbuh kemudian hancur sebelum dipanen.

Baca Juga: Doa Untuk Kesalihan Keluarga

Allah yang menurunkan kitab, membedakan jalan yang haq dan jalan yang batil, didalamnya ada petunjuk yang menuntun kepada kebahagiaan, memberikan peringantan supaya manusia terhindar dari kesengsaraan dunia akhirat. Kita semua berlindung kepada-Nya dari setiap kejahatan makhluk yang Allah menguasai mereka semua, percuma dan sia sia bahkan hanya membuat kita celaka bila kita meyakini ada selain Allah yang memiliki kekuatan yang bisa menghindarkan kita dari keburukan yang menimpa, atau memberikan kemanfaatan yang kita pinta padahal hanya Allah yang mampu menolak dan memberikannya.

Terkadang kita menemui kondisi yang tidak lapang, sehingga merasa kurang. Akhirnya ada diantara kita yang memberanikan diri untuk berhutang. Ada perasaan berat ketika hutang tidak terlunasi, bahkan kadang bicaranya dusta dan berpeluang inkar janji. Itulah mengapa Rasul sering berdoa berlindung dari hutang.

Aisyah bertanya, “Wahai Rasulullah, Anda sering sekali berlindung dari hutang.”Maka beliau menjawab, “Jika seseorang telah berhutang, maka jika berbicara niscaya ia (bisa) berkata dusta dan jika berjanji niscaya ia bisa mengingkari.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Ya Allah, Engkaulah yang awal, sebelum-Mu tidak ada sesuatu. Engkaulah yang terakhir, setelah-Mu tidak ada sesuatu. Engkaulah yang lahir, tidak ada sesuatu di atas-Mu. Engkaulah yang Batin, tidak ada sesuatu yang luput dari-Mu. Tidak ada daya dan upaya serta kekuatan melainkan dari-Mu. Ya Allah, lunaskanlah segala hutangku, baik yang berkaitan dengan hak hak-Mu, ataupun hutang dengan hamba-hamba-Mu. Kayakanlah kami sehingga kami tidak membutuhkan suatu hajat karena sudah engkau cukupkan.

 

Oleh: Redaksi/Doa

 

Bersiwak, Malaikat Mendekat Pahala Berlipat

Bersiwak atau menggosok gigi dengan menggunakan batang yang lembut dari pohon arok atau yang semisalnya adalah sunnah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam yang sudah mulai dilupakan oleh kaum muslimin. Bahkan ada sebagian kaum muslimin yang merasa jijik jika harus melakukannya dan menganggap sebagai perbuatan jorok. Padahal amalan tersebut adalah termasuk kebiasan para Rasul: “Ada empat hal yang termasuk dari sunnah para Rasul: Malu, memakai minyak wangi, bersiwak dan menikah” (HR. Ahmad dan Tirmidzi)

[bs-quote quote=”“Ada empat hal yang termasuk dari sunnah para Rasul: Malu, memakai minyak wangi, bersiwak dan menikah” (HR. Ahmad dan Tirmidzi)” style=”default” align=”center” color=”#176b9b”][/bs-quote]

 

Sebenarnya banyak manfaat yang akan kita dapat kalau mau mengerjakannya, ٍٍٍbaik di dunia maupun di akherat. Manfaat yang paling besar adalah sebagaimana yang disebutkan oleh Rasulullah SAW :

السِّوَاكُ مُطَهَّرَةٌ لِلْفَمِ، مَرْضَاةٌ لِلرَّبِّ

“Bersiwak itu sebagai pembersih mulut dan diridhai oleh Allah.” (HR. Ahmad dan An-Nasai)

Hadits diatas ternyata telah terbukti dalam dunia kesehatan. Dalam sebuah penelitaan, siwak ternyata mempunyai zat anti bakteri sehingga mampu mengurangi jumlah bakteri di dalam mulut. Sehingga gigi menjadi sehat dan mencegah timbulnya gigi berlubang. Di dalam siwak juga terdapat enzim yang mencegah penyakit gusi.

Bersiwak dianjurkan setiap waktu, namun ada waktu-waktu tertentu yang diutamakan karena Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam biasa melaksanakannya, diantaranya:

  • Setiap Akan Mengerjakan Shalat.

Rasulullah SAW pernah bersabda: “Kalau bukan karena akan memberatkan umatku maka akan kuperintahkan mereka untuk bersiwak setiap akan mengerjakan shalat”. (HR. Bukhari dan Muslim).

  • Setiap Bangun Tidur

Rasulullah SAW juga menganjurkan kepada kita agar bersiwak setiap bangun tidur. Karena tidur di malam hari menyebabkan bau mulut berubah. Menggosok gigi dengan siwak akan menghilangkan bau mulut dan akan menambah semangat setelah bangun tidur.

  • Setiap Kali Masuk Rumah

Beliau juga mengajarkan kepada kita agar bersiwak setiap kali masuk rumah. Salah seorang sahabat bertanya kepada ‘Aisyah Radhiyallahu ‘anha: “Apa yang pertama kali dilakukan oleh Rasulullah jika dia memasuki rumahnya?” Beliau menjawab: ”Bersiwak”. (HR. Muslim).

Sebuah teladan yang bagus dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam. Sebab, ketika seseorang keluar rumah, boleh jadi ia menyantap makanan atau minuman yang menyebabkan bau mulut. Maka dengan bersiwak bau itu akan hilang dan isteri yang menyambut tidak ‘tersiksa’ dengan bau tersebut.

 

Pahalanya Berlipat

Secara khusus Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam memberikan keistimewaan bagi orang yang menunaikan shalat dengan bersiwak terlebih dahulu dengan pahala 70 kali lipat dibanding yang tidak bersiwak. Beliau bersabda,

فَضْلُ الصَّلَاةِ بِالسِّوَاكِ عَلَى الصَّلَاةِ بِغَيْرِ سِوَاكٍ سَبْعِينَ ضِعْفًا

“Shalat dengan bersiwak (terlebih dahulu) lebih utama 70 kali dibanding yang tidak bersiwak.” (HR. Ahmad).

Bahkan beliau bersabda: “Mengerjakan shalat dua rakaat dengan bersiwak lebih aku cintai daripada mengerjakan tujuh puluh rakaat tanpa bersiwak.” (Sebagian ulama’ mendhaifkan hadits ini, namun ada yang menghasankannya bahkan menyatakannya shahih, diantaranya Ibnu Huzaimah, Al Hakim dan Abu Nua’im).

 

Malaikat Mendekat

Malaikat sebagai makhluk yang paling dekat dengan Allah akan merasa terganggu dengan bau yang tidak sedap yang keluar dari orang yang sedang mengerjakan shalat. Mereka akan merasa merasa senang dan betah berlama-lama di sisi orang yang sedang mengerjakan shalat jika sebelumnya bersiwak.

Dari Ali Radhiyallahu ‘anhu berkata, “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam memerintahkan kami bersiwak. Apabila seorang hamba berdiri shalat, malaikat akan mendatanginya kemudian berdiri dibelakangnya dan mendekat untuk mendengar bacaan Al-Qur’an. Maka malaikat terus mendengar dan mendekat hingga meletakkan mulutnya di atas mulut hamba itu. Sehingga tidaklah dia membaca satu ayatpun kecuali akan masuk ke tenggorokan malaikat.” (HR. Baihaqi)

Bagaimana Dengan Sikat Gigi?

Sebagian ulama berpendapat bahwa bersiwak tidak bisa diganti dengan sikat gigi karena siwak berbeda dengan sikat gigi. Siwak memiliki banyak kelebihan dibandingkan sikat gigi, baik dari tinjauan syar’i maupun kesehatan. Namun pendapat yang benar, bahwa jika tidak terdapat akar atau dahan pohon untuk bersiwak maka boleh kita bersiwak dengan menggunakan sikat gigi atau kain. Karena illah (sebab) disyariatkannya siwak adalah untuk membersihkan gigi. Bahkan Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam pernah bersiwak dengan jarinya ketika berwudhu, sebagaimana yang diriwayatkan oleh Ali bahwasanya Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: ”Beliau memasukkan jarinya (ke dalam mulutnya) ketika berwudlu dan menggerak-gerakkannya” (HR. Ahmad). Namun tentunya membersihkan gigi dengan kayu siwak lebih utama daripada dengan lainnya, karena lebih mengikuti sunah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam yang mulia.

 

Satu Siwak Untuk Berdua

Mungkin diantara kita merasa jijik jika harus menggunakan siwak orang lain, meskipun milik istri kita. Padahal Rasulullah dan istri beliau tercinta, Aisyah Radhiyallahu ‘anha telah memberikan teladannya kepada kita. Aisyah pernah berkata: “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam pernah bersiwak, lalu siwak diberikan kepadaku untuk dicuci. Maka aku menggunakannya untuk bersiwak, kemudian (setelah aku gunakan) aku mencucinya, kemudian aku menyerahkannya kepada beliau.” (HR.Abu Daud).

Jika begitu banyak manfaat yang kita akan dapat dengan bersiwak, masihkah kita meremehkannya? Wallahu musta’an.

Redaksi/Fadhilah Amal