Ciri Orang yang Mudah Berdusta, Mudah Mencari Alasan

Alasan atau “kilah” dalam bahasa lainnya;  siapa yang belum pernah memakainya? Rasanya siapapun kita niscaya pernah memanfaatkannya. Ya, terutama ketika kita harus menghadapi situasi yang boleh jadi memang bukan seperti yang kita kehendaki. Misalnya saja ketika harus telambat masuk kantor, terlambat membayar hutang, kurang dalam menunaikan kewajiban, dan situasi yang semacamnya.

Adakah yang pernah kesulitan untuk beralasan? Mustahil, karena ternyata tersedia ribuan atau bahkan jutaan alasan yang siapa saja bisa menggunakannya. Tapi hati-hati, jika Anda termasuk yang terampil membuatnya, itu justru merupakan wujud kekurangan terbesar yang ada dalam diri Anda. Mahir membuat alasan sama sekali bukan merupakan kelebihan! Mengapa?

 

Baca Juga: Muslim Itu Haruslah Multi Talenta

 

Begini jawabannya: Alasan yang dipaksakan atau dibuat-buat sama sebangun dengan dusta. Perkara ini jelas tercela menurut ukuran agama dan terhina di mata sesama manusia. Andai ini saja urusannya, maka sungguh celaka orang yang hobi beralasan. Sungguh, karena dusta sama sekali bukan perkara yang pantas disandang dan menjadi tabiat seorang yang beriman. Rasulullah bersabda, “Seorang mukmin  itu ditabiatkan pada semua sifat selain sifat  khianat dan dusta.” (HR. Imam Ahmad).

Adanya kedustaan menandakan tiadanya keimanan. Barangsiapa yang berdusta, apalagi membiasakan diri denganya, sesungguhnya ia telah melampaui batas dan menganiaya dirinya sendiri. Oleh karenannya Allah pun mengutuknya, “Terkutuklah orang-orang  yang dusta.” (QS. Adz-Dzariyat: 10).

Alasan yang mengada-mengada sendiri merupakan cermin atas pribadi yang lemah yang tak mampu mengendalikan dirinya sendiri dan tak kuasa me-manage-nya dengan baik, hingga selalu terjerumus pada kelonggaran-kelongaran yang dibuatnya sendiri. Menurutnya baik-baik saja dan tak ada masalah, padahal sangat mematikan. Dalam kasus ini, memang alasan apapun bisa diciptakan! Tetapi ketahuilah bahwa orang lain, baik yang memiliki urusan secara langsung maupun yang tidak terkait sama sekali, juga tahu sejatinya alasan itu.

 

Baca Juga: Sering Berkeluh Kesah, Tanda Jiwa Yang Lemah

 

Karena itu, lebih baik bicara apa adanya secara terbuka ketika memang kondisi yang memaksa dan diluar kemampuan kita. Siap menanggung resiko kejujuran adalah sifat orang yang masih punya harga diri.

Selain itu, jangan pernah memberikan kelonggaran pada diri sendiri untuk melanggar! Disiplin itu hanya bisa dijaga oleh orang-orang yang benar-benar mau meneggakkanya. Sekali Anda mengambil kelonggaran untuk tidak disiplin, makan Anda adalah orang yang tidak disiplin.

Sekali Anda memberi kelonggaran pada diri Anda sendiri untuk menyeleweng, maka Anda adalah penyeleweng. Dan jika Anda berpikir masih bisa memolesnya dengan alasan yang Anda reka-reka, ketahuilah orang diluar Anda tidak membutuhkannya.  Semakin kreatif Anda membuat alasan,  semakin orang lain tidak menghargai Anda. Wallahu A’lam

 

Oleh: Redaksi

Dusta, Jamur di Akhir Zaman

Bohong. Sesuatu yang Rasulullah nyatakian tidak akan pernah ada dalam diri seorang mukmin. Tak seorangpun suka dibohongi, bahkan pembohong sekalipun. Bukan hanya mengakibatkan sakit hati, kebohongan dapat membuat seseorang salah dalam bersikap atau melangkah. Repotnya, di penghujung jaman ini kebohongan justru menjamur dimana-mana. Persis sebagaimana yang pernah diramalkan Rasulullah bahwa di akhir zaman, maraknya kebohongan akan menjadi tanda dunia segera berakhir. Rasulullah bersabda:

يَكُونُفِىآخِرِالزَّمَانِدَجَّالُونَكَذَّابُونَيَأْتُونَكُمْمِنَالأَحَادِيثِبِمَالَمْتَسْمَعُواأَنْتُمْوَلاَآبَاؤُكُمْفَإِيَّاكُمْوَإِيَّاهُمْلاَيُضِلُّونَكُمْوَلاَيَفْتِنُونَكُمْ

“Di akhir zaman akan muncul para dajjal lagi pendusta. Mereka datang membawa kabar yang belum pernah kalian bahkan moyang kalian dengar sama sekali. Maka wasapdalah kalian terhadap mereka. Jangan sampai mereka menyesatkan kalian dan jangan sampai mereka menimpakan musibah atas kalian.”(HR. Muslim)

Fenomena Hadits maudhu’

Pada rentang masa sejak berakhirnya periode para shahabat hingga masa dokumentasi hadits-hadits Nabi (tadwinul ahadits), hadits maudhu’ menjadi fenomena kebohongan yang menggejala. Hadits maudhu’ adalah hadits yang dikatehaui bukan merupakan perkataan Nabi tapi hanya omongan dusta seseorang yang kemudian diklaim sebagai hadits Nabi. Bisa juga berupa perkataan orang bijak yang kemudian diberi sanad hingga tampak seperti hadits. Contohnya ucapan ““Cinta tanah air adalah sebagian daripada iman.”

Hadits maudhu’ merupakan jenis hadits paling buruk. Bahkan para ulama banyak yang menyatakan hadits maudhu’ tidak pantas disebut hadits bahkan sebagai hadits dhaif sekalipun. Hadits maudhu’ dibuat oleh untuk beberapa tujuan semisal menghasung manusia agar banyak berbuat baik dengan menggubah hadits-hadits spektakuler, menjilat penguasa dengan membuat hadits-hadits yang membenarkan tindakan mereka, mencari popularitas atau untuk menguatkan aliran pemahaman yang dianut dan sebagainya.

Wallahua’lam, bukan mustahil ini juga merupakan bukti atas kabar akhir zaman dalam hadits di atas. Tapi untuk hal ini, kita bisa sedikit lega karena perjuangan keras para ulama telah memberikan jalan terang untuk mengecek keshahihan hadits-hadits Nabi yang mulia.

Kini, dusta sebagai Bahan lelucon

Hari ini, fenomena dusta tidaklah  surut. Pernah dengar kata “hoax”? bagi yang biasa berkecimpung di dunia internet kiranya sangat mafhum dengan istilah ini. Ringkasnya hoax adalah berita bohong dan kebanyakan disebarkan melalui dunia maya (internet). Hoax dibuat dengan tujuan beragam, tapi yang paling banyak hanya untuk lelucon belaka. Meski demikian, karena dikemas dengan bahasa yang serius bahkan tak jarang menyertakan foto-foto, tidak sedikit yang tertipu dan menyangka kebohongan itu benar adanya. Dan saat ini, berita hoax ibarat ganggang yang terus tumbuh bersama aliran informasi yang kian deras melalui jaringan internet. Jika tak hati-hati dan cerdik menyaring informasi saat berselancar di internet, bukan mustahil kita akan terkecoh. Soal foto, saat ini ada banyak perangkat lunak (software) yang bisa memanipulasi foto hingga terkesan sangat nyata dan terlihat asli. Padahal, itu hanyalah gabungan beberapa gambar yang diolah dengan cerdik.

Hoax sepertinya layak disebut fenomena yang membuktikan kebenaran sabda Nabi di atas. Lain dari itu, maraknya penipuan dalam jual beli online juga menjadi bukti berikutnya. Hari ini, untuk menjual atau membeli produk seseorang bisa menggunakan internet sebagai media perantara. Transaksi dengan internet relatif lebih mudah dan simpel karena kita bisa menjual atau membeli hanya dengan sekali klik. Tapi, transaksi internet juga sangat rentan penipuan. Tidak sedikit yang memasang informasi palsu dan akhirnya pembeli atau penjual pun tertipu. Uang sudah dikirim, tapi barang tak kunjung datang.

Ada pula fenomena april mop. Tanggal 1 april dikatakan sebagai hari dimana semua orang boleh berbohong untuk menjahili teman atau saudaranya. Pada hari ini, melalui kesepakatan yang tidak tertulis seseorang yang dijahili atau dibohongi tidak boleh marah karena hari itu adalah perayaan hari kebohongan. Di Indonesia memang belum terlalu populer, tapi anak-anak muda mulai ada kecenderungan ikut-ikutan budaya ini.Padahal menurut beberapa sejarawan Islam, April Mop terkait dengan peristiwa pembantian umat Islam di Spanyol (andalusia). Bohong bukan lagi sekadar lelucon tapi sudah menjadi perilaku yang dianggap patut dirayakan.

Yang paling menyakitkan adalah berita-berita bohong yang ditujukan untuk menyakiti, memojokkan, mencitraburukkan, menggembosi semangat dan mengadu domba umat Islam. Berita-berita semacam ini biasanya datang dari orang-orang kafir atau dari orang-orang munafik yang mengaku Islam tapi sangat benci terhadapnya. Parahnya, daya saring umat Islam sangat lemah ketika menyerap informasi yang ada.Tanpa melalui analisa kritis informasi pun dilahap hingga persepsi umat pun mudah digiring dan dibentuk sedemikain rupa.

Dari sudut pandang fakta, berita itu boleh jadi tidak 100 persen bohong.Hanya saja cara pemaparannya menggunakan tehnik menyembunyikan satu sisi dan menonjolkan sisi yang lain guna menggiring pembaca mengambil kesimpulan dan sudut pandang yang diinginkan. Berita-berita mengenai terorisme misalnya, secara keseluruhan hampir tak pernah lepas dari tendensi memberikan citra buruk terhadap Islam dan orang-orang yang getol memperjuangkan Islam.

Benteng tabayun

Kini, kita hidup di zaman yang dipenuhi kedustaan di segala sudut. Arahan yang terdapat dalam surat at Tahrim ayat 6 menjadi senjata yang sangat efektif: ayat itu berbunyi“Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti, agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu”. Tabayun adalah klarifikasi dan recheck terhadap kebenaran sebuah informasi. Lebih dari itu, ayat ini memperingatkan kita agar lebih waspada, lebih teliti, kritis dan cerdas dalam menerima informasi dari orang-orang yang buruk keislamannya, lebih-lebih dari musuh-musush Islam. waspadalah ! (anwar)

Ketika yang Tabu Dianggap Lucu

Dalam strategi pemasaran, packaging atau pengemasan merupakan faktor yang berpengaruh terhadap laris tidaknya suatu produk. Kemasan yang baik dapat membentuk citra positif sebuah produk dan meningkatkan minat beli konsumen.Dengannya pula, produk yang biasa-biasa bisa menjadi sangat diminati. Lebih dari itu, kemasan dapat pula menipu, sebenarnya produk kualitas jelek, tapi tetap laku karena kemasan yang bagus.

Dalam memasarkan kemaksiatan dan produk-produk perusak iman, tipuan packaging juga menjadi strategi andalan Iblis wadyabalanya.Tazyinul ma’ashi adalah teknik mengemas maksiat agar terlihat baik atau minimal wajar hingga bisa diterima pasar.

“Iblis berkata:”Ya Rabbku, oleh sebab Engkau telah memutuskan bahwa aku sesat, pasti aku akan menjadikan mereka memandang baik (perbuatan ma’siat) di muka bumi, dan pasti aku akan menyesatkan mereka semuanya…” (QS. Al Isra’:39)

Maksiat yang dikemas dengan unik dan cerdas akan tetap dibeli manusia, bahkan bisa laris.Tentunya, tipuan kemasan ini ditujukan untuk segmen manusia yang masih memiliki filter ruhani. Adapun pecandu maksiat, tak perlu dikemas dengan indah pun mereka akan mengais-ais dan mencarinya sendiri.Tapi bagi yang masih memiliki saringan fitrah dan iman, kemasan diperlukan untuk membiaskan persepsi dan menutupi bau busuk dosa yang sebenarnya sangat menusuk. Dengan begitu, mereka akan tertipu dan menerimanya.

 

Baca Juga:  Dusta, yang Haram dan yang Mubah

 

Ambil contoh, pornografi dan pornoaksi. Jika dijual dalam bentuk apa adanya, pasar tidak akan menerima secara luas,bahkan rawan menimbulkan kontra. Namun, hal itu tidak akan terjadi jika dibungkus dengan kemasan unik nan lucu bernama “komedi”. Komedi dapat mengaburkan kesan mesum dan menurunkan levelnya menjadi sesuatu yang akan dianggap orang sebagai “sekedar lucu-lucuan”, tidak terkesan dewasadanmengundang syahwat sertatak perlu dirating 18+.

Sebuah film misalnya. Jika diformat komedi dengan judul jenaka dan akting konyol, penampilan seronok dan adegan menjurus akan dianggap biasa dan tidak porno oleh penonton. Seakan-akan komedi mampu menumpulkan sensitivitas terhadap kepornografian. Orangtua pun anteng-anteng saja jika anak-anak menontonnya. Lain halnya jika diformat mendewasa, dengan judul yang lebih “greng” dan cover yang ‘panas’. Meskipun bisa jadi kandungan pornografi di dalamnya lebih sedikit, tapi tanggapan orang akan berbeda. Ada kemungkinan muncul protes dan kritikan, atau minimal mereka akan meng-kotak-kan film tersebut dalam daftar film yang perlu diwaspadai untuk anak-anak. Padahal dari segi isi dan substansi, keduanya sama.Namun ternyata dengan kemasan berbeda tanggapan yang diperoleh juga berbeda.

