Kultum ramadhan

Kultum Ramadhan: Yang Mengerikan di Bulan Ramadhan

Ramadhan memang istimewa. Segala peluang kebaikan dibuka, pintu-pintu keburukan ditutup, dan penghalang-penghalang ketaatan disingkirkan. Seumpama taman indah, Ramadhan memang tampak elok di segala sisinya, dan harum semerbak wanginya. Saking kuatnya aroma, semua orang merasa menjadi pemiliknya, semua orang merasa mendapat keberuntungan saat berada di dalamnya.

Padahal, meski peluang terbuka untuk semua, tak semua orang bisa mereguk keindahannya. Karena di tengah taman itu, ada yang justru memilih ‘comberan’nya, tapi tidak semua orang bisa beruntung mengambil manfaat darinya. Jika diibaratkan senjata, Ramadhan laksana pedang bermata dua. la menjadi senjata yang ampuh untuk memenangkan pemiliknya. Tapi tidak mustahil, senjata itu justru ‘memakan’ tuannya. Telah banyak sudah catatan dan ceramah tentang sisi keindahan Ramadhan, maka ada baiknya kita juga mengetahui sisi lain yang perlu diwaspadai pada bulan Ramadhan. Bahwa ada yang menakutkan, atau bahkan mangerikan dibalik hadirnya bulan Ramadhan. 

Baca Juga: Hukum Suntikan di Siang Hari Ramadhan

Pertama, bahwa Ramadhan memang bulan dibukanya pintu-pintu jannah, akan tetapi bagi orang-orang tertentu, Ramadhan justru menjadi  syahrul hirmaan (bulan terhalangnya) masuk jannah dan makin lancer masuk neraka. Yakni bagi mereka yang tidak menjadikan Ramadhan sebagai peluang untuk mendapatkan  pengampunan dari Allah.

Abu Hurairah meriwayatkan, bahwa suatu kali Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam naik mimbar, Ialu beliau berkata, “aamiin…aamiin…aamiin!” Lalu beliau ditanya, “Duhai Rasulullah, ada apakah gerangan sehingga tatkala Anda naik mimbar membaca, “aaminnn.. aamiin..aamiin?” Beliau bersabda,

 

«إن جبريل عليه السلام أتاني فقال : من أدرك شهر رمضان ، فلم يغفر له ، فدخل النار ؛ فأبعده الله ، قل : آمين ، فقلت : آمين ، ومن أدرك أبويه أو أحدهما ، فلم يبرهما ، فمات ، فدخل النار ؛ فأبعده الله ، قل : آمين . فقلت : آمين ، ومن ذكرت عنده ، فلم يصل عليك ، فمات ، فدخل النار ؛ فأبعده الله ، قل : آمين . فقلت : آمين» 

Sesungguhnya Jibril mendatangiku, lalu berkata, “Barangsiapa yang bertemu dengan bulan Ramadhan namun ia tidak mendapatkan pengampunan lalu masuk neraka maka Allah akan menjauhkannya, Jibril berkata, “Katakan, Aamiin!” Maka aku pun mengatakan, ‘Aamiin.” (HR. Abu Dawud)

Bukankah ini berita yang mengerikan? Betapa tidak, Jibril yang mendoakan, Nabi shallallahu alaihiwasallam yang mengamini agar orang-orang yang tidak mendapatkan pengampunan di bulan Ramadhan masuk neraka. Yakni orang yang diberi peluang bertemu bulan Ramadhan, namun ia tidak menggunakan peluang dan kesempatan untuk mendapatkan pengampunan dari Allah, tidak pula berusaha menghapus dosa-dosanya dengan amal shalih dan istighfar. Mereka ini semakin dekat dengan neraka, di saat Allah mendekatkan banyak orang kedalam jannah. Tapi, yakinkah klta tidak termasuk di dalamnya?

Ramadhan dikenal pula sebagal bulan kebaikan dan penuh keutamaan. Namun bagi sebagian orang, datangnya Ramadhan justru menyebabkan ia semakin jauh dan terhalang dari kebaikan. Saat datangnya Ramadhan, Rasulullah memberikan kabar gembira bagi kaum muslimin dengan sabdanya,

 

أَتَاكُمْ رَمَضَانُ شَهْرٌ مُبَارَكٌ ، فَرَضَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ عَلَيْكُمْ صِيَامَهُ ، تُفْتَحُ فِيهِ أَبْوَابُ السَّمَاءِ ، وَتُغْلَقُ فِيهِ أَبْوَابُ الْجَحِيمِ ، وَتُغَلُّ فِيهِ مَرَدَةُ الشَّيَاطِينِ لِلَّهِ ، فِيهِ لَيْلَةٌ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ ، مَنْ حُرِمَ خَيْرَهَا فَقَدْ حُرِمَ “

“Telah datang kepada kalian Ramadhan, bulan yang diberkahi, di mana Allah mewajibkan shiyam di dalamnya, dibukakan pintu-pintu langit, ditutuplah pintu-pintu neraka, dan dibelenggulah setan-setan. Allah memilikl satu malam di dalamnya yang leblh baik dari seribu bulan, barang siapa terhalang mendapat kebaikan. maka sungguh dia benar-benar terhalang dari kebaikan.” (HR an-Nasa’i dan Tirmidzi, shahih)

Jika di waktu yang begitu kondusif untuk beramal kebaikan seseorang tidak mau mengambil manfaat, bagaimana halnya dengan bulan Iain yang lebih berat dan lebih banyak godaannya? Tentu makin jauhlah ia dari kebaikan.

Baca Juga: Ramadhan dan Kesulitan Hidup di Gaza

Bulan Ramadhan juga merupakan bulan dilipatgandakan pahala kebaikan, akan tetapi jangan sampai kita Iengah, karena dosa yang dilakukan saat Ramadhan juga lebih berat daripada dosa yang dilakukan di bulan yang lain. Karena ada unsur penodaan atas kemuliaan Ramadhan. Sebagaimana kita tahu, bahwa zina adalah dosa besar, tapi lebih besar lagi dosanya tatkala dilakukan di dalam masjid, karena ada unsur penodaan terhadap kemuliaan masjid.

lbnul Qayyim Rahimahullah berkata, “Berlipatnya dosa itu adalah dari sisi bobotnya, bukan jumlahnya, karena satu keburukan tetap dihitung sebagai satu dosa. Hanya saja kesalahan yang besar akan membuahkan dosa yang besar, sebagaimana kesalahan kecil diganjar dengan dosa yang kecil.” Maka dosa yang berkaitan dengan sesuatu yang dimuliakan Allah baik berupa waktu maupun tempat lebih besar bobotnya dibanding dosa yang dilakukan di tempat atau di waktu yang Iain.

Terakhir, pemandangan yang sering kita Iihat, seakan Ramadhan adalah bulan pesta makan-makan di malam hari, dan bulan membuang-buang waktu di siang hari. Ini jelas bertentangan dengan tujuan Ramadhan diadakan. Nikmat kesempatan ini akan dipertanggungjawabkan kelak pada hari kiamat. Dan ini akan memberatkan hisab bagi orang yang tidak memanfaatkan bulan Ramadhan dengan baik. Semoga kita dimudahkan Allah untuk melakukan kebaikan dan dijauhkan dari segala bentuk maksiat. Wallahu a’lam bishawab.

 

Oleh: Ust. Abu Umar Abdillah/Kultum Ramadhan/Materi Kultum

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *