Tanda Kiamat; Turunnya Hujan yang Menghancurkan

Ada yang bilang, Januari itu atinya hujan sehari-hari. Artinya, pada bulan Januari hujan hampir turun setiap hari seperti yang kita rasakan saat ini. Hampir setiap menjelang sore turun hujan. Aliran sungai pun sering meluap dan sumur-sumur penuh terisi.

Di satu sisi, kita bersyukur saat musim penghujan datang karena kemarau tak berkepanjangan. Tak terbayang betapa susahnya menjalani hidup jika musim kemarau berkepanjangan. Namun di sisi lain, kita juga sering ketar-ketir saat musim hujan tengah lebat-lebatnya. Banjir, tanah longsor, dan badai kerap menjadi ancaman yang mengerikan, bahkan bisa jadi jauh lebih mengerikan daripada kemarau panjang.

Apalagi jika mengingat bahwa zaman ini adalah adalah zaman yang mendekati akhir. Ada banyak bencana alam sebagai tanda akhir zaman yang kerap muncul. Salah satunya adalah banjir bandang yang menghancurkan dan hujan tahunan tapi tak menumbuhkan tanaman. Rasulullah bersabda:

لاَ تَقُومُ السَّاعَةُ حَتَّى يُمْطَرَ النَّاسُ مَطَراً لاَ تُكِنُّ مِنْهُ بُيُوتُ الْمَدَرِ وَلاَ تُكِنُّ مِنْهُ إِلاَّ بُيُوتُ الشَّعَرِ

“Hari kiamat tidak akan terjadi sampai datangnya hujan deras yang menghancurkan rumah-rumah dari tanah liat (semen) dan tidak ada bangunan yang mampu bertahan kecuali rumah yang terbuat dari bulu.” (HR Ahmad).

لاَ تَقُومُ السَّاعَةُ حَتَّى يُمْطَرَ النَّاسُ مَطَرًا عَامًّا ، وَلاَ تَنْبُتَ الأَرْضُ شَيْئًا

“Kiamat tidak akan terjadi sampai manusia dihujani hujan setahun namun bumi tak menumbuhkan apapun.” (HR Ahmad)

Air, api, tanah dan udara merupakan unsur alam yang kekuatannya sangat sulit dibendung dan dihindari. Jika sudah banjir, apalagi disertai badai, rasa-rasanya tak tersisa lagi tempat sembunyi. Bangunan yang kokoh bisa roboh karena pondasinya tergerus arus. Pohon tumbang dan tanaman rusak, jembatan dan jalanan ambrol, listrik padam dan aktifitas manusia serasa terhenti. Banjir seperti menjadi sapu jagad yang meluluh lantakkan bumi.

Baca Juga: Menggapai Pahala Saat Hujan Tiba

Jangankan hujan setahun, hujan deras sehari penuh saja dapat menyebabkan banjir yang bisa menenggelamkan satu kota dengan air setinggi lutut. Bahkan gerimis beruntun selama dua hari pun sudah cukup membuat orang menjadi khawatir.

Ada yang mengartikan, hujan yang tidak menumbuhkan tanaman adalah hujan asam. Hujan asam adalah hujan dengan kadar Ph rendah, dari kadar normal sebesar 6 menjadi 5 atau 4. Jika hujan dengan kadar keasaman normal berfungsi melarutkan mineral dalam tanah, hujan asam justru akan merusak tanaman bahkan tanah. Penyebab hujan asam adalah aktifitas industri, kendaraan bermotor, dan pembakit listrik. Gas-gas yang dihasilkan terbawa angin menuju atsmosfer lalu menjadi hujan asam. Akibat terbesar dari adanya hujan asam adalah menipisnya bahan pangan (paceklik).

Dalam riwayat lain disebutkan;

إِنَّ السَّنَةَ لَيْسَ بِأَلاَّ يَكُونَ فِيهَا مَطَرٌ وَلَكِنَّ السَّنَةَ أَنْ تُمْطِرَ السَّمَاءُ وَلاَ تُنْبِتَ الأَرْضُ

“Musim paceklik bukanlah musim saat mana hujan tidak pernah turun, akan tetapi musim paceklik adalah musim ketika hujan turun tapi tak menumbuhkan tanaman.” (HR Ahmad)

Tapi beginilah kondisi akhir zaman. Tidak ada yang bisa disalahkan selain manusia sendiri. Terjadinya berbagai macam musibah, khususnya banjir disebabkan oleh manusia sendiri. Kesalahan yang menumpuk dari hari ke hari. Kesalahan dari segi kauni maupun syar’i.

banjir bandang di Gowa, Sulsel, beberapa waktu lalu
banjir bandang di Gowa, Sulsel, beberapa waktu lalu

Secara kauni, kesewenangan dan kezaliman manusia terhadap alam menjadi pangkalnya. Ketika mengubah lahan serapan air menjadi bangunan, mereka hanya berorientasi uang tanpa memerhatikan keseimbangan alam. Kebiasaan buruk membuang sampah sembarangan pun menjadi penyakit yang entah kapan bisa dibasmi. Saat musim hujan datang, banjir pun rutin terjadi.

Baca Juga: Ritual Menolak Hujan

Adapun secara syar’i, musibah yang datang seringnya adalah hukuman akibat dosa yang kian banyak dilakukan. Dosa individu maupun kolektif. Dan seperti kita tahu, adakalanya Allah menimpakan hukuman yang merata, dirasakan oleh yang maksiat maupun yang taat.

Allah berfirman yang artinya, “Dan peliharalah dirimu dari pada siksaan yang tidak khusus menimpa orang-orang yang zalim saja di antara kamu. Dan ketahuilah bahwa Allah amat keras siksaan-Nya.” (QS. Al-Anfal: 25)

Tujuan dari Sabda Rasulullah di atas tentu saja bukan sekadar menakut-nakuti dan membuat khawatir. Sabda Rasulullah mengenai berbagai peristiwa di akhir zaman merupakan peringatan bagi setiap mukmin agar waspada. Kalaupun terpaksa harus ikut merasakan, minimal tidak ikut andil menjadi penyebabnya. Bukan oknum yang menebangi hutan serampangan, bukan pembuang sampah sembarangan dan bukan pelaku kemaksiatan besar yang menyebabkan turunnya hukuman.  Jangan sampai kita mengeluh atas musibah yang menimpa, padahal secara tak sadar, kita juga menjadi salah satu oknum penyebabnya.

Nasalullaha al ‘afiyah, semoga Allah melindungi kita dari semua bencana. Dan jika kita diuji dengan musibah dan bencana, semoga kita dapat bersabar dan apa yang hilang diganti oleh Allah. Rasulullah mengajarkan, ketika tertimpa musibah, hendaknya memohon pahala dan kesabaran serta ganti yang baik dalam doa:

اَللَّهُمَّ أْجُرْنِي فِي مُصِيْبَتِي وَاخْلُفْ لِي خَيْرًا مِنْهَا

“Ya Allah, berilah pahala atas musibah yang menimpaku dan berilah aku ganti yang lebih baik.”

Wallahua’lam.

 

Oleh: Ust. Taufik Anwar/Akhir Zaman

Doa Saat Turun Hujan

Apakah Disunnahkan Membaca Doa Saat Turun Hujan ? Apa Yang Dibaca Pada Saat Turun Hujan dan Mendengar Petir ?

Jawab :

Diriwayatkan dari ‘Aisyah –radhiyallahu ‘anha- bahwa Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa sallam- jika melihat hujan beliau bersabda:

اللَّهُمَّ صَيِّبًا نَافِعًا

“Ya Allah, semoga hujan ini bermanfaat”. (HR. Bukhori)

Dan dalam redaksi Abu Daud bahwa beliau bersabda:

اللَّهُمَّ صَيِّبًا هَنِيئًا

“Ya Allah, semoga hujan ini nyaman”.  (Dishahihkan oleh Albani)

 

Disunnahkan juga keluar menghampiri air hujan, sehingga mengenai badannya sebagaimana yang telah diriwayatkan dari Anas –radhiyallahu ‘anhu- bahwa dia berkata:

“Kami pernah bersama Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa sallam- dan hujan turun, maka beliau –shallallahu ‘alaihi wa sallam- membuka sebagian bajunya hingga terkena air hujan. Maka kami berkata: “Wahai Rasulullah, mengapa anda melakukan ini ?”, beliau bersabda: “karena hujan itu ciptaan Rabb yang Maha Tinggi”. (HR. Muslim)

