Dua Pintu Kebaikan

 للَّهُمَّ اهْدِنِيْ وَسَدِّدْنِيْ

“Ya Allah, berilah petunjuk kepadaku dan luruskanlah diriku.”

Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam mengajarkan kepada para sahabatnya doa doa, ada yang kalimatnya pendek namun maknanya sudah mencakup kebaikan dunia dan akhirat, salah satunya adalah doa yang diajarkan kepada sepupu sekaligus menantunya, Sahabat Ali bin Abi Thalib Radhiallahu’anhu, beliau bersabda :

“قُلِ اللهُمَّ اهْدِنِي وَسَدِّدْنِي، وَاذْكُرْ، بِالْهُدَى هِدَايَتَكَ الطَّرِيقَ، وَالسَّدَادِ، سَدَادَ السَّهْمِ”

“katakanlah, “Ya Allah karuniakan kepadaku hidayah dan tepatkanlah aku pada kebenaran,” beliau berkata, “permisalan petunjuk adalah yang menunjukimu jalan dan permisalan tepat pada kebenaran seperti tepatnya anak panah mengenai sasaran.” (HR. Muslim)

Dalam doa ini Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam memberikan permisalan untuk memudahkan pemahaman, sehingga doa yang diucapkan benar benar dimengerti maknanya secara jelas. Begitupulalah sebaiknya doa doa yang kita panjatkan, kita tahu arti dan maknanya, sehingga bisa khusyu’ hatinya tenang anggota badannya serta bisa pasrah dan berdoa dengan kerendahan hati. Bahkan bila kita tahu dan paham makna doa yang kita ucapkan, kita bisa merasakan kelezatan munajat kepada Rabb semesta alam.

Yang diminta hanya dua, akan tetapi keduanya meliputi kebaikan dunia dan akhirat, bahkan menjadi pintu bagi kebahagian dan kesuksesan seorang hamba.

Ketika ia meminta hidayah dan sadad ini menunjukkan hakikat dirinya sebagai seorang hamba yang sangat miskin dan butuh kepada Rabbnya. Ia sangat yakin, bahwa tidak ada yang bisa memberikan hidayah dan sadad melainkan hanya Allah saja.

Hidayah

Dalam Hadits qudsi, Allah tabaaraka wata’ala berfirman :

يَا عِبَادِي كُلُّكُمْ ضَالٌّ إِلَّا مَنْ هَدَيْتُهُ، فَاسْتَهْدُونِي أَهْدِكُمْ

“wahai hambaKu, kalian semua tersesat kecuali yang Aku beri petunjuk, maka mintalah kepadaKu petunjuk maka akan Aku tunjuki kalian.” (HR. Muslim)

Kesempurnaan pengajaran Nabi terlihat dalam hadits ini, ketika memahamkan makna doa dengan suatu yang dilihat dan dirasa. Hidayah yang diminta dimisalkan dengan seseorang yang sedang dalam safar, bila ia tidak mengetahui jalan menuju tempat tujuan, maka ia sangat butuh kepada penunjuk jalan. Bila telah mendapatkan penunjuk jalan maka ia akan dengan sangat mudah dan cepat sampai pada tujuan.

Begitulah seorang hamba dalam kehidupan di dunia ini, bila ia butuh penunjuk jalan untuk menuju tempat yang dituju di dunia ini, maka ia sangat butuh kepada petunjuk yang menuntunnya di dunia ini berjalan menuju Allah hingga sampai menuju surgaNya.

Baca juga : Masuk Dan Keluar Dengan Benar

Penunjuk jalan kadang ada yang benar benar tau kemudian ia menunjuki ke jalan yang benar, kadang ada yang tidak tahu atau tahu tapi ia ingin menyesatkan seseorang. Yang pertama ulama Rabbaniyin dan yang kedua adalah syaitan dan bala tentaranya dari golongan jin dan manusia.

Kita sangat butuh kepada ulama yang menasehati kita dan memberikan hidayah yang berupa keterangan dan penjelasan di zaman yang penuh dengan fitnah ini, kemudian kita berharap dan berdoa agar Allah memberikan kepada kita hidayah taufiq, yaitu bisa beramal sesuai dengan ilmu, keterangan dan penjelasan dari ulama.

Ketika kita memohon hidayah Allah maka mengandung permohonan supaya dihindarkan dari para penyeru kesesatan, yang menghalangi hamba hamba Allah menuju jalan yang lurus.

Sadad

Adapun permintaan sadad (tepatkanlah aku pada kebenaran), maka Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam memperumpamakan dengan seorang pemanah yang menyiapakan busur dan anak panahnya fokus membidik targetnya, tidak akan digoyangkan ke kanan dan ke kiri, akan tetapi konsentrasi, tenang penuh perhitungan dengan situasi sekitar sebagai upaya untuk tepat mengenai sasaran.

Begitu pula seorang hamba yang sendang berjalan menuju keridhaan Allah, ia akan bersiap siap, senantiasa berusaha untuk lurus tidak condong ke kanan dan ke kiri, melakukan ketaatan kepada Allah tepat sesuai dengan kehendakNya sebagaimana telah dicontohkan NabiNya yang mulia, tidak menambahi dan tidak pula mengurangi, tidak malas malasan dan tidak pula berlebih lebihan.

Dari sini kita mengetahui bahwa amalan amalan hamba tidak seluruhnya diterima, yang diterima hanyalah yang tepat sesuai dengan syari’at, dan sesuai dengan sunnah Nabi Muhammad shallallahu’alaihi wasallam.

Salah satu contoh sadad dalam alqur’an adalah sebagimana firman Allah :

“Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kamu kepada Allah dan katakanlah perkataan yang lurus dan benar. Niscaya Allah memperbaiki bagimu amalan-amalanmu dan mengampuni bagimu dosa-dosamu. Dan barang siapa mentaati Allah dan RasulNya, maka sesungguhnya ia telah mendapat kemenangan yang besar.” (QS Al Ahzab: 70-71)

Balasan yang sangat membahagiakan seorang hamba, dengan qoulan sadida (bertutur dengan benar dan lurus) maka akan diperbaiki oleh Allah amalan amalan yang tidak sempurna dan diampuni dosa dosa kita.

Doa ini adalah kebutuhan bagi setiap muslim, tidak bisa seorang muslim meninggalkan permintaan dua hal ini kepada Allah, hidayah yang lawannya adalah dhalal (sesat) dan sadad (lurus dan tepat) yang lawannya adalah inhiraf (menyimpang).

bila telah diselamatkan Allah di dunia ini dari kesesatan dan penyimpangan, maka kita bisa mendapat hidayah al haq, lurus dalam mendirikannya serta mendapat hidayah untuk bisa sampai ke surgaNya.

اللَّهُمَّ إِنِّيْ أَسْأَلُكَ الْهُدَى وَالسَّدَادَ

“Ya Allah, aku memohon petunjuk dan kelurusan kepadaMu.”

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *