Balasan Setiap Kejahatan

Telah diriwayatkan bahwa ketika ayat ini diturunkan, hal ini terasa berat dirasakan kalangan banyak sahabat. Sebagaimana yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad bahwa Abu Bakar pernah bertanya terkait ayat ini, “Wahai Rasulullah, apakah masih ada keberuntungan sesudah ayat ini. Sedangkan semua perbuatan buruk yang pernah kami lakukan, kami mendapat balasannya?” Maka Rasulullah bersabda,

“Wahai Abu Bakar, Allah memberikan ampunan kepadamu, bukankah kamu pernah sakit, bukankah kamu pernah mengalami kepayahan, bukankah kamu pernah mengalami kesedihan, bukankah kamu pernah tertimpa musibah?” Abu Bakar menjawab, “Iya, benar.” Nabi Shallallahu alaihi wasallam bersabda, “Itu termasuk balasan yang ditimpakan kepadamu.”

Sejenak kita merenungkan perasaan sahabat mulia Abu Bakar ash-Shidiq. Keutamaan beliau begitu banyak sebagaimana diisyaratkan Nabi shallallahu alaihi wasallam, kesalahan beliau begitu sedikit, tapi kepekaan dan rasa takutnya terhadap dosa dan kesalahan begitu tinggi. Dan memang begitulah karakter mukmin sejati dan ulama Rabbani yang takut kepada Allah.

Bandingkanlah dengan kondisi ummat hari ini. Banyak yang dengan enteng melakukan kesalahan berkali-kali, maksiat terang-terangan dijalani, besar dan kecil tak terkecuali. Dan bahkan kezhaliman semacam menjadi hobi. Pun begitu, mereka tak takut lagi dengan ancaman ilahi, tak gentar pula ditakut-takuti dengan Kalam Ilahi, apalagi disumpah dengan Kitab Suci.

Dikiranya urusan selesai sampai di sini. Tak ada efek buruk di kemudian hari. Terlebih ketika balasan buruk tidak serta merta dialami, mereka kira Allah lalai, atau ancaman Allah itu bersifat nisbi. Padahal telah menjadi sunnatullah yang berlaku, setiap kejahatan akan terbalasi. Jika tidak serta merta, mungkin suatu saat nanti, atau bisa jadi di akhirat nanti. Dan balasan akhirat deritanya tak terperi. Semakin besar tingkat dosa dan kezhaliman yang dilakukan, maka semakin mengerikan bahaya yang mengancamnya di dunia dan di akhirat, kecuali jika segera disusul dengan taubat nasuha.

Orang yang beriman kepada Allah dan hari Akhir akan merasa takut, sekecil apapun dosa yang ia jalani.

Disebutkan pula riwayat bahwa ketika mendengar ayat bahwa setiap keburukan akan dibalas, Abu Bakar ash-Shidiq langsung terasa pegal punggungnya seakan menahan beban. Hal ini sebagaimana diriwayatkan dari Ibnu Umar bahwa ketika Abu Bakar As-Siddiq  sedang bersama Nabi, maka turunlah firman-Nya,

“Barang siapa yang mengerjakan kejahatan, niscaya akan diberi pembalasan dengan kejahatan itu dan ia tidak mendapat pelindung dan tidak (pula) penolong baginya selain dari Allah.” (QS. An-Nisa: 123).

Rasulullah bersabda, “Wahai Abu Bakar, maukah aku bacakan kepadamu suatu ayat yang baru saja diturunkan kepadaku?” Abu Bakar menjawab, “Tentu saja aku mau, wahai Rasulullah.” Rasulullah membacakan ayat tersebut kepadaku, dan tanpa kusadari punggungku terasa amat pegal, hingga aku menggeliat meluruskannya.” Lalu Rasulullah bertanya, “Ada apa denganmu Wahai Abu Bakar?” Aku (Abu Bakar) menjawab, “Ayah dan ibuku sebagai tebusanmu, wahai Rasulullah, siapakah di antara kita yang tidak pernah mengerjakan kejahatan (dosa)? Padahal kita benar-benar akan diberi balasan atas tiap-tiap kejahatan yang kita lakukan.” Rasulullah bersabda: Adapun kamu dan teman-temanmu yang beriman, maka sesungguhnya kalian diberi pembalasan dengan hal tersebut di dunia, hingga kalian menghadap kepada Allah kelak sedangkan kalian tidak mempunyai dosa lagi. Adapun orang-orang lain, maka hal tersebut dikumpulkan bagi mereka, hingga mereka menerima pembalasannya di hari kiamat nanti.”

Seorang mukmin tak hanya memandang musibah sebagai teguran saja, tapi sebagai penghapus dosa bahkan juga bentuk kasih sayang Allah kepada hamba-Nya yang beriman. Rasulullah bersabda,

سَدِّدوا وَقَارِبُوا، فِي كُلِّ مَا يُصَابُ بِهِ الْمُسْلِمُ كَفَّارَةٌ حَتَّى الشَّوْكَةِ يُشَاكها،
والنَّكْبَة يَنْكُبُهَا

“Bersikap teguhlah kalian dan dekatkanlah diri kalian (kepada kebenaran), karena sesungguhnya dalam setiap musibah yang menimpa seorang muslim adalah penebus dosa, hingga duri yang menusuknya, begitupun dengan kesedihan yang dialaminya.” (HR Muslim)

Bala’ atau musibah adalah bentuk dari kasih sayang Allah, di mana Allah meringankan hukuman sekaligus sebagai bentuk teguran dan peringatan bagi orang yang mau kembali ke jalan yang benar.

Musibah adalah cara Allah membersihkan dosa seorang muslim, sehingga terhindarlah ia dari derita di akhirat. Di antara salaf berkata, “Andai kita tidak ditimpa musibah di dunia, niscaya kita akan menderita kerugian di akhirat.”

Ibnu Qayyim al-jauziyah berkata,” Jika bukan karena cobaan dunia dan musibah di dalamnya, niscaya seorang hamba akan menderita penyakit sombong, ujub, far’anah dan kerasnya hati yang menjadi sebab kebinasaan di dunia dan di akhirat.

Maka di antara rahmat Allah Arhamur rahimin adalah terkadang Dia menimpakan berbagai musibah dalam rangka menjaga hamba-nya dari penyakit-penyakit yang berbahaya tersebut, juga menjaga agar tetap sehat ubudiyahnya kepada Allah. Allah juga membersihkan hamba-Nya dari unsur-unsur yang merusak,menyebabkan kehinaaan dan kebinasaan. Subhanallah, Mahasuci Allah yang mengasihi hamba-Nya dibalik bala’ yang diturunkannya.” Wallahu a’lam bishawab.

 

Oleh: Ust. Abu Umar Abdillah/Tafsir Qalbi

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *