Bangunan Pengabdian
Untuk mengabdi kepada Allah-lah kita ada. Sehingga pengabdian kita sebagai hamba kepada Sang Pencipta mutlak adanya, dalam kesempurnaan cinta yang terangkum dengan sempurnanya ketundukan dan rasa takut. Sebab mengabdi adalah menetapi setiap yang dicintai dan diridhai Allah dalam ucapan dan tindakan, dalam wilayah lahiriyah maupun batiniyah.
Dan karena menghimpun dua aspek dan dua wilayah besar; lahir batin serta ucapan dan tindakan, maka pengabdian kita haruslah utuh. Dalam realisasinya, bangunan pengabdian ‘dicintai dan diridhai Allah’ berdiri di atas empat komponen utama yaitu ucapan hati dan lisan, serta tindakan hati dan anggota badan. Keempatnya harus menyatu dan melebur dalam paduan tak terpisahkan karena selain masing-masingnya tidak bisa berdiri sendiri, mereka juga saling memengaruhi. Kehilangan salah satunya adalah cacat yang merusak arti dan nilai pengabdian. Sehingga ahli dan pemilik pengabdian yang sesungguhnya, adalah dia yang memiliki kesemuanya.
Ucapan hati adalah i’tiqad mengenai semua yang diberitakan Allah. Landasan pijak tentang apa rahasia di balik sebuah tindakan. Sebab dua perilaku yang secara lahiriyah sama, bisa jadi sangat berbeda esensinya sebab berasal dari dua i’tiqad yang berbeda. Meski kewajiban kita menilai orang lain hanya dari yang nampak, tapi secara teori, kemungkinan orang-orang munafik yang benar secara lahir namun salah dari sisi batin adalah sebuah keniscayaan. Atau bahkan ia menjadi pengingat bagi diri kita sendiri agar tidak memanipulasi pengabdian kita kepada Sang Pencipta.
Ucapan lisan adalah pengungkapan secara oral dalam semua bentuknya, dalam lantang dan lirihnya. Sedang tindakan dengan anggota badan (jawarih) adalah bentuk pengabdian yang paling terlihat, seperti shalat dan jihad. Kesemuanya akan bernilai pengabdian jika bersesuaian dengan ajaran Rasulullah dan sebaliknya jika bertentangan dengan arahan Beliau Shalallahu ‘alaihi wa salam.
Adapun tindakan atau amalan hati adalah semua yang dikerjakan oleh hati semisal cinta dan benci, tawakal, takut, sabar, ridha, qanaah dan yang selainnya. Wajibnya hal-hal tersebut lebih wajib daripada tindakan dengan jawarih dan mustahabnya lebih dicintai Allah daripada mustahabnya jawarih. Bahkan, tindakan pengabdian lahiriyahnya anggota badan tanpanya adalah sebuah kekurangan, atau bahkan kehilangan substansinya sebagai pengabdian yang sebenarnya.
Tanpa amalan hati, pengabdian kita serupa penampakan palsu tanpa ruh pengabdian sebab tanpa rasa. Hampa dalam keindahan lahiriyah yang semu sebab kehilangan makna. Pameran pengabdian orang-orang munafik yang mencari dunia dan menjual akhirat. Serupa istana pasir, megah dan indah namun rapuh!