Bahwa Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa sallam- pada saat hujan sangat deras beliau bersabda:

اللَّهُمَّ حَوَالَيْنَا وَلاَ عَلَيْنَا ، اللَّهُمَّ عَلَى الآكَامِ وَالظِّرَابِ ، وَبُطُونِ الأَوْدِيَةِ ، وَمَنَابِتِ الشَّجَرِ

“Ya Allah (turunkan) di sekitar kami dan tidak menjadi bencana bagi kami, Ya Allah perbukitan, pegunungan, lembah-lembah dan hutan-hutan”. (HR. Bukhari)

 

Adapun doa pada saat mendengar petir telah diriwayatkan dari Abdullah bin Zubair –radhiyallahu ‘anhu- bahwa:

أَنَّهُ كَانَ إِذَا سَمِعَ الرَّعْدَ تَرَكَ الْحَدِيثَ ، وَقَالَ: سُبْحَانَ الَّذِي يُسَبِّحُ الرَّعْدُ بِحَمْدِهِ وَالْمَلَائِكَةُ مِنْ خِيفَتِهِ [الرعد: 13] ، ثُمَّ يَقُولُ : إِنَّ هَذَا لَوَعِيدٌ شَدِيدٌ لِأَهْلِ الْأَرْضِ.

“Jika dia mendengar petir, dia diam dan berkata: “Maha Suci Dzat yang guruh itu bertasbih dengan memuji Allah, (demikian pula) para malaikat karena takut kepada-Nya”. (QS. Ar Ra’du: 13) kemudian berkata: “Sungguh ini adalah ancaman yang keras bagi penduduk bumi”. (HR. Bukhori dalam Adabul Mufrad dan Malik dalam Al Muwatha’ dan sanadnya dishahihkan oleh An Nawawi dalam Al Adzkar dan Albani dalam Shahih Adabul Mufrad)

Kami tidak mengetahui bahwa hal itu marfu’ kepada Nabi –shallallahu ‘alaihi wa sallam-.

Demikian juga sebagaimana yang kami ketahui tidak ada dzikir dan doa dari Nabi –shallallahu ‘alaihi wa sallam- pada saat melihat kilat. Wallahu A’lam

Menggapai Pahala Saat Hujan Tiba

Beberapa bulan ini kita merasakan guyuran air hujan menyapa bumi. Siksaan musim panas sudah tidak terasa lagi. Udara yang panas menyengat, debu yang beterbangan di mana-mana hingga kekeringan tanpa setetes air, akhirnya sirna. Sungguh kegembiraan yang luar biasa di dada orang-orang beriman tatkala Allah berkehendak menurunkan hujan meski hanya sekejap saja.

Namun hujan bisa mendatangkan dua hal: rahmat dari Allah atau justru musibah.

Rahmat bagi Alam

Aisyah ra pernah bercerita: “Apabila hari mendung dan angin bertiup kencang, maka hal itu dapat diketahui dari wajah Rasulullah saw. Beliau bolak-balik ke depan dan ke belakang. Dan ketika hujan telah turun, beliau pun bergembira dan hilanglah kekhawatirannya”. ‘Aisyah berkata : “Lalu aku bertanya tentang hal itu pada beliau. Beliau saw menjawab : “Aku khawatir hal itu akan menjadi adzab yang ditimpakan kepada umatku”. Ketika melihat hujan turun, beliau bersabda : “Ini adalah rahmat” (HR. Muslim).

 

Baca Juga: Doa Saat Turun Hujan

 

Ya… hujan adalah rahmat. Tanah tandus dan gersang yang tidak bertanaman, akhirnya tumbuh berbagai macam tanaman enak dipandang. Sungai dan mata air kembali mengalir setelah sebelumnya kering kerontang. Udara pun terhirup segar menghadirkan kesejukan dan ketenangan bagi jiwa dan raga.

Allah Ta’ala telah berfirman:

“Dan di antara tanda-tanda-Nya (ialah) bahwa kau lihat bumi kering dan gersang, maka apabila Kami turunkan air di atasnya, niscaya ia bergerak dan subur. Sesungguhnya Tuhan Yang menghidupkannya, Pastilah dapat menghidupkan yang mati. Sesungguhnya Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu.” (QS. Fushshilat : 39).

Begitulah, Allah menjadikan hujan sebagai nikmat dan rahmat bagi makhluk-makhluk-Nya, tidak terkecuali manusia. Bahkan Al-Qur’an menyebutkannya sebagai sumber kehidupan.

“Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka tiada juga beriman?” (QS. Al-Anbiya’: 30)

Awal Petaka dan Bencana

Hujan bisa juga menjadi awal petaka yang mengerikan. Hujan lebat yang disertai angin kencang kerapkali menghadirkan suasana yang mencekam di hati setiap orang. Banjir, angin topan, dan bencana tanah longsor adalah bunga berita yang menghiasi televisi dan surat kabar di musim penghujan.

Masih segar dalam ingatan kita bagaimana satu desa di Banjarnegara rata dengan tanah, disapu tanah longsor setelah turunnya hujan lebat. Korban berjatuhan, warga terpaksa hidup di tempat pengungsian. Banjir yang menggenangi sebagian kota-kota besar seolah menjadi tandingan headline berita banjir yang menjadi langganan kota Jakarta. Korban jiwa dan kerugian material tak terhitung banyaknya.

Demikianlah, Allah kuasa mengubah hujan yang penuh rahmat menjadi bencana.

Maka agar hujan tersebut membawa rahmat dan kebaikan, hendaknya kita lakukan beberapa tuntunan yang diajarkan oleh Rasulullah saw, diantaranya:

Berdoa saat hujan tiba

Saat hujan turun, Rasulullah biasa berdoa:

اللهُمَّ صَيِّبًا نَافِعًا

“Ya Allah, jadikanlah ia hujan yang membawa manfaat.” (HR. Abu Daud, An-Nasai, Ahmad, dan Ibnu Hibban)

Kenapa Rasul berdoa dengan lafadz tersebut? Karena hujan bisa mendatangkan manfaat namun kadang penyebab timbulnya petaka sebagaimana telah disebutkan di muka.

Maka saat hujan deras, beliau berdoa:

«اللَّهُمَّ حَوَالَيْنَا، وَلاَ عَلَيْنَا، اللَّهُمَّ عَلَى الآكَامِ وَالجِبَالِ وَالآجَامِ وَالظِّرَابِ وَالأَوْدِيَةِ وَمَنَابِتِ الشَّجَرِ»

“Ya Allah, turunkanlah hujan di sekitar kami, jangan menjadi musibah bagi kami! Ya Allah, turunkanlah hujan pada dataran tinggi, pegunungan, perbukitan, lembah-lembah dan tempat-tempat tumbuhnya tanaman.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Setelah selesai hujan beliau kembali berdoa sebagai wujud syukur kepada Allah ta’ala:

مُطِرْنَا بِفَضْلِ اللَّهِ وَرَحْمَتِهِ

“Kita telah diberi hujan dengan karunia dan rahmat Allah semata.” (HR. Muslim)

Menyingkap Sebagian Pakaian

Anas ra berkata: “Kami pernah diguyur hujan bersama Rasulullah saw. Lalu Rasulullah saw menyingkap pakaiannya hingga terkena hujan. Kami pun bertanya kepada beliau : ‘Wahai Rasulullah, mengapa engkau lakukan itu ?’. Beliau menjawab : ‘Karena hujan baru saja diturunkan oleh Rabb-nya” (HR. Muslim).

Rasulullah mengerjakan hal tersebut agar mendapatkan berkah dari air hujan. Air hujan adalah mubarak (diberkahi), karena Allah swt mendatangkan keberkahan dengan hujan tersebut. Dengannya manusia dan binatang memperolah minum, pepohonan tumbuh subur, menghasilkan buah-buahan dan dengannya pula Allah membuat segala sesuatu menjadi hidup. Dan hal ini merupakan bentuk tabarruk (mengambil barakah) yang tidak dilarang, karena ada tuntunan dari Rasulullah saw. Sehingga, sebagian sahabat pun ikut melakukannya.

Apabila hujan turun, Ibnu Abbas ra berkata : ‘Wahai pelayan, keluarkanlah pelanaku dan pakaianku”. Kemudian ia (Ibnu ‘Abbas) membaca ayat : ‘Dan Kami turunkan dari langit air yang diberkahi’ (QS. Qaaf : 9)

Saat Mustajab

Setiap orang di dalam kehidupannya pasti selalu berdoa, atau setidaknya pernah berdoa. Yang menjadi pertanyaan, kenapa banyak orang merasa doanya selalu gagal, kenapa Allah tidak segera mengijabahi permintaannya? Boleh jadi salah satu penyebabnya adalah kurang pasnya dia dalam memilih waktu yang mustajab untuk berdoa.

Saat turun hujan adalah waktu yang tepat untuk memperbanyak doa, karena Allah akan mengabulkan permohonan hambaNya. Sebagaimana sabda Rasulullah saw:

“Carilah pengabulan doa pada saat bertemunya dua pasukan, pada saat iqamah shalat, dan saat turun hujan.” (HR. Al-Hakim)

Itulah di antara sunnah Rasul yang bisa kita lazimi saat hujan. Semoga dengan mengamalkannya kita bisa mendapatkan hujan yang membawa rahmat dan nikmat, bukan adzab. Wallaahul Musta’an.

Keberkahan Hujan

اللَّهُمَّ صَيِّبًا نَافِعًا

“Allahumma shoyyiban naafi’an.” Ya Allah jadikallah hujan ini mendatangkan kemanfaatan.”

Hujan menjadi suatu pemandangan yang biasa di indonesia, apalagi di musim hujan, hampir setiap hari kita bisa menyaksikannya. Karena terlalu sering, kita dilupakan untuk mentadaburinya. Apa yang Allah inginkan dengan menciptakan hujan dan menurunkannya di pekarangan kita, sehingga kita bisa menyaksikannya?

Ternyata Allah hendak mengingatkan kita akan kehidupan setelah kematian, Allah Berfirman :
Dan Dialah yang meniupkan angin sebagai pembawa berita gembira sebelum kedatangan rahmat-Nya (hujan); hingga apabila angin itu telah membawa awan mendung, Kami halau ke suatu daerah yang tandus, lalu Kami turunkan hujan di daerah itu, Maka Kami keluarkan dengan sebab hujan itu berbagai macam buah-buahan. seperti Itulah Kami membangkitkan orang-orang yang telah mati, Mudah-mudahan kamu mengambil pelajaran. (QS. Al A’raf : 57)

 

Baca Juga: Amanah yang Mendatangkan Berkah

 

Bila hujan bisa mengingatkan kita akan akhirat, maka kebaikan selanjutnya yang diharapkan adalah segera beramal untuk mempersiapkan bekal menempuh perjalanan panjang setelah kematian. dan tempat beramal adalah di dunia, karena di akhirat sudah tidak ada lagi kesempatan beramal yang ada hanya perhitungan dan balasan amal.

Bentuk amal shaleh yang bisa kita jadikan bekal di akhirat adalah berdoa kepadaNya, bahkan amalan doa tidaklah terkategori kecuali masuk dalam jenis ibadah seagaimana sabdanya “ad du’au huwal ibadah,” doa itu adalah ibadah. makanya kalau doa ini diarahkan kepada selain Allah, ia tidak termasuk ibadah bahkan termasuk kesyirikan.

Termasuk doa yang terikat dengan keadaan adalah doa di saat hujan. bahkan pada keadaan hujan, doa itu menjadi mustajab. Rasulullah shallallhu’alaihi wasallam bersabda :

اُطْلُبُوْا إجَابَةَ الدُعَاءِ عِنْدَ التِقَاءِ الجُيُوْشِ , وَإقَامَةِ الصَلاةِ وَنُزُوْلِ المَطَرِ

“Carilah ijabah doa ketika (hendak) bertemunya para pasukan, saat (akan) didirikan shalat dan saat turunnya hujan.” (Hadits diriwayatkan Imam syafi’i dalam al Umm dan dinyatakan hasan oleh Al Albany rahimahullah)

Apa saja kebutuhan kita, doakan saja kepada Allah Ta’ala di saat hujan. Dan sebelum mendoakan dengan doa umum yang berkaitan dengan pribadi kita, dahulukan doa yang diajarkan oleh Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam yang diriwayatkan oleh ibu kita, ummahatul mukminin ‘Aisyah Radhiallahu’anha :

أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ إِذَا رَأَى الْمَطَرَ قَالَ : (اللَّهُمَّ صَيِّبًا نَافِعًا).

Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam jika melihat hujan beliau berdoa, “Allahumma shoyyiban naafi’an.” Ya Allah jadikallah hujan ini mendatangkan kemanfaatan.” (HR. Bukhari)

Rahmat Nabi kepada umatnya, memohonkan kemanfaatan dari hujan yang diturunkan. Karena Ketika hujan turun ada dua kemungkinan, ia mendatangkan kemanfaatan atau mendatangkan kemadharatan. Dikisahkan dalam al qur’an tentang kaum ‘Aad yang mereka meyangka awan yang datang akan menurunkan kebaikan atau hujan, namun Allah berkehendak lain disebabkan kekafiran mereka dan penentangannya kepada utusanNya :

“Maka tatkala mereka melihat azab itu berupa awan yang menuju ke lembah-lembah mereka, berkatalah mereka: “Inilah awan yang akan menurunkan hujan kepada kami”. (Bukan!) bahkan Itulah azab yang kamu minta supaya datang dengan segera (yaitu) angin yang mengandung azab yang pedih. Yang menghancurkan segala sesuatu dengan perintah Rabnnya, Maka jadilah mereka tidak ada yang kelihatan lagi kecuali (bekas-bekas) tempat tinggal mereka. Demikianlah Kami memberi Balasan kepada kaum yang berdosa. (QS. Al Ahqaaf: 24-25)

Makna kemanfaatan hujan adalah dengan suburnya bumi dan dapat menumbuhkan sesuatu yang bermanfaat. Dan termasuk madharot bahkan disebut sebagai musim kemarau adalah Allah menurunkan hujan tapi ia tidak mendatangkan manfaat dengan tidak menumbuhkan apapun. Dari Abu Hurairah Radhiallahu’anhu, bahwa Rasululah shallallahu’alaihi wasallam bersabda :

لَيْسَتْ السَّنَةُ بِأَنْ لَا تُمْطَرُوا وَلَكِنْ السَّنَةُ أَنْ تُمْطَرُوا وَتُمْطَرُوا وَلَا تُنْبِتُ الْأَرْضُ شَيْئًا

“Kemarau itu bukannya kalian tida dihujani, tapi kemarau adalah kalian dihujani dan dihujani tapi bumi tidak menumbuhkan apa pun.” (HR. Muslim)

Tidak hanya lisan saja yang berdoa ketika ada hujan, ada sunnah fi’liyah yang dilakukan Nabi ketika hujan

وعن أَنَسٌ قَالَ أَصَابَنَا وَنَحْنُ مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَطَرٌ قَالَ: فَحَسَرَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ثَوْبَهُ حَتَّى أَصَابَهُ مِنْ الْمَطَرِ فَقُلْنَا: يَا رَسُولَ اللَّهِ، لِمَ صَنَعْتَ هَذَا؟ قَالَ: (لِأَنَّهُ حَدِيثُ عَهْدٍ بِرَبِّهِ تَعَالَى)

Dari Anas ia berkata; Kami diguyur hujan ketika bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, lantas beliau membuka pakaiannya sehingga terkena hujan, lalu kami pun bertanya, “Wahai Rasulullah, kenapa Anda melakukan hal itu?” beliau menjawab: “Karena hujan ini merupakan rahmat yang diberikan oleh Allah ta’ala.”

Agar lebih berpahala lagi, perlu kita hadirkan perasaan cemas dan takut ketika melihat awan hitam dan mendung yang sangat pekat. Begitulah perasaan yang dihadirkan Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam, ‘Aisyah Radhiallahu’anha menceritakan ;

Apabila langit gelap berawan, maka beliau akan kelihatan pucat, keluar masuk rumah, ke depan dan ke belakang. Dan jika hujan turun, beliau pun merasa lega, dan hal itu dapat diketahui dari raut wajahnya. Aisyah berkata; Saya menanyakan hal itu pada beliau, maka beliau berkata: “Wahai Aisyah, kalau cuaca seperti ini, saya khawatir jangan-jangan akan terjadi seperti apa yang diungkapkan oleh kaum ‘Aad, ‘Maka tatkala mereka melihat azab itu berupa awan yang menuju ke lembah-lembah mereka, berkatalah mereka: ‘Inilah awan yang akan menurunkan hujan kepada kami.” (HR. Muslim)