Muhasabah

Area Abu-Abu

Dari zaman ke zaman, selalu saja ada kekuatan saling berhadapan, antara yang haq dan yang bathil. Dan di sana ada wilayah abu-abu yang lebih banyak pengikutnya. Yakni wilayah yang dihuni oleh umat yang belum memiliki ketegasan sikap, kepada siapa mereka mesti berpihak. Dan di wilayah abu-abu itu ada kaum munafik yang bergerak. Mereka ingin menarik penghuni wilayah abu-abu itu untuk dibawa ke area hitam dan menjauh dari area putih.

Iming-iming keuntungan dunia, meski hanya omdo (omong doang) sudah cukup menarik perhatian orang yang lemah iman. Perhiasaan dunia meski hanya sebatas janji sudah cukup menggeser posisi orang-orang yang cinta dunia menuju area hitam. Apalagi ditambah secuil sugesti berupa bantuan kontan yang langsung bisa dirasakan, sudah cukup membuat lupa daratan bagi orang-orang yang belum memiliki pijakan yang kuat untuk bertahan bersama pengusung kebenaran.

Pada akhirnya masing-masing kita perlu mengukur tingkat keimanan, untuk dihadapkan pada tingkat gangguan ataupun rayuan. Adakah pijakan kita benar-benar telah berada di area putih, ataukah di area abu-abu yang tengah ditarik menyeberang dan membelot dari kebenaran dan pengusungnya?

Andaikan saja kita hidup di zaman Musa alaihis salam dan Fir’aun, yakinkah kita akan bergabung bersama Musa alaihissalam? Sementara yang punya kekuasaan ketika itu adalah Fir’aun. Yang membangun Piramida begitu megahnya juga dia. Yang punya sejuta tentara (menurut sebagian mufasir seperti dinukil oleh Imam ath-Thabari) adalah Fir’aun. Dengan bahasa kekinian, Fir’aun lebih menjanjikan soal jaminan kesejahteraan dan finansial. Yakin akan bergabung dengan kafilah Musa alasihissalam? Saat itu pengikutnya sedikit, tidak punya kuasa dan bahkan berstatus ‘buruan’.

Andiakan kita hidup di zaman Ibrahim alaihissalam yang berhadapan dengan Namrudz, di kubu manakah Anda bergabung?

Andaikan kita hidup di zaman Nuh alaihissalam, akankah kita turut menaiki perahunya, ataukah mengikuti rombongan kebanyakan yang terdapa di sana orang-orang yang memiliki kedudukan dan kekayaan?

Adapun di masa mendatang, andaikan Dajjal muncul di zaman kita, yakinkah Anda berada di kubu yang berseberangan dengan Dajal? Padahal Dajjal mampu menjadikan tanah gersang secara tiba-tiba (atas ijin Allah) bagi yang tidak mau mengimani dirinya. Padahal ia juga bisa menjadikan tanah gersang menjadi subur seketika (atas ijin Allah) bagi siapa yang tunduk beriman dan mengabdi kepadanya?

Selagi seseorang masih menjadikan dunia dan perhiasannya sebagai ukuran kemuliaan dan kebahagiaan, maka posisinya sangat rawan bergeser ke kubu kebathilan, semoga Allah kokohkan keimanan kita dan kaum muslimin di setiap zaman dan tempat, aamiin.

(Abu Umar Abdillah)

 

 

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *