10 Amal Harian Penyubur Iman

Sebagaimana diketahui bahwa iman pada saatnya akan bertambah dan pada saat yang lain akan berkurang. Ia bertambah dengan amal shalih dan berkurang karena kemaksiatan. Saat kemaksiatan sudah sering dilakukan, maka iman akan berada pada posisi yang sangat mengkhawatirkan. Bila tidak segera diperbaiki dan dipompa, lama-kelamaan iman bisa saja berkarat, keropos bahkan sampai puncaknya dia akan hilang.

Maka dari itu, si pemilik iman harus senantiasa melazimi hal-hal yang bisa menjaga keimanannya. Agar iman selalu terjaga, seseorang haruslah mengupayakannya, bukan hanya menunggu dan membiarkannya. di bawah ini ada 10 amal harian yang kiranya bila dilazimi oleh seorang mukmin akan membantu menjaga bahkan menyuburkan imannya.

  1. Dzikir Pagi Sore

وَاذْكُرْ رَبَّكَ فِي نَفْسِكَ تَضَرُّعاً وَخِيفَةً وَدُونَ الجَهْرِ مِنَ القَوْلِ بِالغُدُوِّ والآصَالِ وَلاَ تَكُنْ مِنَ الغَافِلِينَ

Dan sebutlah (nama) Rabbmu dalam hatimu dengan merendahkan diri dan rasa takut, dan dengan tidak mengeraskan suara, di waktu pagi dan petang, dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang lalai.” (QS.al A’raf: 205)

  1. Rutin Shalat Dhuha

يُصْبحُ عَلَى كُلِّ سُلاَمَى مِنْ أَحَدكُمْ صَدَقَةٌ : فَكُلُّ تَسْبِيحَةٍ صَدَقَةٌ ، وَكُلُّ تَحْمِيدَةٍ صَدَقَةٌ ، وَكُلُّ تَهْلِيلَةٍ صَدَقَةٌ ، وَكُلُّ تَكْبِيرَةٍ صَدَقَةٌ ، وَأَمْرٌ بِالمَعْرُوفِ صَدَقَةٌ ، وَنَهْيٌ عَنِ المُنْكَرِ صَدَقَةٌ ، وَيُجْزِىء مِنْ ذَلِكَ رَكْعَتَانِ يَرْكَعُهُمَا مِن الضُّحَى

“Pada pagi hari, setiap persendian kalian diwajibkan sedekah; setiap satu ucapan tasbih itu bernilai satu sedekah, satu kalimat tahmid bernilai satu sedekah, satu ucapan tahlil bernilai satu sedekah, satu ucapan takbir bernilai satu sedekah, memerintahkan yang ma’ruf satu sedekah, mencegah yang mungkar satu sedekah. Dan semua itu bisa diganti dengan dua rakaat shalat dhuha.” (HR. Muslim)

  1. Shalat Jamaah Tepat Waktu

لَوْ يَعْلَمُ النَّاسُ مَا فِي النِّدَاءِ وَالصَّفِّ الأَوَّلِ ، ثُمَّ لَمْ يَجِدُوا إلاَّ أنْ يَسْتَهِمُوا عَلَيْهِ لاسْتَهَمُوا

“Kalau saja manusia tahu pahala dalam panggilan shalat dan shaf awal, kemudian mereka tidak bisa mendapatkannya selain harus dengan mengundi, pasti mereka akan mengundi.”(HR.Bukhari)

  1. Menjaga Shalat Rawatib

مَا مِنْ عَبْدٍ مُسْلِمٍ يُصَلِّي للهِ تَعَالى كُلَّ يَوْمٍ ثِنْتَيْ عَشرَةَ رَكْعَةً تَطَوُّعاً غَيرَ الفَرِيضَةِ ، إلاَّ بَنَى الله لَهُ بَيْتاً في الجَنَّةِ

