10 Hal Yang Bisa Kita Lakukan Untuk Membela Palestina

Palestina memang jauh di sana. Butuh sekiranya 8-10 jam-an untuk menuju ke sana itupun dengan pesawat terbang. Belum lagi sulitnya birokrasi mengurus surat masuk dengan pemerintah setempat maupun pemerintah penjajah Israel.

Dalam Islam, persaudaraan tidak terikat dengan sekat negara maupun benua. Ukhuwah Islamiyah dibangun atas landasan iman dan islam. Selama mereka beriman kepada Allah dan memasrahkan diri mereka kepada-Nya, mereka adalah saudara kita dan kita wajib membela sepenuh tenaga, harta dan jiwa.

Bila jarak menjadi penghadang dan jauhnya perjalanan membuat kita tidak bisa menyatukan dada dan bertemu rupa secara langsung dengan saudara-saudara di Palestina, setidaknya masih ada cara untuk mendekat dan memberikan pompa semangat.

Dr. Raghib as-Sirjani, dalam kitabnya Filasthin wajibatul Ummah, berkata bahwa ada sepuluh hal yang bisa dilakukan oleh segenap kaum muslimin hari ini untuk membela negeri suci Palestina. Kesepuluh hal tersebuh adalah;

 

1.Menyerahkan Diri Secara Total Kepada Allah Ta’ala

Tidak akan terwujud sebuah kemenangan tanpa pertolongan dari Allah. Oleh itu, pertama yang harus dilakukan kaum muslimin adalah tunduk dan patuh kepada Allah semata. Menekuni segenap perintah dan ketaatan serta meninggalkan segala larangan.

 

2.Memahami Persoalan Palestina Dengan Benar dan Dari Sumber yang Benar

Banyak sekali pandangan dan teori-teori yang mengatakan tentang sebab-musabab terjadinya masalah bangsa palestina. Sebagai seorang muslim kita harus mendengar dan memahami persoalan ini dengan benar dan merunut penjelasan al-Quran dan hadits serta bimbingan para Ulama.

 

3.Bergerak Aktif Membela Urusan Palestina

Tidak akan bermanfaat apa yang kita pahami kecuali direalisasikan. Maka bentuk nyatanya adalah membela Palestina dengan kapabilitas masing-masing individu muslim. Jika ia aktif di media, ia harus aktif menyuarakan tentang kezhaliman yang dialami bangsa palestina. Jika ia seorang pemimpin Negara, bagaimana menyuarakan pendapat dan menentang kezhaliman yang sangat luar biasa ini, dan seterusnya.

 

4.Bersatu dan Meninggalkan Perpecahan

Salah satu kepintaran para musuh islam adalah memecah belah kaum muslimin dengan perkara yang remeh-temeh. Dengan bersatunya kaum muslimin dan mengesampingkan perbedaan, maka kemenangan Islam akan segera datang.

 

5.Membangkitkan Semangat Jihad Pada Diri Sendiri dan Umat

Keadaan dimana tidak memungkinkan seluruh kaum muslimin pergi berjihad ke tanah Palestina. Akan tetapi kewajiban untuk memiliki tekad berjihad harus selalu terpupuk dalam diri dan umat demi untuk membela kehormatan agama.

 

6.Jihad Dengan Harta.

Hal yang paling mudah kita perbuat untuk membela Palestina adalah dengan bersedekah dan menggalang donasi. Bisa melalui lembaga-lembaga kemanusiaan dan lembaga sosial lainnya.

 

7.Memboikot Produk Zionis dan Para Pendukungnya

Banyak yang tidak sadar, dengan membeli sebuah produk buatan zionis Israel, ia telah menembakkan satu peluru terhadap saudara di Palestina. Karena mereka para Zionis mendapatkan uang untuk membeli senjata tak lain dari laba dan penjualan produk-produk yang mereka kelola beserta para anteknya. Stop membeli produk Zionis mulai sekarang!

 

9.Memupuk Harapan dan Asa Untuk Menang

Banyak yang sudah merasa kalah dengan pertarungan antara kezhaliaman dan kebenaran yang ada di Palestina. Sehingga mereka acuh dan berpikir untuk menyerah. Mereka pesimis bahwa kemenangan yang nyata dari Allah itu akan benar-benar datang meski darah bercucuran. Yakin akan janji kemenangan dari Allah adalah kunci dari menang itu sendiri.

 

9.Menguatkan Kesabaran

Tidak ada yang mampu menyaingi indahnya kesabaran. Andaikata kaum muslimin berhenti bersabar atas segala penderitaan, usai sudah perjuangan. Padahal bisa jadi kemenangan tinggal di depan mata.

 

10.Mempelajari Sejarah Palestina dengan Benar

Banyak sekali referensi yang memutar-balikkan fakta tentang Palestina. Sebagai seorang muslim memiliki kewajiban untuk mengambil ilmu dari sumber yang benar, agar tidak terjatuh kedalam lubang syubhat dan terhindar dari kedustaan.

 

Setidaknya sepuluh hal ini yang disampaikan oleh Dr. Raghib as-Sirjani sebagai kewajiban kaum muslimin untuk membela Palestina. Dengan demikian, jarak tak lagi menjadi alasan, harta tak lagi membebani bila memang tidak memiliki, karena masih ada sembilan cara yang bisa kita lewati sebagai bukti iman dan bukti keberpihakan.

Andai saja tiap-tiap kaum muslimin bersatu-padu merealisasikan kesepuluhnya, bukan tidak mungkin derita Palestina akan segera sirna dan masjid al-Aqsha akan kembali ke pangkuan Islam. Sebagaimana yang telah dijanjikan oleh Allah dan Rasul-Nya.

 

Oleh: Nurdin/Terkini

 

Baca Juga: 

5 Alasan Mengapa Negeri Palestina Begitu Mulia dan Harus Dibela

Dari dulu Palestina selalu mengundang perhatian. Perhatian dari sisi fadhilah yang begitu agung yang dimilikinya dan perhatian pada penjajahan yang tiada usainya yang dilakukan oleh orang-orang Zionis Israel.

Belum banyak yang mengetahui keutamaan negeri ini, sehingga masih ada Kaum muslimin yang acuh dengan urusan Palestina, dan ada juga yang berpendapat bahwa lebih baiknya orang-orang  Palestina hijrah ke luar daerahnya dan meninggalkan masjid al-Aqsha merintih sendirian diatas penjajahan Israel.

Banyak sekali nash-nash al-Quran dan Hadits yang menjelaskan akan utamanya negeri ini, setidaknya ada lima nash berikut ini yang mewakili.

 

1.Palestina Adalah Tanah Suci yang Diberkati

Allah berfirman,

يَا قَوْمِ ادْخُلُوا الْأَرْضَ الْمُقَدَّسَةَ الَّتِي كَتَبَ اللَّـهُ لَكُمْ وَلَا تَرْتَدُّوا عَلَىٰ أَدْبَارِكُمْ فَتَنقَلِبُوا خَاسِرِينَ

 

“Hai kaumku, masuklah ke tanah suci (Palestina) yang telah ditentukan Allah bagimu, dan janganlah kamu lari kebelakang (karena takut kepada musuh), maka kamu menjadi orang-orang yang merugi.”

Ayat ini menggambarkan betapa urgensi dan mulianya tanah Palestina di sisi Allah. Ayat ini berkisah tentang Nabi Musa dan kaumnya, ketika itu Nabi Musa memerintahkan kaumnya untuk memasuki tanah yang tersucikan dan telah Allah tetapkan bagi mereka. Tanah yang dimaksud adalah Negeri Palestina dimana al-Quran menyebutnya dengan ‘al-Ardhu al-Muqaddasah’ yang bermakna negeri tempat berkumpul, berkah dan perhatian besar. Dan sebagian mengartikan al-Muqaddasah dengan kesucian.

 

2. Kiblat Pertama Kaum Muslimin

Pada mulanya, kaum muslimin menghadap ke Baitul Maqdis ketika Shalat. Saat berada di Mekah Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam biasa shalat di antara dua rukun, yang mana ka’bah berada di samping beliau sementara beliau mengahadap ke Baitul Maqdis. Setelah hijrah ke Madinah, beliau tidak bisa menyatukan keduanya, lalu Beliau berdoa agar Allah mengalihkan kiblat kaum muslimin kearah ka’bah yang merupakan kiblat Nabi Ibrahim. Lalu turunlah ayat tentang pergantian tersebut.

 

قَدْ نَرَىٰ تَقَلُّبَ وَجْهِكَ فِي السَّمَاءِ ۖ فَلَنُوَلِّيَنَّكَ قِبْلَةً تَرْضَاهَا ۚ فَوَلِّ وَجْهَكَ شَطْرَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ ۚ وَحَيْثُ مَا كُنتُمْ فَوَلُّوا وُجُوهَكُمْ شَطْرَهُ

“Sungguh Kami (sering) melihat mukamu menengadah ke langit, maka sungguh Kami akan memalingkan kamu ke kiblat yang kamu sukai. Palingkanlah mukamu ke arah Masjidil Haram. Dan dimana saja kamu berada, palingkanlah mukamu ke arahnya……” (QS. al-Baqarah: 144)

 

3. Tempat Suci yang Harus Dikunjungi

Rasulullah bersabda,

“Tidaklah kendaraan dipacu (bersafar menuju suatu tempat) selain ke tiga tempat; masjidku ini (Masjid Nabawi), Masjidil Haram dan Masjidil Aqsa.” (HR. Bukhari dan Muslim)

 

Baca Juga: Al-Aqsha, Masjid Suci Para Nabi

 

Terkait mengadakan safar/bepergian ke tiga tempat suci ini, para Ulama menyepakati akan anjuran berziarah ke Masjidil Aqsa untuk melakukan ibadah yang telah disyariatkan, seperti shalat, doa, membaca al-Quran dan iktikaf di sana. Orang yang beribadah di ketiga tempat suci tersebut, pahalanya berlipat ganda dan sudah ditetapkan oleh Allah, sebagaimana sekali shalat di Masjidil Aqsa nilainya seperti melakukan 500 kali shalat.

 

4. Tempat Dilakukan Perhitungan Amal Manusia

Sebagian besar para ahli tafsir dan ulama, diantaranya adalah Imam al-Qurthuby dan Ibnul Jauzy menyepakati penafsiran firman Allah,

 “Dan dengarkanlah (seruan) pada hari (ketika) penyeru (malaikat) menyeru dari tempat yang dekat.” (QS. Qaf: 41)

Bahwa malaikat israfil kelak berdiri di atas Shakhrah Baitul Maqdis dan menyeru manusia, “Kemarilah untuk perhitungan amal.” Dengan demikian, awal mula perhimpunan dimulai dari sana, seperti  disebutkan dalam musnad Imam Ahmad; dari Maimunah bintu Sa’ad, maula Rasulullah, ia berkata, “Wahai Rasulullah, berilah kami penjelasan tentang Baitul Maqdis, maka beliau bersabda, “(Baitul Maqdis) adalah bumi perhimpunan dan kebangkitan.”

 

5. Pengakuan Orang-orang Shalih Terdahulu

Terkait keberkahan negeri Syam terkhususnya Palestina, tidak ada hal yang membuat keraguan. Semenjak dahulu sudah banyak kalangan dari Sahabat, Ulama dan orang-orang shalih yang berkunjung ke Baitul Maqdis dan menunaikan ibadah, sebagai wujud dari sabda Nabi akan janji pahala dan keutamaan menunaikan peribadatan di sana.

Diantara mereka adalah: Umar bin Khattab, Abu Ubaidah bin Jarrah, Ummul Mukminin Shafiyah Bintu Huyay istri Baginda Nabi, Muadz bin Jabal, Abdullah bin Umar, Khalid bin Walid, Abu Dzar al-Ghifari, Abu darda’ dan masih banyak sahabat lainnya.

 

Baca Juga: Sepenggal Kisah Dari Suriah

 

Bila diperhitungkan, jarak kota Madinah ke Palestina lebih dari seribuan kilometer. Tidak mungkin mereka para sahabat mulia bersafar kesana hanya untuk hal yang sia-sia. Mereka kesana tak lain untuk memenuhi hadits Nabi akan keutamaan agung dari negeri Palestina dan keagungan pahala menunaikan ibadah di sana.

Setidaknya lima alasan ini akan membangunkan ghirah kita, betapa mulia Palestina dimana Masjid al-Aqsha berada. Sekaligus mematahkan perkataan sebagian orang yang pesimis bahwa Palestina adalah negeri biasa seperti negeri-negeri arab lainnya yang mana tidak perlu dibela, tidak perlu dijaga dan bisa ditinggalkan begitu saja.

Palestina adalah tanah kebanggan kaum muslimin yang wajib dijaga dan dibela kesuciannya. Jangan sampai karena dunia lalu melenakan kita dari berpartisipasi untuk membela Palestina. Waliyadzubillah.

 

(Diambil dari; Ensiklpoedi Palestina Bergambar, Penerbit Zam-zam/nurdin/terkini)

Al-Aqsha, Masjid Suci Para Nabi

Masjid al-Aqsha yang terletak di jantung kota Yerusalem Palestina, merupakan masjid kedua yang didirikan di muka bumi setelah Masjidil Haram di kota Mekah. Sebagian besar para Ulama menegaskan bahwa para Malaikat dan Nabi Adam lah yang mendirikan masjid tersebut setelah mendirikan Masjidil Haram dalam waktu 40 tahun.

Sepeninggal Nabi Adam AS pembangunan dan pemakmuran Masjid al-Aqsha di lanjutkan oleh Nabi Nuh pada sekitar tahun 2000 SM, lalu dilanjutkan oleh Nabiyullah Ishak dan Ya’kub dan diperbaharui oleh Nabi Sulaiman pada tahun 1000 SM. Yang mana saat itu beliau berdoa 3 hal; bijaksana dalam berhukum, kerajaan yang tidak akan dimiliki satupun orang setelahnya dan siapa saja yang pergi ke Masjid al-Aqsha dengan niat shalat/beribadah di dalamnya, ia akan diampuni dosa-dosanya sebagaimana ia baru terlahir ke dunia.

Kemudian Nabi melanjutkan sabdanya dalam hadits yang berkaitan dengan riwayat tersebut, “Doa pertama dan kedua telah dikabulkan oleh Allah dan semoga yang ketiga diberikan kepada umatku.” (HR. Ibnu Majah)

Baca Juga: Masjid Akhir Zaman, Isi Tak Seindah Bangunan

 

Mana Yang Disebut al-Aqsha?

Banyak orang beranggapan bahwa Masjid al-Aqsha adalah masjid dengan kubah emas yang sering kita lihat di media sosial, atau masjid yang berkubah tinggi dengan 7 pintu besar. Pada nyatanya kedua masjid tersebut masuk ke area masjid al-Aqsha. Halaman Masjidil Aqsha memiliki luas sekitar 144×1000 m2, yang didalamnya mencakup isi dari Qubatus Shakhra’ (Dome of the Rock) masjid yang berkubah emas, Al-Jami’ al-Qibli (masjid yang memiliki 7 pintu dan menara yang agak lancip) dan beberapa masjid di sekitarnya.

Berbeda dengan dua masjid agung lainnya yaitu Masjid Nabi dan Masjidil Haram, masjid al-Aqsha semenjak dibangun pertama kali oleh Nabi Adam dan diperbaharui oleh Nabi Sulaiman belum pernah mengalami perluasan.

Maka siapa saja yang yang mendirikan shalat di komplek masjid al-Aqsha, entah itu di emperannya, di masjid yang berkubah emas, di bawah pohon, atau di salah satu kubah-kubahnya, shalatnya akan dilipat gandakan pahalanya. Sebagaimana nabi bersabda,

صلاة في مسجدي هذا أفضل من أربع صلوات فيه ولنعم المصلى وليوشكن أن لا يكون للرجل مثل شطن فرسه من الأرض حيث يرى منه بيت المقدس خير له من الدنيا جميعا

“Satu shalat di masjidku lebih utama dari empat shalat padanya, dan ia adalah tempat shalat yang baik. Dan hampir-hapir seseorang memiliki tanah seukuran tali kekang kudanya dan dari tempat itu terlihat Baitul Maqdis lebih baik baginya dari seisi dunia” (HR. Hakim)

 

Kemuliaan Masjid al-Aqsha

Banyak hadits menyebut kemuliaan dari masjid al-Aqsha, mulia karena Nabi sendiri yang menjelaskannya dan Nabi sendiri yang megalaminya. Sebagaimana hadits yang diriwayatkan Imam Ahmad, Sahabat Ibnu Abas RA berkata, “Adapun Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam saat di Mekah berkiblat ke Masjidil Aqsha padahal disampingnya Ka’bah, kemudian setelah 16 bulan hijrah ke Madinah beliau menggeser kiblatnya ke Ka’bah.”

Kemuliaan lainnya bahwa Nabi di Isra’ kan dalam peristiwa Isra’ Mi’raj menuju Masjid Al-Aqsha dan Beliau memulai mi’raj ke langit ketujuh dari masjid tersebut. Allah bisa saja memilih Masjidil Haram untuk Isra’ dan Mi’raj, akan tetapi Allah memilih Masjid al-Aqsha agar kaum muslimin memahami kebesaran dan kemuliaannya.

Selain beberapa hadits yang telah tertulis sebelumnya, Nabi melaarang seseorang untuk berletih-letih safar (bepergian) kecuali ke tiga tempat, yaitu;

لا تُشَدُّ الرِّحَالُ إِلا إِلَى ثَلاثَةِ مَسَاجِدَ: الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ، وَمَسْجِدِ الرَّسُولِ صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَمَسْجِدِ الأَقْصَى

“Jangan berletih-letih untuk safar kecuali ke tiga masjid; Masjidil Haram, Masjid Nabi dan Masjid al-Aqsha.” (Muttafaq ‘alaih)

Demikian besar keagungan yang dimiliki masjid Al-Aqsha, semoga suatu saat kita dianugerahi nikmat agar bisa safar dan shalat disana.

Baca Juga: Masjid Makmur, Fadhilah Tertabur

Masjid al-Aqsha sepenuhnya hak kaum muslimin yang diwariskan oleh para Nabi dan Rasul sebelum Nabi Muhammad dan berakhir di tangan Beliau. Ia merupakan anugerah Allah kepada kaum muslim sebagai penyempurna risalah Islam dari risalah-risalah yang dibawa para Nabi terdahulu yang diwujudkan Masjid suci. Adapun sebagai orang yang beriman, kita wajib meyakininya dan wajib untuk menjaga dan membelanya. Sungguh dusta bila ada kelompok yang merebutnya dan mengklaim bahwa masjid tersebut warisan Nabi Sulaiman, padahal beliau adalah Nabi yang diimani oleh kaum muslimin. Wallahu a’lam

(disarikan dari; Islamstory.com)

Buntut Artikel Yang Gegerkan Israel, Wartawan Swedia Diancam Dibunuh

Wartawan lepas surat kabar Swedia yang menulis tentang tentara Israel yang menculik warga Palestina untuk diambil organ tubuhnya menerima ancaman akan dibunuh terkait artikel yang ditulisnya itu.

Donald Bostrom yang menulis untuk surat kabar Aftonbladet pada CNN Stockholm mengungkapkan bahwa ia menerima sebuah email yang berisi ancaman “Kaum Nazi harus mati dan Anda akan jadi korban selanjutnya, kami akan mengintai Anda di luar, Anda-lah yang akan jadi berita selanjutnya. Sampai bertemu di luar.”

Menurut Bostrom, ia menulis artikel itu sebagai reaksi atas terbongkarnya sindikat kejahatan penyelundupan organ tubuh manusia di New Jersey. Ia ingin kasus-kasus klaim penculikan organ tubuh yang sudah merebak sejak tahun 1990-an dan masih berlangsung hingga sekarang, diselidiki.

Artikel Bostrom membuat geger Israel. Para pejabat Israel berang dan mendesak pemerintah Swedia mengecam artikel tersebut. Dubes Israel di Tel Aviv, Fredrik Reinfeldt menilai artikel yang ditulis Bostrom adalah artikel yang mengagetkan bagi publik Swedia dan Israel. Tapi ia menolak untuk mengecam tulisan Bostrom dengan alasan negaranya menghormati kebebasan pers.

Sementara itu, dalam wawancara dengan stasiun televisi Iran, Press TV, Bostrom mengungkapkan bahwa artikelnya yang berjudul “They Plunder the Organs of Our Sons” berdasarkan pada hasil riset yang dilakukannya dan pengakuan sejumlah keluarga Palestina yang kehilangan kerabatnya pada era tahun 1992, saat pecah perlawanan Intifada.

Bostrom membantah bahwa artikel itu menuduh tentara Israel yang melakukan pencurian organ tubuh manusia, karena ia hanya mengutip pernyataan dari keluarga-keluarga dan para ibu di Palestina yang menduga bahkan yakin bahwa ada pihak yang mengambil organ tubuh kerabatnya yang tewas di tangan Israel.

Dalam artikelnya, Bostrom mengangkat kasus Bilal Ahmed Ghanem, pemuda Palestina berusia 19 tahun yang tewas ditembak tentara Israel di desa Imatin, Tepi Barat pada tahun 1992. Bostrom yang menyaksikan sendiri insiden penembakan itu mengatakan, bahwa jasad Ghamen dibawa oleh tentara Israel dan dikembalikan ke keluarganya pada tengah malam beberapa hari kemudian. Ketika dikembalikan, di jasad Ghanem terlihat sebentuk luka bekas potongan dari perut sampai leher yang dijahit kembali.

Ibu Bilal, bernama Sadija pada Bostrom mengatakan, tentara-tentara Israel seharusnya bisa menangkap anaknya dan tidak menembaknya. Menurut Sadija, tentara Israel minta uang sekitar 1.300 dollar sebagai tebusan jasad anaknya. Dan ketika sang ibu menanyakan mengapa terdapat sayatan dari perut hingga leher pada jasad anaknya, tentara-tentara Israel hanya mengatakan bahwa mereka melakukan autopsi terhadap jenazah Bilal. Tapi Sadija yakin bahwa tentara-tentara Israel sudah mengambil organ tubuh anaknya.

Bostrom berargumen bahwa alasan autopsi tentara Israel tidak masuk akal karena autopsi hanya dilakukan jika penyebab kematian tidak jelas. Dalam kasus Bilal, kata Bostrom, penyebabnya jelas bahwa Bilal meninggal karena ditembak tentara Israel.

Setelah kasus Bilal, sedikitnya 20 keluarga Palestina mengungkapkan pada Bostrom bahwa mereka mencurigai militer Israel telah mengambil organ tubuh kerabat mereka yang tewas oleh tentara-tentara Zionis. Dalam wawancara dengan Press TV, Bostrom juga mengatakan bahwa ia sudah pernah mengangkat kasus ini dalam bukunya yang terbit tahun 2001 berjudul “The conflict between Israel and Palestine” dan tidak ada reaksi dari pemerintah Israel.

sumber: http://eramuslim.com