Kajian

Mulia Hingga Akhir Masa

Tinggi dan mulia, kira-kira seperti itulah al-Qur’an menggambarkan agama ini. Kedudukan Islam jauh di atas agama lain dan menggungguli keyakinan apapun yang ada di dunia ini. Meskipun, ummatnya dalam keadaan terpuruk, atau dikalahkan oleh musuhnya, tak berarti bahwa Islam menjadi rendah.

Allah SWT berfirman yang artinya, “Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman.” (QS. Ali Imran: 139)

Ayat tersebut turun pascaPerang Uhud. Pada waktu itu, kaum muslimin diselimuti duka setelah mengalami kekalahan perang. Secara psikologis mereka terpukul, dengan kematian 60 sahabat. Yang lebih menyakitkanlagi, hal itu terjadi lantaran sekelompok pasukan melanggar perintah Nabi SAW. Tak hanya pasukan yang ikut berperang merasakan duka, melainkan seluruh kaum muslimin madinah menjadi down. Lalu Allah SWT menurunkan ayat tersebut guna mengangkat ruhiyah kaum muslimin. Apapun yang terjadi kaum muslimin tetap berada di atas izzah atau kemuliaan.

Kemulian menurut sudut pandang al-Qur’an jelas berbeda dengan sudut pandang manusia. Menurut sudut pandang duniawi, kemuliaan diukur dari kekuatan fisik dan harta. Karena itu, orang munafik merasa lebih tinggi dari Rasulullah SAW dan sahabatnya. Sebab, mereka memiliki massa yang banyak dan ditangan merekalah ekonomi Madinah berputar. Tapi, menurut Allah SWT derajat mulia tak pantas disandang oleh orang-orang yang tidak beriman seperti mereka. Allah SWT berfirman yang artinya.

Kekuatan itu hanyalah bagi Allah, bagi Rasul-Nya dan bagi orang-orang mukmin, tetapi orang-orang munafik itu tiada mengetahui.” (QS. Al-Munafiqun: 8)

Ummat Islam memang pantas mengaku mulia. Sebab, hanya agama ini yang diterima oleh Allah SWT. Ada tiga agama samawi yang mengaku paling benar yaitu yahudi, nasrani dan Islam. Ketiganya pun memiliki bentuk syariat yang mirip, misalnya ada hukuman rajam buat pezina, hukum potong tangan buat pencuri dan lainnya. Namun ajaran Yahudi dan Nasrani mengalami perubahan yang dibuat oleh pemuka agamanya. Sehingga sulit dilacak antara ajaran Allah SWT dengan ajaran rabi dan rahib. Selain itu juga sulit membedakan antara ayat Allah SWT dengan ayat palsu buatan manusia. karena itulah, Allah SWT mengutus Muhammad Rasulullah SAW untuk meluruskan kesalahanpara ahli kitab dan musyrikin.

Rasulullah SAW membawa ajaran tauhid yang benar. Selain itu, menerapkan syariat Allah SWT yang sesuai untuk ummatnya hingga akhir masa. Sampai sekarang pun, tak ada ajaran yang lebih sempurna dari Islam. Baik secara teori maupun praktik. Selain menyampaikan syariat Allah. Rasulullah SAW telah berhasil menanamkan nilai dan moral yang luhur seperti, bersikap sopan, disiplin, tepat waktu, hemat tidak boros, bertindak efektif-efisien, dan belajar yang tidak pernah berhenti. Anda bisa membuktikan, bahwa dahulu bangsa bangsa arab termasuk bangsa yang jauh dari peradaban maju. Bahkan antar kabilah tak pernah akur dan saling bersaing.Tapi, Rasulullah SAW telah berhasil mengubah mereka menjadi bangsa yang berperilaku baik dan benar sesuai tuntutan Qur’an.Islam juga berhasil mengangkat derajat bangsa arab menjadi bangsa yang mulia dan berkuasa selama berabad-abad. Karena itu, sungguh benar ucapan Umar bin khattab, “Kami adalah kaum yang Allah muliakan dengan Islam. Jika kami mencari kemuliaan dengan selain Islam, Allah akan menghinakan kami”.

Rasulullah SAW bersabda,

الإِسْلاَمُ يَعْلُوْ وَلاَ يُعْلَى

“Islam itu tinggi dan tak ada menandinginya.” (HR. Baihaqi dan Daruqutni, hasan menurut Syaikh Albani)

Sebagai agama yang mulia, Islam menerapkan syareat yang menjaga posisi ummatnya lebih tinggi dari orang-orang kafir. Misalnya, Islam melarang seorang pria non muslim menikahi muslimah. Perjanjian Islam dan non Islam, pihak musuh tidak boleh memberikan syarat yang merugikan Islam juga dilarang. Bahkan, orang non muslim dilarang menyebarkan dakwahnya di negeri islam. Dari sisi pakaian dan atribut pun, antara orang muslim dan non muslim dibedakan.

Kemenangan dan kejayaan Islam adalah sunnatullah. Allah SWT berfirman yang artinya.

“Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa dimuka bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka dalam ketakutan menjadi aman sentausa. Mereka tetap menyembahku-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apapun dengan Aku. Dan barangsiapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik.” (QS. An-Nur: 55)

Kekuatan inti ummat Islam ada pada konsistensi menjaga ajaran diennya. Karenanya, Banyak ulama yang mengatakan bahwa. Kemajuan barat dicapai bukan karena mengingkari Allah SWT atau dengan meninggalkan ajaran agama. Sedangkan, kemunduran kaum muslimin di berbagai bidang muaranya karena meninggalkan ajaran agamanya.Dengan kata lain kufur kepada Allah SWT adalah sebab utama kekalahan.

Dari Ibnu Umar beliau mendengar Rasulullah SAW bersabda:

إِذَاتَبَايَعْتُمْبِالْعِينَةِوَأَخَذْتُمْأَذْنَابَالْبَقَرِوَرَضِيتُمْبِالزَّرْعِوَتَرَكْتُمُالْجِهَادَسَلَّطَاللَّهُعَلَيْكُمْذُلاًّلاَيَنْزِعُهُحَتَّىتَرْجِعُواإِلَىدِينِكُمْ

Jika kalian berjual beli dengan dengan akan ‘iynah, mengambil ekor-ekor sapi, kalian telah mencintai pertanian dan kalian telah meninggalkan jihad di jalan Allah, Allah timpakan kepada kalian kehinaan yang tidak akan diangkat sampai kalian kembali kepada agama kalian”. (HR. Abu Daud, Thabrani dan Baihaqi)

Problem ummat Islam hari ini memang tidak bisa dianggapsederhana, karena sangat komplek bak benang kusut yang susah diurai. Tapi barang kali, inilah jawaban mengapa Islam mundur dan tertinggal dari barat?Dan yang pasti, faktor utama kegagalan ada dalam tubuh ummat Islam.Tidak ada jawaban selain mengamalkan solusi nabi. Yaitu kembali kepada ajaran Islam yang murni sesuai dengan pemahaman Nabi SAW dan para sahabatnya. Wallahu A’lam.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *