Puasa Iya, tapi ndak Shalat

Ada satu fenomena yang seolah sudah lumrah terjadi di masyarakat muslim, terkhususnya di negeri kita indonesia. fenomena yang tidak didasari dengan ilmu, tapi dengan ikut-ikutan. Yaitu meramaikan bulan Ramadhan dengan menjalankan puasanya, tapi tidak mengerjakan shalat lima waktu. Sangat jarang pergi ke masjid tapi dia berpuasa di bulan Ramadhan.

Apakah hal yang demikian lumrah dalam agama? Tentu saja tidak.

Agama Islam terdiri dari lima rukun atau pondasi, yaitu; Syahadat, shalat, zakat, puasa dan haji (bila mampu). Seseorang dikatakan Islam atau muslim bila melengkapi kelima hal tersebut. Dengan begitu, shalat itu wajib dan puasa juga wajib. Dalilnya sudah jelas dan sering kita dengarkan. Bila salah satu dari lima hal tersebut alpa, tentunya predikat muslim juga akan ikut alpa.

BACA JUGA: MENCICIPI MAKANAN BAGI ORANG YANG BERPUASA

Adapun orang yang berpuasa tapi meninggalkan shalat lima waktu dan dia mengingkari kewajibannya, para ulama sepakat bahwasanya orang tersebut dihukumi kafir dan keluar dari Islam. Dengan demikian, meskipun dia berpuasa, puasanya tidak diterima oleh Allah.

Sedangkan orang yang meninggalkan shalat karena malas dan meremehan, tapi masih mengakui kewajibannya, para ulama berbeda pendapat. Ada yang mengkafirkan dan adapula yang tidak.

Dari kedua pendapat di atas, pendapat yang mengatakan kafirnya orang yang meninggalkan shalat karena malas lebih betul, berdasarkan sabda Nabi,

“Barangsiapa yang meninggalkan shalat dengan sengaja, maka dia terbebas dari jaminan Allah dan Rasul-Nya.” (HR. Ahmad).

Dalam hadits lain beliau bersabda, “Batasan antara seorang hamba dengan kekafiran adalah ketika dia meninggalkan shalat.” (HR. Muslim)

Dengan demikian, rasanya percuma bila ada orang yang puasa tapi tidak menjalankan shalat. Karena Islamnya tidak sempurna. Lebih-lebih dia bukan termasuk orang muslim sebagaimana sabda Nabi diatas. Mungkin sebabnya mereka hanya ikut-ikutan tren, yang lain puasa, dia ikutan puasa, agar nanti saat manusia merayakan lebaran, ia juga bisa ikut-ikutan. Wallahu a’lam

(Majalah ar-risalah edisi: 110/rubrik as’ilah)

 

Khutbah Rasulullah menjelang Ramadhan

Salman al-Farisi, salah seorang sahabat Nabi Muhammad menuturkan kepada kita, bahwa pada hari-hari terkahir bulan sya’ban, Rasulullah berkhutbah, “Wahai sekalian manusia, sesungguhnya telah dekat kepadamu sekalian bulan yang agung, bulan yang penuh berkah, bulan yang di dalamnya terdapat satu malam yang lebih baik daripada seribu bulan. Inilah Ramadhan, bulan yang Allah tetapkan shaum di siang harinya sebagai kewajiban, dan shalat tarawih di malam harinya sebagai sunnah.

Barangsiapa yang ingin mendekatkan diri kepada Allah di bulan ini dengan suatu amalan sunnah, maka pahalanya seolah-olah ia melakukan amalan wajib pada bulan lain.

Dan barangsiapa melakukan amalan wajib pada bulan ini, maka ia akan dibalas dengan pahala seolah-olah telah melakukan tujuh puluh amalan wajib pada bulan lain. Inilah bulan kesabaran dan ganjaran bagi kesabaran yang sejati yaitu jannah. Bulan ini juga merupakan bulan simpati terhadap sesama. Pada bulan ini rezeki orang-orang beriman ditambah.

Barangsiapa memberi makan (untuk berbuka puasa) kepada orang yang sedang berpuasa, maka kepadanya dibalas dengan ampunan terhadap dosa-dosanya dan dibebaskan dari api neraka jahannam dan ia memperoleh ganjaran yang sama sebagaimana orang yang berpuasa tanpa sedikitpun megurangi pahala shaum dari orang itu.

Sesaat kalimat dari Rasulullah ini terhenti, maka salah seorang sahabat meyela, “Wahai Rasulullah, tidak semua diantara kami mempunyai sesuatu yang dapat diberikan kepada orang yang shaum untuk berbuka.” Rasulullah kemudian menjawab, “Allah akan mengaruniakan balasan ini kepada siapa saja yang memberi buka walaupun hanya dengan sebiji kurma atau seteguk air dan susu.”

Barangsiapa yang meringankan beban hamba sahayanya pada bulan ini, maka Allah akan mengampuninya dan akan membebaskannya dari api neraka.

Perbanyaklah di bulan ini empat perkara; dua perkara dapat mendatangkan keridhaan Rabbmu, dan dua perkara lagi kamu pasti memerlukannya. Dua perkara yang pertama adalah hendaknya kalian membaca kalimat thayyibah (Laa ilaaha illallah) dan istighfar sebanyak-banyaknya;  dan dua perkara berikutnya adalah hendaknya kalian memohon kepada-Nya agar masuk jannah dan berlindung kepada-Nya dari api neraka.

“Dan barangsiapa memberi minum kepada orang yang shaum (untuk berbuka), maka Allah akan memberinya minum dari telaga-Nya (Haudh) yang sekali minum saja, ia tidak akan merasakan dahaga lagi sampai ia memasuki jannah.”

Allahumma Baalighna Ramadhana. Aamiin