“Tidaklah seorang hamba melakukan shalat sunah dengan ikhlas lillaahi ta’ala setiap hari sebanyak 12 rakat, melainkan pasti Allah akan membangunkannya rumah di jannah (HR. Muslim)

  1. Qira’ah Al-Qur’an 1 Juz

اقْرَؤُوا القُرْآنَ ؛ فَإنَّهُ يَأتِي يَوْمَ القِيَامَةِ شَفِيعاً لأَصْحَابِهِ

“Bacalah al Quran karena sesungguhnya al-Quran akan datang sebagai pemberi syafaat bagi sahabatnya (orang yang rajin qira’ah qur’an).” (HR. Muslim)

  1. Berusaha Selalu dalam Kondisi Suci

من تَوَضَّأ فَأَحْسَنَ الوُضُوءَ ، خَرَجَتْ خَطَايَاهُ مِنْ جَسَدِهِ حَتَّى تَخْرُج مِنْ تَحْتِ أَظْفَارِهِ

“Sesiapa yang berwudhu dan membaguskan wudhunya, kesalahan-kesalahannya akan keluar dari jasadnya, bahkan sampai keluar dari ujung kuku-kukunya.” (HR. Muslim)

  1. Sedekah Harian

جَاءَ رَجُلٌ إِلَى النَّبِىِّ – صلى الله عليه وسلم – فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَىُّ الصَّدَقَةِ أَعْظَمُ أَجْرًا قَالَ: أَنْ تَصَدَّقَ وَأَنْتَ صَحِيحٌ شَحِيحٌ ، تَخْشَى الْفَقْرَ وَتَأْمُلُ الْغِنَى ، وَلاَ تُمْهِلُ حَتَّى إِذَا بَلَغَتِ الْحُلْقُومَ قُلْتَ لِفُلاَنٍ كَذَا ، وَلِفُلاَنٍ كَذَا ، وَقَدْ كَانَ لِفُلاَنٍ

“Seorang lelaki datang menemui Rasulullah ﷺ dan bertanya, “ Wahai Rasulullah, sedekah apa yang paling utama?” Rasulullah ﷺ menjawab, “Bersedekah saat kau dalam kondisi sehat dan kikir; takut miskin dan sedang berharap menjadi kaya, tidak menunda sampai nyawa sampai di tenggorokan baru kau berkata, “Aku sedekahkan ini untuk si fulan segini dan si fulan segini,” padahal itu sudah menjadi bagian si fulan (ahli warisnya).”(HR. Bukhari)

  1. Membaca Buku

قُلْ هَلْ يَسْتَوي الَّذِينَ يَعْلَمُونَ وَالَّذِينَ لاَ يَعْلَمُونَ

Katakanlah (hai Muhammad) Adakah sama antara orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?” (QS. Az-Zumar: 9).

  1. Istighfar Minimal 100 Kali

والله إنِّي لأَسْتَغْفِرُ الله وأَتُوبُ إِلَيْه في اليَوْمِ أَكْثَرَ مِنْ سَبْعِينَ مَرَّةً

“Demi Allah, Aku selalu beristighfar dan bertaubat kepada-Nya lebih dari tujuh puluh kali dalam sehari.” (HR. Bukhari)

  1. Witir Sebelum tidur

عن أَبي هريرة – رضي الله عنه – ، قَالَ : أوْصَانِي خَلِيلي – صلى الله عليه وسلم – بِصِيَامِ ثَلاَثَةِ أيَّامٍ مِنْ كُلِّ شَهْرٍ ، وَرَكْعَتَي الضُّحَى ، وَأنْ أُوتِرَ قَبْلَ أنْ أرْقُدَ . متفقٌ عَلَيْهِ

“Dari Abu Hurairah berkata, “Kekasihku (Rasulullah ﷺ) mewasiyatkan padaku agar melaksanakan shaum tiga hari setiap bulan, dua rakaat dhuha dan shalat witir sebelum tidur.” (Muttafaq alaih).

