Katanya, Membunuh Cicak Dapat Pahala, Apa Iya?

Assalaamu ‘alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh. Langsung aja ya, ana mau tanya seputar hukum membunuh cicak, apakah dapat pahala apa tidak ketika membunuh hewan tersebut? Jazaakumullahukhair atas jawabanya. Demikian, Wassalaamu ‘alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh.
Abdullah, di Bumi Allah   

 

Jawaban:

Wa ‘alaikumussalam Warahmatullahi Wabarakaatuh.

Benar, membunuh cicak memang diperintahkan oleh Rasulullah ﷺ. Dari Ummi Syuraik, Rasulullah memerintahkan agar membunuh cicak, Beliau bersabda, “Dia telah meniupkan api pada nabi Ibrahim.” (HR. Bukhari).

Dari Abu Hurairah, Rasulullah ﷺ bersabda:

 

مَنْ قَتَلَ وَزَغَةً فِى أَوَّلِ ضَرْبَةٍ فَلَهُ كَذَا وَكَذَا حَسَنَةً وَمَنْ قَتَلَهَا فِى الضَّرْبَةِ الثَّانِيَةِ فَلَهُ كَذَا وَكَذَا حَسَنَةً لِدُونِ الأُولَى وَإِنْ قَتَلَهَا فِى الضَّرْبَةِ الثَّالِثَةِ فَلَهُ كَذَا وَكَذَا حَسَنَةً لِدُونِ الثَّانِيَةِ.

Barangsiapa yang membunuh cicak di pukulan yang pertama maka baginya sekian dan sekian pahala kebaikan. Barangsiapa yang membunuhnya di pukulan yang kedua maka baginya sekian dan sekian pahala kebaikan di bawah yang pertama. Dan barangsiapa yang membunuhnya di pukulan yang ketiga maka baginya sekian dan sekian pahala kebaikan di bawah yang kedua.” (HR. Abu Daud)

Menurut Abu Isa, hadits Abu Hurairah ini kedudukannya Hasan Shahih. Dan menurut Syeikh Al-Albani hadits ini Shahih.

Rasulullah ﷺ bersabda, “Barangsiapa yang membunuh cicak di pukulan yang pertama maka ditulis baginya seratus kebaikan, di pukulan kedua pahala kebaikan di bawahnya (pukulan pertama), dan di pukulan yang ketiga kebaikan di bawahnya (pukulan yang kedua).” (HR. Muslim)

Dalam lafadz lain, “Di pukulan pertama mendapatkan tujuh puluh pahala kebaikan.” (HR. Muslim)

Baca Juga: Shalat Sambil Menggendong Bayi Berpopok

Dari beberapa keterangan di atas, ada riwayat yang menjelaskan seratus pahala di pukulan pertama dan riwayat lain tujuh puluh pahala. Menurut Imam An-Nawawi, kedua riwayat tersebut bukan berarti bertentangan, karena bisa jadi sebelumnya Allah telah memberitakan balasan tujuh puluh pahala tapi kemudian Allah menambahnya menjadi seratus pahala, atau bisa jadi juga jumlah itu disesuaikan dengan kondisi keikhlasan dan niat orang yang membunuh cecak tersebut. Maka seratus pahala bagi mereka yang sempurna keikhlasannya, dan tujuh puluh pahala bagi mereka yang tidak sempurna keikhlasannya. WaAllahu ‘Alam Bissawab .

Redaksi/ Ad-Dibaj ‘Ala Muslim: 5/255. Riyadhu Ash-Shalihin: 2/324

Kejatuhan Cicak, Sinyal Ketiban Sial?

Cicak memang bukan jenis hewan yang biasa dikeramatkan. Orang tidak takut membunuh, atau menjadikannnya sebagai santapan kucing atau hewan piaraan lain. Mereka juga tidak merasa kahwatir apa-apa jika tanpa sengaja menginjak cicak. Anehnya, begitu kejatuhan cicak, banyak yang ketakutan, hati berdebar, jantung berdegup dengan kencang. Disangkanya itu adalah sinyal bakal hadirnya nasib sial. Seperti meninggalnya sebagian anggota keluarga, atau musibah lain. Merekapun mengistilahkan ini dengan firasat.

Antisipasipun segera dilakukan. Caranya pun bermacam-macam. Bahkan ada yang berusaha menangkap cicak yang menimpa dirinya, lalu disobek mulutnya. Cara itu dianggap bisa menjadi penawar sial. Sebagian lagi melakukan ruwatan, dan ada pula yang melarang keluarganya bepergian, karena takut ditimpa kesialan seperti kecelakaan dan semisalnya.

Baca Juga: Nasib Sial Karena Karma

Inilah yang disebut dengan thiyarah, mengkaitkan datangnya sial maupun kemujuran berdasarkan sinyal dari suara burung atau yang semisalnya. Termasuk mengkaitkan akan datangnya kesialan dengan jatuhnya cicak mengenai tubuhnya, karena tidak ada kaitan antara keduanya. Ini termasuk kesyirikan. Nabi SAW bersabda,

 

مَنْ رَدَّتْهُ الطِّيَرَةُ مِنْ حَاجَةٍ فَقَدْ أَشْرَكَ

“Siapa yang mengurungkan hajatnya karena thiyarah, maka dia  telah berbuat syirik”. (HR Ahmad)

Thiyarah berbeda dengan firasat. Firasat itu berupa rasa tidak nyaman, keraguan yang datang tiba-tiba, atau feeling tertentu tanpa menandai perilaku hewan tertentu dengan  kejadian tertentu yang memang tak ada hubungannya secara logis maupun berdasarkan dalil. Semua ‘kesaksian’ yang mengkaitkan antara keduanya hanyalah kebetulan. Faktanya, banyak yang kejatuhan cicak, namun tidak diiringi dengan musibah yang menimpa. Banyak pula yang tertimpa musibah, padahal tidak kejatuhan cicak sebelumnya

Baca Juga: Menahan Sendawa Meraih Pahala

Lalu, bagaimana jika hati terlanjur berdebar, atau takut karena tiba-tiba cicak jatuh di kepala? Menyobek mulut cicak adalah penyiksaan, tidak pula mencegah dari kesialan jika harus terjadi, dan yang fatal, hal itu juga menjerumuskan ke dalam syirik. Tak ada hubungan antara musibah dengan mulut cicak.  

Nabi SAW ditanya tentang kafarah bagi orang yang terlanjur melakukan ‘thiyarah’, Beliau SAW menjawab, hendaknya dia membaca,

 

 اللَّهُمَّ لاَ خَيْرَ إِلاَّ خَيْرُكَ وَلَا طَيْرَ إِلاَّ طَيْرُكَ وَلَا إِلَهَ غَيْرُكَ

 “Ya Alloh, Tidak ada keburukan, kecuali telah Engkau tetapkan. Dan tidak ada kebaikan, kecuali telah Engkau tetapkan. Dan tidak ada Tuhan selainMu (yang berhak disembah).“ (HR: Imam Ahmad, dishahihkan oleh al-Abani dalam Ahadits ash-Shahihah)

Semoga Allah melindungi kita dari syirik yang tersembunyi maupun yang terang-terangan.

 

Oleh: Ust. Abu Umar Abdillah/Khurafat