Untuk lucu-lucuan, pornoaksi bahkan mungkin pelecehan seksual secara verbal maupun tindakan,malah bisa menjadi bumbu yang membuat sajian komedi lebih gurih. Guyonan seronok ala talkshow maupun tingkah polah presenternya yang mesum justru menjadi aksi yang digemari. Alih-alih menuai kecaman, justru hadiah tepuk tangan dan sorak sorailah yang didapatkan.

 

Fenomena Banci

Contoh kedua adalah fenomena banci. Popularitas artis dengan karakter banci sepertinya kian naik daun. Dalam banyak acara mereka selalu ada dan jika jadi presenter laris manggung dimana-mana. Anehnya, ternyata banci bukan sekadar peran saat akting saja, tapi tidak sedikit artis yang tetap menjadi banci meksi tidak sedang akting. Ada beberapa kemungkinan, pertama image banci memang sengaja tetap dipasang  dalam kehidupan nyata demi pencitraan diri agar para produser tahu, ia mahir karena melakukannya saban hari. Kedua, dia mengalami disorientasi seksual dan menganggap dirinya adalah wanita, atau biasa disebut gay.Ketiga, kemayu adalah bawaannya dari lahir, artinya karakter itu muncul sejak kecil tanpa dibuat-buat.

Kemungkinan ketiga ini jarang terjadi. Kelainan ini dalam Islam disebutmukhannats, yaitu perilaku anak lelaki yang mirip seperti wanita atau kemayu yang muncul sejak kecil. Secara hukum fikih, orang yang mengalami semacam ini tidak terkena delik hukum apapun. Hanya saja ia harus berusaha sekuat tenaga menghilangkan hal tersebut dan mengganti tingkah lakunya agar lebih normal sebagaimana lelaki pada umumnya.

Tapi untuk pertama dan kedua, semuanya adalah perilaku terlaknat. Rasulullah bersabda,

لَعَنَرَسُوْلُاللهِصَلَّىاللهُعَلَيْهِوَسَلَّمَالْمُتَشَبِّهِِيْنَمِنَالرِّجَالِبِالنِّسَاءِوَالْمُتَشَبِّهَاتِمِنَالنِّسَاءِبِالرِّجَالِ

“Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam melaknat laki-laki yang bertingkah laku seperti wanita dan wanita yang bertingkah laku seperti laki-laki” (HR Al Bukhari 55460).

Peran banci adalah peran yang dilaknat, lebih-lebih jika dijadikan gaya hidup sehari-hari. Menjadi gay alias homo lebih terlaknat lagi. Kerasnya ancaman Allah bagi mereka berulangkali dikisahkan dalam ayat-ayat kehancuran kaum Nabi Luth.

Tapi lagi-lagi, dalam kemasan komedi, kedurhakaan semacam itu seperti tak tampak. Penonton pun sepertinya maklum-maklum saja dan menikmati. Mereka sudah terbiasa nonton TV dan sudah terbiasa berpersepsi bahwa karakter dalam TV termasuk banci itu cuma peran, bukan sungguhan. “Mereka Cuma berniat menghibur dan menghibur kan dapat pahala”, katanya. Lagi-lagi dengan komedi perbuatan terlaknat justru diminati dan bahkan dipandang layak mendapat pahala. Ironis.

Layak dicurigai bahwa pesatnya perkembangan komunitas gay (kaum homo) di negeri ini juga akibat dari diterimanya karakter banci oleh masyarakat. Jika mereka sudah terbiasa dengan peran banci, maka selanjutnya masyarakat juga tidak akan terlalu shock saat melihat keabnormalan itu wujud dalam dunia nyata. Kepekaan iman bahwa yang semacam itu adalah sebuahkemaksiatan pun lenyap. Akibatnya, kaum homo pun seperti mendapat jalan dan rekomendasi. Yang tadinya malu-malu (karena memang hal semacam itu memalukan) kini seperti dibukakan pintu.

Kuatkan Bashirah

Sebenarnya trik pengemasan alias tazyinul ma’ashi ini tergolong kuno. Dari awal, setan sudah biasa menerapkan trik ini dan al Qur`an sudah memperingatkan berkali-kali. Tapi tampaknya, trik ini selalu saja berhasil karena sifatnya yang fleksibel, kontekstual dan selalu mengikuti perkembangan. Oleh karenanya, ketajaman bashirah harus senantiasa kita asah agar tak mudah tertipu dengan trik-trik semacam ini. Dengan bashirah kita akan melihat melalui lensa syar’i, nurani dan rasio yang murni hingga mampu melihat objek secara substansi, bukan dari tampilan luar atau kemasan yang sering mengelabui. Wallahua’lam. (Abu Razin)