Semoga kita diberi keteguhan hati untuk melazimi amal harian di atas dalam keseharian kita.

 

Oleh: Redaksi/Ibadah

Waspadai Ngedrop Iman Pasca Ramadhan

Bagaimana suatu dosa menjadi biasa itu ada siklusnya; baik dalam bentuk meninggalkan perintah maupun melanggar larangan. Bermula dari setan yang secara masif membujuk dan merayu nafsu, lalu nafsu tak kuasa menolak iming-iming dari setan, entah karena penasaran ataupun terpesona oleh cara setan menyajikan. Hingga terjerumuslah seseorang kepada dosa. Tak berhenti sampai di situ, karena setan terus membangkitkan memori lezatnya suatu kemaksiatan, ditambah janji-janji kenikmatan lebih yang bakal dirasakan, maka yang terjadi berikutnya adalah pengulangan dosa. Ketika pengulangan itu terjadi berkali-kali, maka suatu dosa telah terpatri dan bisa menjadi karakter diri. Inilah yang berlaku ketika perselingkuhan antara setan dan nafsu terjadi.

Di antara kemurahan Allah kepada hamba-Nya adalah ketika Allah memberikan kesempatan bagi manusia untuk terbebas dari belenggu setan dan kungkungan hawa nafsu. Allah ‘hadiahkan’ bagi hamba-Nya waktu sebulan penuh pertolongan bagi hamba-hamba-Nya yang mau memanfaatkan peluang. Di bulan Ramadhan Allah belenggu setan si musuh bebuyutan, hingga tak berdaya membujuk dan melancarkan godaan. Lalu Allah sediakan ‘program’ unggulan berupa shaum, yang dengannya manusia bisa menundukkan hawa nafsu, bukan justru menjadi budaknya.

Saat setan dibelenggu, nafsu juga tertundukkan, maka kita terbiasa untuk tertib dengan aturan; mengerjakan perintah dan meninggalkan larangan, termasuk disiplin menjaga waktu dan batas-batasannya. Ini berlangsung hingga selama satu bulan. Yakni waktu yang semestinya sangat cukup untuk membentuk sebuah kebiasaan baik, reflek terhadap keshalihan hingga menjadi sebuah karakter. Karena telah menjadi kebiasaan dan karakter, semestinya tidak mudah berubah kebiasaan itu meskipun belenggu setan telah dilepaskan, karena nafsu telah tertundukkan.

Namun realita yang sering kita dapatkan, perubahan itu begitu drastis dirasakan; aturan syariat begitu enteng ditinggalkan, larangan-larangan begitu mudah untuk dilanggar, hingga seakan ia tidak pernah memiliki kebiasaan yang baik. Kebaikan yang telah dirintis dan dibiasakan makin jauh makin terkikis dan habis. Allah ingatkan kita, “Dan janganlah kamu seperti seorang perempuan yang menguraikan benangnya yang sudah dipintal dengan kuat, menjadi cerai berai kembali.” (QS. an-Nahl: 92)

Ini adalah perumpamaan yang pas dengan kondisi orang yang telah memperbaiki hati dan amalnya pada bulan ramadhan, lalu ia menanggalkan kebaikan itu satu persatu, hingga ia seakan tak pernah memperbaiki diri. Sisi cela bukan pada program yang tersedia pada bulan ramadhan, tapi dari kecerobohan orang yang menjalaninya. Atau dia tidak bersyukur atas nikmat ramadhan yang Allah sediakan. Karena seandainya dia bersyukur tentu Allah akan memudahkan baginya menjalankan ketaatan. Maka jangan sampai kita rusak sendiri kebiasaan baik yang telah kita rintis di buan ramadhan, jadikan kebaikan sebagai karakter yang melekat hingga tak mudah berubah kepada keburukan, wallahul muwaffiq.

(Abu Umar Abdillah)