3 Manfaat Nikah Muda

Allah menciptakan manusia berpasang-pasang, ada pria ada juga wanita. Bahkan bukan hanya manusia, makhluk seperti hewan sekalipun mereka diciptakan berpasang-pasang. Dalam Islam, hubungan antara pria dan wanita pada dasarnya adalah haram sebelum mereka mengikatnya dengan syariat yang disebut nikah.

Akan tetapi masih banyak kita jumpai berbagai jenis manusia yang mereka menghalalkan hubungan pria-wanita tersebut dengan berzina, selingkuh dan lain sebagainya. Di lain sisi adapula sebagian orang yang betah membujang dan tidak ada niatan untuk menikah, paadahal sahabat Ibnu Mas’ud berkata, “Sekalipun usiaku hanya tersisa sepuluh hari, maka aku tetap akan menikah, sebab aku tidak ingin menghadap Allah dalam keadaan membujang.”

Menikah tidak harus menunggu mapan atau harus berumur 30 puluhan. Dalam syariat justru menikah di usia muda meiliki beberapa manfaat, antara lain;

  1. Segera terealisasi perintah Allah dan Rasul-Nya.

Sebagaimana tertera dalam beberapa ayat Allah memerintahkan kita untuk menikah seperti yang tertera dalam surat an-Nur ayat 32 dan an-Nisa ayat 3 serta hadits Nabi tentang menjaga mata.

 

  1. Segera mendapat pertolongan Allah.

Rasulullah bersabda, “Tiga golongan yang berhak mendapat pertolongan Allah, Mujahid fii sabilillah, Budak yang ingin merdeka, dan orang yang menikah karena ingin menjaga kesucia.” (HR. at-Tirmidizi, an-Nasa’I dan Ibnu Majah)

 

  1. Segera terpenuhi setengah agamanya

Sehebat apapun orang menjalankan syariat islam, paling maksimal dia hanya mencapai 50% saja, sampai dia menikah. Sebagaimana Nabi bersabda, “Apabila seseorang menikah berarti telah menyempurnakan setengah agamanya. Oleh karena itu, hendaklah dia bertaqwa kepada Allah untuk meraih setengah lainnya.”

 

Itulah beberapa manfaat nikah di usia dini, selain bernilai Ibadah, setengah agama kita akan terpenuhi dengan segera ketika kita segera menjalankannya. Yuk yang masih bujang segera menikah 🙂

Penjagaan Nikma Dunia dan Akhirat

اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ زَوَالِ نِعْمَتِكَ وَتَحَوُّلِ عَافِيَتِكَ وَفُجَاءَةِ نِقْمَتِكَ وَجَمِيعِ سَخَطِكَ

‘ALLOOHUMMA INNII A’UUDZU BIKA MIN ZAWAALI NI’MATIKA, WATAHAWWULI ‘AAFIYATIKA, WAFUJAA-ATI NIQMATIKA, WAJAMII’I SAKHOTHIKA’

Doa adalah ibadah dan ibadah hanya boleh ditujukan kepada Allah SWT, maka tidaklah boleh bagi seorang muslim untuk berdoa, meminta dan menggantungkan harapannya kepada selain Allah SWT. Rasulullah SAW bersabda :

إِنَّ الدُّعَاءَ هُوَ الْعِبَادَةُ ثُمَّ قَرَأَ { وَقَالَ رَبُّكُمْ ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ إِنَّ الَّذِينَ يَسْتَكْبِرُونَ عَنْ عِبَادَتِي سَيَدْخُلُونَ جَهَنَّمَ دَاخِرِينَ }

“Sesungguhnya do’a itu adalah ibadah.” Kemudian beliau membaca ayat: ‘(Dan Rabmu berfirman: ‘Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina dina).” (HR. Ibnu Majah, Ahmad, Abu Daud dan Tirmidzi)

Bahkan Apabila seorang muslim yang tidak melakukan kesyirikan (tidak berdoa kepada selain Allah SWT) bersamaan dengan itu dia juga tidak berdoa kepada Allah SWT, maka Allah pun murka kepadanya. Sebagaimana sabda Nabi Muhammad SAW :

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ , قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : مَنْ لَمْ يَدْعُ اللَّهَ غَضِبَ اللَّهُ عَلَيْهِ

Dari Abu Hurairah RA, ia berkata; Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Barangsiapa tidak berdoa/memohon kepada Allah SWT, maka Allah akan murka kepadanya.” (HR. Bukhari dalam Adabul Mufrad)

Mari kita simak teladan terbaik, Nabi kita Muhammad SAW dalam hal berdoa kepada Allah SWT, diantara doa yang di beliau SAW panjatkan :

عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ قَال كَانَ مِنْ دُعَاءِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ زَوَالِ نِعْمَتِكَ وَتَحَوُّلِ عَافِيَتِكَ وَفُجَاءَةِ نِقْمَتِكَ وَجَمِيعِ سَخَطِكَ

Dari ‘Abdullah bin ‘Umar dia berkata; “Diantara doa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam adalah: ‘ALLOOHUMMA INNII A’UUDZU BIKA MIN ZAWAALI NI’MATIKA, WATAHAWWULI ‘AAFIYATIKA, WAFUJAA-ATI NIQMATIKA, WAJAMII’I SAKHOTHIKA “Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari hilangnya kenikmatan yang telah Engkau berikan, dari lepasnya kesehatan yang telah Engkau anugerahkan, dari siksa-Mu yang datang secara tiba-tiba, dan dari segala kemurkaan-Mu.’

Tidak bisa dipungkiri bahwasannya Allah SWT telah memberikan kepada hambanya banyak kenikmatan, tak mampu kita menghitungnnya. Dimulai ketika bangun dari tidur, kita bisa bernapas lega –hidup kembali-, dikembalikannya penglihatan, pendengaran dan anggota badan dengan keadaan yang sehat. Kita bisa bisa menikmati segarnya air putih, yang seluruh makluq pantas bersyukur atas karunia Allah SWT yang berupa air ini, sehingga hiduplah bumi dan apa yang ada di dalamnya, kita bisa merasakan lezatnya makanan yang tersedia, dan masih banyak lagi nikmat yang bentuknya harta, keamanan, anak. Bahkan diantara kenikmatan yang luput dari pandangan manusia adalah kenikmatan dari penjagaan untuk tidak melakukan kemaksiatan, karena tindak kemaksiatan menghilangkan kenikmatan, dengarkanlah perkataan Ali bin Abi Tholib RA :

ِإذَا كُنْتَ فِي نِعْمَةٍ فََارْعَهَا … فَإِنَّ المَعَاصِي تَزِيْلُ النَّعَمْ

Jika engkau dalam kenikamatan jagalah ia…karena sungguh kemaksiatan akan menghapusnya

Do’a diatas memberikan pelajaran kepada kita untuk selalu berlindung kepada Allah dari hilangnya kenikmatan yang sudah diberikan, diantara penjagaan kenikmatan adalah tidak bermaksiat kepada Allah dan bersyukur atas kenikmatan, menunaikan hak-haknya, mengeluarkan dan membaginya kepada saudara dan yang berhak menerimanya.

Rosulullah SAW juga mengajarkan kita untuk berlindung kepada Allah SWT dari perubahan kenikmatan, dari keadaan sehat berubah menjadi sakit, kaya menjadi miskin. Dalam sabdanya yang lain Nabi Mumammad SAW mengingatkan kelalaian yang menjangkiti banyak manusia akan nikmat sehat ini :

“Dua kenikmatan yang sering dilupakan oleh kebanyakan manusia adalah kesehatan dan waktu luang.” (HR. Bukhari)

Bahkan mewanti-wanti kepada umatnya untuk benar-benar mempergunakannya kepada sesuatu yang dapat mendatangkan manfaat di dunia dan akhirat dengan sabdanya :

Gunakanlah kesempatan sehatmu sebelum datang sakitmu (Hadits shahih riwayat Hakim dan Baihaqi dari Ibnu Abbas)

yaitu pergunakanlah nikmat sehat yang diberikan Allah SWT dengan memperbanyak amal shaleh sebagai bekal menuju perjalanan panjang di akhirat, karena bisa jadi sakit akan menghalanginya untuk giat dan memperbanyak amal shaleh.

Tentunya kita bertanya, apakah kita termasuk orang yang lupa akan kenikmatan sehat ini, iyadzan billah, ataukah kita sudah benar-benar bersyukur dengan menjaga dan mempergunakannya untuk ta’at kepada Allah SWT, menjadikannya modal untuk berbekal, serta mendoakan agar Allah senantiasa menjaganya?!

seorang Nabi, Rosul Allah pun tidak mengetahui musibah yang akan menimpa dirinya, oleh karena itu Rosulullulah SAW berdoa berlindung kepada Allah SWT akan musibah yang spontan datang tak diundang. Bila musibah yang datang secara tiba-tiba ini terjadi ditakutkan tidak memberi kesempatan kepada kita untuk bertaubat, karena jika Allah telah berkehendak maka tidak ada yang mampu merubahnya meskipun seluruh makhluq berkumpul bersatu dan berupaya membantunya.

Dan yang terakhir beliau berdoa dan mengajarkan kepadak kita untuk berlindung kepada Allah dari sebab-sebab yang bisa mendatangkan kemurkaaNya, bila Allah murka kepada hamba, tentulah hamba ini merugi, sengsara dan binasa. karena itu kita memohon kepada Alah untuk dijauhkan dari sebab-sebab kemurkaanNya sehingga datanglah kebalikannya, yaitu keridhoan Allah SWT.