Muhasabah

Musibah, Teguran Untuk Siapa?

Akhir tahun ini, negeri kita diwarnai dengan berbagai musibah dan bencana di berbagai wilayah. Aksi saling tuding pun ramai tentang siapa yang bersalah dan menjadi sebab terjadinya bencana.

Bahwa bencana terjadi karena dosa, adalah hal yang sudah dimengerti oleh insan yang beriman, sesuai firman Allah Ta’ala, “Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu).” (QS. Asy Syuraa: 30)

Memang tak dipungkiri berdasarkan banyak dalil bahwa para pedagang yang curang, para pelaku riba dan juga para pezina, mereka ikut andil besar dalam mengundang terjadinya bencana. Akan tetapi, apakah hanya mereka yang bertanggung jawab atas timbulnya bencana?

Bahwa bencana adalah teguran, namun apakah teguran hanya tertuju kepada orang yang melakukan maksiat secara langsung? Ternyata tidak. Allah berfirman,

Takutlah pada musibah yang tidak hanya menimpa orang zhalim di antara kalian saja. Ketahuilah bahwa Allah memiliki hukuman yang pedih” (QS. Al Anfal: 25)

Jangan-jangan, msing-masing kita turut andil mengundang datangnya bala’. Yang berkuasa andil karena kesombongannya, dan keengganannya mengikuti aturan Pencipta, ini adalah penyebab terjadinya bencana. Sebagimana firman Allah Ta’ala,

“Jika Kami hendak membinasakan suatu negeri, maka Kami perintahkan kepada orang-orang yang hidup mewah di negeri itu (supaya mentaati Allah) tetapi mereka melakukan kedurhakaan dalam negeri itu, maka sudah sepantasnya berlaku terhadapnya perkataan (ketentuan Kami), kemudian Kami hancurkan negeri itu sehancur-hancurnya.” (QS. Al-Israa’: 16)

Orang-orang shalih meski banyak jumlahnya, tapi tidak peka dan peduli terhadap kemaksiatan dan kemungkaran, juga menjadi sebab turunnya bencana. Ketika Ibunda Ummu Salamah radhiyallahu ‘anha bertanya kepada Rasulullah, “Mungkinkah kami ditimpa bencana sedangkan di tengah-tengah kami masih ada orang-orang shalih? Beliau menjawab, “na’am, idza katsural khabats, ya jika keburukan merajalela.”

Maka bencana juga menjadi teguran bagi para ahli ibadah dan orang shalih yang mendiamkan kemungkaran.

Bahkan sampai para ulama dan da’I, secara tidak langsung juga mendapat teguran dengan adanya bencana. Allah Ta’ala menegur orang-orang alim di masa sebelum kita karena tidak memberikan peringatan kepada umat, “Mengapa orang-orang alim mereka, orang-orang pintar mereka tidak melarang mereka mengucapkan perkataan bohong dan memakan yang haram? Sesungguhnya amat buruk apa yang telah mereka kerjakan itu.,  (QS. al-Maidah: 63)

Jika memang bencana turun karena masing-masing manusia mengambil peran dosa dan kesalahan, maka jalan keluarnya adalah bertaubat secara serempak. Jika ada pihak yang tidak bertaubat dan tetap pada maksiat, maka diberlakukannya amar ma’ruf nahi mungkar adalah penangkal terjadinya musibah dan bencana. Semoga Allah menyelamatkan kita di dunia dan akhirat, aamiin.

Oleh: Abu Umar Abdillah

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *