Sunnah Pergiliran

Sejak pertama agama Islam muncul sampai hari ini bahkan sampai hari kiamat nanti, sunnah berupa tegak dan runtuhnya suatu umat, dan kejayaan serta kemunduran suatu umat akan selalu bergulir. Merupakan sunnatullah juga bahwa apabila suatu umat berpegang teguh terhadap aturan-aturan Allah maka umat itu akan langgeng dan senantiasa dalam kebaikan. Akan tetapi, apabila suatu umat sudah berlepas diri dari aturan yang ada bahkan menerjangnya, maka yang terjadi adalah keruntuhan dan kepunahan.

Allah berfirman,

وَتِلْكَ الْأَيَّامُ نُدَاوِلُهَا بَيْنَ النَّاسِ

“Dan masa (kejayaan dan kehancuran) itu Kami pergilirkan diantara manusia” (QS. Ali Imron: 140)

Umat Islam tidak lepas dari sunnah kauniyah ini, dari semenjak awal risalah Islam kepada Nabi Muhammad kemudian adanya daulah islamiyah yang memegang erat syariat, mereka bangkit dan berjaya. Lalu setelah kebangkitan itu, mereka mulai menerjang syariat, maka kekuasaan mereka melemah dan pada akhirnya mereka runtuh.

BACA JUGA: KUNCI KEBANGKITAN UMAT ISAM

Faktor kebangkitan suatu Daulah Islamiyah sangat banyak, sebagaimana tersebut diatas. Tapi, faktor yang paling penting adalah sebagai berikut,

1.Iman kepada Allah, dan Pecaya sepenuh hati akan pertolongan dan kekuasaan-Nya.

2.Ukhuwah, persatuan dan meninggalkan perpecahan.

3.Adil antara penegak hukum dan orang yang di hakimi.

4.Ilmu, dan tersebarnya agama kepada setiap golongan.

5.I’dad (Mempersiapkan diri).

{وَأَعِدُّوا لَهُمْ مَا اسْتَطَعْتُمْ مِنْ قُوَّةٍ وَمِنْ رِبَاطِ الْخَيْلِ تُرْهِبُونَ بِهِ عَدُوَّ اللهِ وَعَدُوَّكُمْ وَآخَرِينَ مِنْ دُونِهِمْ لَا تَعْلَمُونَهُمُ اللهُ يَعْلَمُهُمْ وَمَا تُنْفِقُوا مِنْ شَيْءٍ فِي سَبِيلِ اللهِ يُوَفَّ إِلَيْكُمْ وَأَنْتُمْ لَا تُظْلَمُونَ}

“Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi dan dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang (yang dengan persiapan itu) kamu menggentarkan musuh Allah dan musuhmu dan orang orang selain mereka yang kamu tidak mengetahuinya; sedang Allah mengetahuinya. Apa saja yang kamu nafkahkan pada jalan Allah niscaya akan dibalasi dengan cukup kepadamu dan kamu tidak akan dianiaya (dirugikan).” (QS Al-anfal: 60)

Apabila semua kaum muslim paham dan mau merealisasikan beberapa hal diatas, Insyaallah kebagkitan akan segera datang kepada mereka. Bangkitnya mental kaum muslimin secara bertahap, mereka mampu bersabar, berkorban dan teguh pendirian. Akan tetapi ketika kemegahan sudah di idamkan, yang terjadi adalah dibukakannya fitnah dunia sehingga banyak dari mereka yang tidak sabar dan masuk kedalam fitnah. Rasulullah bersabda,

«إِنَّ لِكُلِّ أُمَّةٍ فِتْنَةً وَفِتْنَةُ أُمَّتِي الْمَالُ»

“Sesungguhnya setiap umat diuji dengan sfitnah, dan fitnah yang terjadi pada umatku adalah harta” (HR. Tirmidzi).

Umat Islam, Umat yang tak pernah mati

Umat Islam adalah umat yang tidak akan pernah mati dan akan selalu tegak. Selalunya setiap runtuh, pasti akan kembali tegak dan Berjaya, karena ini merupakan sunnatullah kepada kaum muslimin. Berbeda dengan umat-umat lainnya terdahulu yang mana setelah runtuh tidak kembali tegak dan Berjaya, padahal dahulu merupakan umat yang paling maju dan berkembang. Contoh nyata nya adalah runtuhnya peradaban fir’aun di mesir, yunani, kekaisaran romawi dan Persia dan kekaisaran inggris, negeri dengan julukan matahari tidak pernah tenggelam disana dan yang lainnya. Hal ini merupakan sunnatullah, sebagaimana firman Allah,

{كَتَبَ اللهُ لَأَغْلِبَنَّ أَنَا وَرُسُلِي إِنَّ اللهَ قَوِيٌّ عَزِيزٌ}

“Allah telah menetapkan: “Aku dan rasul-rasul-Ku pasti menang”. Sesungguhnya Allah Maha Kuat lagi Maha Perkasa.” (QS. Al-Mujadilah: 21)

Allah juga berfirman,

“Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa dimuka bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka dalam ketakutan menjadi aman sentausa. Mereka tetap menyembahku-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apapun dengan Aku. Dan barangsiapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik.” (QS. An-Nur : 55)

Rasulullah bersabda,

«إِنَّ اللهَ يَبْعَثُ لِهَذِهِ الْأُمَّةِ عَلَى رَأْسِ كُلِّ مِائَةِ سَنَةٍ مَنْ يُجَدِّدُ لَهَا دِينَهَا»

“Allah SWT mengutus kepada umat ini, setiap seratus tahun orang yang ‘memperbarui’ urusan agama mereka.”
(HR. Abu Dawud)

Maknanya, bahwa umat Islam akan runtuh, setelah keruntuhannya akan kembali tegak dan berjaya. Adapun tegaknya melalui tangan-tangan pembaharu agama ini, beginilah sunnatullah ini bergulir sampai hari kiamat.

Sejarah Islam syarat dengan fase tersebut, setelah mengalami kejayaan beberapa masa, kemudian mereka mengalami penurunan bahkan keruntuhan. Bukan hanya kaum muslimin Andalusia saja yang mengalaminya, para sahabat pun menyaksikan fase-fase ini, dimana sepeninggal Rasulullah n banyak terjadi perselisihan dan kemunduran, banyak kaum muslimin yang murtad dan hampir di semua tempat kecuali mekah, madinah dan desa kecil yang bernam “Hajr” (teletak di Bahrain).

Setelah masa kemunduran dahsyat ini, datanglah pembaharu yaitu Abu Bakr As-shidiq yang melakukan banyak penaklukan dan kemenangan, beliau juga memerangi orang-orang murtad sepeninggal Nabi. Setelah fase ini bergulir dan kaum muslimin kembali terfitnah dengan kemewahan dunia, yaitu pada masa kekhalifahan Utsman bin Affan, kaum muslimin kembali terpecah belah dan banyak sekali mengalami kemunduran, beliau juga di bunuh oleh kaum muslimin sendiri karena fitnah. Fase ini bergulir sampai masa kekhalifahan Ali bin Abi Thalib.

Setelah fase ini, beberapa tahun kemudian berdirilah pembaharu yaitu daulah umawiyah, selang beberapa dekade, banyak fitnah kembali terjadi dan akhirnya daulah ini runtuh, kemudian muncullah daulah Abasiah dengan pembaharuan, tak lama juga karena beberapa fitnah yang terjadi, daulah ini juga runtuh dan dilanjutkan daulah ayubiyah dan daulah Utsmaniyah, pada waktu itu kawasan eropa timur menjadi bagian dari kaum muslimin, dan menjadi dinasti digdaya pada masanya.

Beginilah sunnatullah digulirkan, oleh karenanya jangan sampai kaum muslimin berhenti untuk berupaya menegakkan kembali kejayaan islam. Karena, meskipun itu sudah menjadi ketetapan Allah, Ia akan menilai setiap perjuangan hambanya. Apabila kaum muslimin kehilangan jalan ini dan sudah jauh dari manhaj yang lurus, maka yang terjadi adalah runtuhnya kaum muslimin dan kehinaan sebagaimana yang dialami kaum muslimin Andalusia.

Keadaan kaum muslimin hari ini

Ada orang yang bertanya, dimanakah posisi kaum muslimin hari ini? Apakah dalam fase Kebangkitan atau kemunduran?

Sudah sangat jelas, bahwa kaum muslimin hari ini ada pada fase kemunduran dan keruntuhan, banyak perpecahan semenjak runtuhnya daulah Utsmaniyah puluhan tahun yang lalu. Hal ini sudah menjadi ketetapan bagi kaum muslimin sebagimana sudah bergulir fase ini sebelum daulah Utsmaniyah tegak.

Ada dua faktor mengapa hari ini kaum muslimin runtuh, faktor yang belum pernah terjadi pada kaum muslimin sebelum runtuhnya khilafah Utsmaniyah, yaitu;

1.Hilangnya Khilafah Islamiyah

Baru dimasa ini kaum muslimin kehilangan wujud pemimpin yang menyatukan. Dari masa ke masa Islam, disana selalu ada sosok Khalifah sebagai pimpinan. Bahkan pada saat kaum msulimin mengalami kemunduran, mereka paham dan tahu bahwa mereka memiliki pemimpin. Dahulu kaum muslimin dapat menempatkan agama Islam sebagai agama siyasi (politik) yang mengatur negara dengan undang-undang syariat Islam selama kurang lebih 14 abad. Hari ini, kita kehilangan sisi ini.

2.Hilangnya Syariat Islam

Ya, alpanya syariat Islam hari ini, belum pernah sekalipun terjadi di masa kaum muslimin sebelumnya. Meskipun beberapa masa kaum muslimin mengalami keruntuhan, tapi tidak pernah syariat Islam hilang dari mereka. Ada beberapa kasus kaum muslimin meninggalkan sebagian syariat Islam, tapi belum pernah terjadi peghapusan syariat ini secara terang-terangan kemudian menggantinya dengan hukum manusia, bahkan menganggap hukum konstitusional lebih baik dan lebih pas daripada hukum Islam, sebagiamana yang kita alami hari ini.

Dua hal pokok inilah mengapa hari ini umat Islam mengalami kemunduran, dan dua hal inilah yang akan mengubah umat muslimin menuju kejayaan, karena bukan suatu hal yang mustahil untuk diusahakan untuk ditegakkan kembali, sebagaimana sudah menjadi ketetapan Allah bahwa kejayaan itu ada dan akan digulirkan kepada kita.

Penyingkap Tabir

Tidak semua manusia berkharakter jujur dan terus-terang. Ada tipe-tipe manusia yang cenderung menutupi jati dirinya, takut diketahui oleh pihak lain. Keadaan itu terbentuk karena pengaruh lingkungan yang buruk, atau disebabkan menganut keyakinan yang rusak seperti aqidah ‘taqiyyah’-nya rofidhoh, atau disebabkan kekhawatiran kepentingan ekonomi dan ambisi-ambisi kekuasaan tersingkap.

Tidak selamanya seseorang dapat terus menerus menutupi hakekat dirinya, ada kondisi-kondisi tertentu yang memaksanya menampakkan siapa dirinya, membuka niat dan maksud yang sebelumnya disembunyikan agar tidak diketahui orang lain. Tercapainya kemenangan dan dominasi menjadi penyingkap tabir paling besar. Kemenangan berarti terbukanya kesempatan bagi sekelompok orang atau sebuah organisasi merealisasikan apa yang menjadi cita-citanya, karenanya, saat berhasil meraih dominasi, niat dan maksud asli yang (mungkin) sebelumnya disimpan rapat akan mencuat, sehingga manusia banyak dapat dengan jelas mengenalinya. Revolusi Iran 1979 merupakan contoh nyata di era modern ini.

Dunia perpolitikan modern juga merupakan medan dimana kedok dan topeng yang dikenakan sekelompok manusia menjadi nyata setelah meraih kekuasaan. Telah berulang kali dimana satu kelompok politik berkampanye dan mencitrakan diri sebagai pengusung dan pembela aspirasi rakyat, mengidentifikasi diri sebagai partainya rakyat kecil, tetapi setelah meraih kursi kekuasaan ternyata rakyat kecil hanya pelaris komoditas, penangguk vote dan dukungan. Segera setelah meraih porsi besar di kursi kabinet, aksi yang dilakukan adalah menetapkan gaji, uang sidang, uang aspirasi dan berbagai tunjangan untuk dirinya, program utama pemerintahannya adalah swastanisasi sektor-sektor strategis yang menjadi hajat hidup rakyat banyak, menjual peluang eksploitasi SDA kepada pemodal asing. Mereka meraih keuntungan pribadi dan kelompok politiknya dari meloloskan regulasi untuk para investor asing ber-kapital besar, sedang rakyat kecil yang dijadikan tangga naik dalam meraih kekuasaan, jangka pendeknya tetap mendapat bagian kemiskinan dan beban hidup yang semakin berat, sedang jangka panjang, habisnya cadangan kekayaan SDA ditangan ‘asing’ para pemegang lisensi eksploitasi tersebut.

411, 212 dan 412 Penyibak Tabir

Momentum besar dan penting di dalam kehidupan, baik pada skala pribadi maupun sosial, dapat juga menjadi penyingkap tabir ; keyakinan, ideologi anutan, niat, tujuan politik, maupun motif-motif lain yang beragam. Situasi kritis menjadi saat yang tepat untuk mengamati jati diri seseorang atau sekelompok orang, kepada siapa orientasi isme dan afiliasi politik diberikan.

BACA JUGA: Tanda Dekat Hari Kiamat

Aksi damai 411 menjadi parameter loyalitas umat Islam kepada perkara-perkara yang disakralkan dalam keyakinannya, tumbuhnya mainstream baru dengan komitment keimanan yang ‘hangat’ mengaliri syaraf-syaraf kesadaran beragama, tulus dan bersih tidak dicampuri motif-motif politik, gelora semangat yang mampu mengatasi penghalang dan rintangan yang menghadang, ketaatan kepada arahan para ‘ulama (yang juga bukan dari lingkungan mainstream) yang layak menjadi teladan. Moment berikutnya pada 212 bahkan lebih spektakuler, jumlah massa jauh lebih besar, kualitas ketertibannya pun melampaui kualitas sebelumnya. Tidak dapat diabaikan pula dukungan dari simpatisan di media sosial yang massif memberitakan setiap sudut kejadian, juga dukungan dari ‘silent mayority’ yang tidak hadir di lokasi.

Sebaliknya, demo tandingan pada 412, dua hari setelah unjuk rasa spektakuler tersebut, benar-benar merupakan antithesa sekaligus anti-klimaks, seluruh sisinya ; jumlah, latar belakang motif politik dibalik klaim tujuan yang di-publish, pemanfaatan CFD untuk sesuatu yang berbeda dari kesepakatan (seharusnya CFD bebas dari aktivitas politik), kerusakan tempat acara, puting beliung di akhir aksi, hingga baku pukul sesama penggerak aksi setelah selesai acara yang berujung laporan kepada polisi.

Ada pemimpin ormas Islam mainstream yang melarang anggotanya ikut turun dalam aksi 411 dan 212 yang ber-nuansa pembelaan aqidah tersebut, ada yang membolehkan ikut tetapi melarang atribut digunakan, ada juga tokoh yang menyindir munculnya gerakan ‘mainstream baru’ tersebut sebagai menghabiskan energi untuk mengurusi satu orang, dll.
Moment tersebut juga mengundang ‘turun gunung’-nya pentolan JIL Gunawan Muhamad, pendiri majalah Tempo, penggagas komunitas Utan Kayu, melalui akun Twitter @gm_gm, dia menulis, “Presiden kita; berjalan dalam hujan, membawa payung sendiri, diantara orang-orang yang membencinya dan pernah memfitnahnya”. Melalui cuitan tersebut, tokoh yang pernah mendapat penghargaan ‘Dan David Prize’ dari Israel pada tahun 2006 tersebut, seakan memperbaharui ‘kesetiaan’-nya kepada ideologi anutannya dan para tuan yang mempromotori-nya.

Pada tataran in depth (lebih dalam) sebagai contoh, terlihat dari dalam tubuh ormas Islam mainstream ; Kyai Musthafa Bisyri dari ponpes Roudhotuth-Tholibiin Rembang dan KH. Sa’id Aqil Siradj ketua PBNU yang mengatakan tidak sah-nya sholat Jumu’ah di jalan raya dan dikategorikan bid’ah besar, terbaca dengan jelas berbeda sikap dengan para tokoh intern NU yang lain seperti KH Hasyim Muzadi, KH. Ma’ruf Amin (ketua majelis Syuri’ah NU aktif) atau Dr.KH. Musta’in Syafi’i (ponpes Tebu Ireng Jombang). Hal itu, sekalipun dengan mudah dapat ditutupi dengan kalimat “ikhtilafu ummatiy rahmatun” (perbedaan di kalangan umatku merupakan rahmat), akan tetapi tidak dapat dipungkiri bahwa pemikiran dan keberpihakan para tokoh tersebut terbelah (oleh ‘ujian’) dalam menyikapi kejadian penistaan Al-Qur’an tersebut.

Penyikapan terhadap kasus penistaan Al-Qur’an juga menjadi penyibak tabir, siapa yang teguh memegang janji dan siapa yang suka menyelisihi. Izin pengerahan massa, sempat mengalami tarik ulur antara umat Islam dengan institusi kepolisian, izin baru diberikan setelah negosiasi yang alot, terutama pada 212. Padahal dalam alam demokrasi yang di-klaim sebagai ideologi yang dianut pemerintah, demonstrasi merupakan hak sah yang dilindungi undang-undang, tidak ada batasan seberapa sering dan seberapa massif-nya. Juga, tekanan psikhologis dicabutnya ijin trayek bagi perusahaan transportasi jika mereka mengangkut para peserta unjuk rasa. Dan ketika telah ada tele-konferensi dari Kapolri kepada seluruh Polda pun, ternyata di lapangan ancaman itu tidak sepenuhnya hilang, kasus pembatalan dari perusahaan angkutan untuk mengangkut peserta unjuk rasa dari Lampung merupakan contoh nyata. Tidak hanya itu, hingga tulisan ini dibuat, masih ada spanduk penggembos terpampang di sebuah pos polisi, “Dari pada uang buat demo ke Jakarta, lebih baik untuk wisata bersama keluarga”.

Wahai para pemimpin umat Islam, para ulama’, juga penyelenggara pemerintahan,…umat sudah mulai cerdas dan berani, tidak mudah dibodohi lagi, telah mulai tumbuh umat yang berkesadaran, jika Anda mengelola amanah kepemimpinan dan pemerintahan dengan pola lama yang telah kehilangan kepekaan (bahkan terhadap perkara-perkara yang prinsip),… ingatlah, sikap dan tindakan Anda akan diawasi dan dicatat oleh umat, cepat atau lambat Anda akan ditinggalkan. Di atas semua itu, malaikat pencatat tidak pernah lalai.

Kunci Kebangkitan Umat Islam

Sekilas Dari Tarikh

Umat Islam, dalam perjalanan panjang sejarahnya, pernah mengalami kekalahan total menghadapi serbuan Tatar. Baghdad, ibu kota kekhalifahan Islam luluh lantak, lebih satu juta muslim dibantai, perpustakaan dibakar habis. Khalifah dan seluruh perangkat pemerintahan dibunuh kecuali satu orang, perdana menteri Al-Qami, penganut  syiah rafidhah yang membukakan jalan bagi serangan dahsyat tersebut.

Meskipun demikian, tak berapa lama pasukan Tatar yang menakutkan itu dapat dikalahkan oleh pasukan Islam Mamalik dari Mesir dibawah pimpinan Saifuddin Quthuz, tepatnya di pertempuran’Ain Jalut. Penghancur kekhalifahan itu dihentikan kejahatannya oleh beliau dan pasukannya yang didukung oleh para ulama’.

Kelurusan Tashawwur

Ibnu Qayyim di dalam I’lamulMuwaqqi’in mengatakan bahwa benarnya pemahaman dan lurusnya iradah (tujuan) merupakan dua nikmat atau karunia Allah paling besar, satu tingkat dibawah nikmat hidayah memeluk Islam.

Kedua nikmat tersebut harus dipelihara, dijaga dan dilindungi dari segala sesuatu yang akan merusaknya. Maka dalam kitab Zaad al-Ma’ad  beliau menjelaskan bahwa tingkatjihad yang kedua yaitu terbentuknya pribadi muslim dan irodahnya rasyidah, kedua nikmat tersebut harus dijaga jangan sampai dirusak oleh syaithan. Sebab syaithan mempunyai dua senjata andalan untuk merusak dan menghancurkannya dengan syubhatdan syahwat. (Zaad al-Ma’aad, jilid III, hal 10).

Syubhat adalah kelirumemahami manhaj Islam yang lurus ini dengan masuknya cara pandang terhadap Islam yang asing, yang tidak ada sumbernya dalam khazanah Islam. Sedangkan syahawat adalah masuknya motivasi, dorongan dan kehendak yang keluar dari mencari keridlaan Allah. Itulah dua senjata pamungkas Iblis dan kabilahnya untuk merusak dan mengeluarkan kembali manusia muslim dari Islam.

Syarat Kebangkitan Kembali

Mengapa pasukan Tatar yang ganas dan telah berhasil memporak-porandakan ibu kota khilafah Islam itu dapat dihancurkan dan dihalau dari tanah umat Islam kembali ke Mongolia hanya dalam hitungan beberapa tahun? Begitu cepatnya mereka hancur. Begitu cepatnya umat Islam bangkit kembali menemukan jati dirinya.

Umat Islam, sekalipun mengalami kekalahan telak di Baghdad, bahkan khilafah jatuh, tetapi tidak kehilangan segalanya. Karena, pemahaman terhadap Islam dengan meyakini kemuliaannya tetap tergambar jelas dalam hati dan pikiran umat. Selain itu, Masih banyak ulama’ yang tetap memandu, menjadi suluh, membentengi dan mengarahkan tashawwur umat  agar tidak berubah, dan agar iradahnya tetap lurus. Syaikh Izzuddin bin AbdusSalam adalah salah satunya, dan yang paling berpengaruh di zaman itu.

Sekalipun umat pada saat itu sangat menderita, dirampas hartanya dankehormatannya.Nyawa mereka menjadi mainan pasukan Tatar yang tidak mempunyai hati (menurut Dr. Raghib as-Sirjani dalam Qishshotut-Tatar minal-bidaayah ilaa ‘Ain Jaaluut).Umat Islam dilanda phobia luar biasa.Meskipun begitu, tidak pernah terlintas dalam hati dan pikiran umat Islam bahwa musuh mereka yang menang itu lebih mulia. Tidak terdetik di dalam benak mereka bahwa cara hidup musuhnya lebih baik. Hakekat iman dan ketinggiannya tidak terhapus. Apalagi tentara penghancur itu yang selalu mengancam bagian dunia Islam lain yang tersisa itu ahlaknya lebih dekat kepada binatang daripada manusia.

Masih Ada Qudwah Shalihah

Tetap teguhnya jati diri sebagai umat pilihan, kebanggaan terhadap ketinggian agama, merupakan kekuatan potensial dahsyat untuk bangkit dan merebut kembali kemuliaan jika kesempatan terbuka dan ditemukan pemimpin yang mampu menggali potensi kekuatan tersebut menjadi kekuatan riil.

Paduan sosok figur ulama dan umarayang jujur, bersungguh-sungguh, kuat memegang prinsip, lemah lembut kepada umat dan mampu menjadi teladan merupakan kunci membangkitkan potensi kekuatan menjadi kekuatan riil yang menakutkan musuh. Dalam episode sejarah penghancuran pasukan Tatar di ‘Ain Jalut, sosok pribadi itu ada pada paduan antara Saifuddin Quthuz sebagai sultan dan Syaikh ‘Izzuddin bin ‘Abdus-Salam sebagai ulama yang teguh memegang prinsip.

Umat Islam Terjerat Sekularisme

Sekularisme liberal mengharuskan manusia menganggap semua agama sama. Mereka mengkampanyekan taswiyah al-adyan (penyamaan semua agama). Keyakinan ini memandang bahwa semua agama itu sama, semua menuju kepada tuhan, semua mengajarkan kebaikan, hanya jalannya yang berbeda-beda. Anehnya, keyakinan rusak seperti ini diterima oleh sebagian ummat Islam. Tentu saja hal ini lantaran sudah begitu kronisnya kebodohan umat Islam terhadap agamanya, dan sudah pasti hal itu disebabkan oleh sangat sedikitnya ulama rabbaniyyun yang melaksanakan perannya memberi suluh kepada umat.

Permisalan ulama rabbaniyyun itu seperti obor yang menerangi umat di tengah gulita malam yang pekat. Ketiadaannya berarti umat berjalan dalam kegelapan tanpa penerang dan tanpa pembimbing. Akibatnya hidup mereka tak terarah; meninggalkan perintah Allah, menerjang larangan-Nya, memakan barang haram dan tidak berhati-hati terhadap perkara yang syubhat.

Kampanye kaum sekuler liberal dengan menggunakan ‘cendekiawan muslim’ yang telah rusak tashawwur-nya seperti dalam kasus taswiyah-al-adyan, ibarat di tengah gelapnya malam ada seorang pembawa obor menuntun manusia, tetapi manusia itu dibimbingnya terjun ke dalam jurang. Keilmuan saja tidak cukup, perlu kejujuran dan khasyah (takut) kepada Allah. Khasyahmemang ilmu yang pertama kali dicabut oleh Allah menurut sahabat Hudzaifah bin Yaman.

 

Baca Juga: Pengaruh Islam Pada Perdagangan Jawa

 

Bagaimana mungkin seorang ‘muslim sekuler’ yang menganggap semua agama sama diharap untuk menegakkan syari’at Allah? Sedangkan syari’at tidak hanya menghalalkan darah orang muslim yang murtad, bahkan syari’at memerintahkan hadd bunuh baginya. Mungkin masih ada toleransi tidak melaksanakan hadd tersebut karena lemah dalam istitho’ah, tetapi meyakini bolehnya seorang muslim berpindah kepada agama lain tanpa konsekuensi hukum dalam syari’at, merupakan kekufuran.

Merupakan suatu hal yang mustahil untuk bangkit kembali bagi suatu umat yang sudah tidak lagi meyakini bahwa prinsip hidupnya memiliki keunggulan. Tak ada harapan bagi seorang muslim untuk menjadi elemen kebangkitan umat Islam, ketika dia sudah tidak lagi meyakini bahwa Islam ya’lu wa laa yu’la ‘alayh. Dari keyakinan atas prinsip kebenaran dan ketinggian Islam ini ruh kebangkitan umat itu mengambil manba’(sumber). Siapa yang meminum air kehinaan tak dapat diharap kebangkitannya. Wal-‘iyaadzu bilLaah.