Khutbah Iedul Fitri 1440 H: Menjadi Muslim di Segala Musim
MENJADI MUSLIM DI SEGALA MUSIM
Ust. Abu Umar Abdillah/Majalah ar-risalah
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
الله أكبر الله أكبر الله أكبر الله
لا اله الا الله و الله أكبر
الله أكبر و لله الحمد
إِنَّ اْلحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ ونستغفره ونستهديه و نتوب اليه ونعوذ بالله من شرور أنفسنا ومن سيئات أعمالنا من يهدى الله
فلا مضل له ومن يضلله فلا هادي له, أشهد أن لاإله إلا الله وأشهد أن محمدا عبده ورسوله, اللهم صلى على محمد وعلى اله
وصحبه ومن تبعهم بإحسان إلي يوم الدين
أما بعد, قال تعالى فى القران الكريم, أعوذ بالله من الشيطان الرجيم
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ اتَّقُواْ اللّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُم مُّسْلِمُونَ
يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُواْ رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُم مِّن نَّفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيراً وَنِسَاء وَاتَّقُواْ اللّهَ الَّذِي تَسَاءلُونَ بِهِ
وَالأَرْحَامَ إِنَّ اللّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيباً
ياأيها الذين امنوا اتقوا الله وقولوا قولا سديدا يصلح لكم أعمالكم ويغفر لكم ذنوبكم ومن يطع الله وؤسوله فقد فاز فوزا عظيما
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : فإن أصدق الحديث كتاب الله وخير الهدي هدي محمد صلى الله عليه وسلم وشر الأمور
محدثتها وكل محدثة بدعة وكل بدعة ضلالة وفي رواية أبى داود وكل ضلالة فى النار
Allahu akbar, Allahu akbar, Allahu akbar
Laa ilaaha illallah huwallahu akbar
Allahu akbaar walillahil hamdu
Jama’ah Shalat Ied yang Dimuliakan Allah
Marilah kita panjatkan segala puji bagi Allah ta’ala yang telah mengumpulkan kita pagi ini dengan menyandang beribu nikmat. Terutama sehat yang merupakan Sayyidun na’imid dunya -nikmat dunia yang paling besar dan nikmat Islam yang merupakan Sayyidun naimil akhirah -nikmat yang paling besar untuk akhirat.
Setiap nikmat, menuntut kita untuk bersyukur. Sedangkan makna syukur adalah ‘tashriifun ni’mah ‘ala muraadi mu’thiihi’, menggunakan nikmat sesuai dengan kehendak Pemberinya. Maka insan yang bersyukur adalah yang mampu menggunakan nikmat Allah sesuai dengan apa yang telah digariskan syariat dan tidak menggunakan nikmat sebagai sarana untuk bermaksiat. Seberapa durhakanya seorang anak yang diberi sepatu oleh ayahnya, kemudian dipakainya sepatu tersebut untuk menempeleng ayahnya? Tapi lebih durhaka lagi orang yang diberi nikmat oleh Allah namun dia pergunakan nikmat tersebut sebagai sarana bermaksiat kepada Allah. Harta untuk berfoya di dalam dosa, sehatnya untuk maksiat. Kekuatannya untuk menyokong kemungkaran. Begitulah, karena hak Allah untuk diagungkan lebih besar dari hak ayah untuk dihormati anaknya.
Jama’ah Shalat Ied yang Berbahagia
Baru saja kita ‘mentas’ dari bulan penggemblengan iman, bulan yang didalamnya terdapat malam yang lebih baik dari seribu bulan. Bulan dibukanya pintu-pintu kebaikan dan disingkirkannya banyak rintangan iman. Bulan kemudahan untuk menjalankan segala bentuk ketaatan. Keberhasilan kita di bulan penggemblengan terlihat di bulan-bulan berikutnya.
Namun, fenomena lunturnya iman selalu terulang di penghabisan Ramadhan. Masjid-masjid yang semula penuh sesak, kini kembali sepi. Bacaan al-Quran tak terdengar lagi, hingar-bingar musik memekakkan telinga dan kemaksiatan kembali merajalela. Inilah kondisi manusia selepas Ramadhan. Peristiwa ini seakan merupakan rekaman ulang dari tahun-tahun yang telah lalu. Berakhirnya Ramadhan diiringi pula dengan rampungnya seluruh amalan. Awal Syawal menjadi start untuk berpacu dalam maksiat,saat untuk menumpahkan gejolak nafsu yang tertahan selama sebulan. Bekas amal Ramadhan nyaris sirna tak tersisa.
Sungguh, fenomena ini menunjukkan betapa cepat manusia berubah. Pagi hari, di hari terakhir Ramadhan, manusia masih nampak khusyu’, dekat dengan ketaatan dan tak berhasrat terhadap kemaksiatan. Namun sore harinya, berubah bagai serigala lapar yang lepas dari kandang. Pagi hari di awal Syawal, mereka masih khusyu’ dengan shalat ‘ied, bersemangat meneriakkan takbir dan mengagungkan Allah. Namun sejurus kemudian, mereka meremehkan Allah dan mengundang murka-Nya dengan maksiat dan dosa. Masjid kosong dari shalat jamaah lantaran sibuk mundar-mandir ke rumah tetangga. hiburan haram penuh sesak oleh manusia yang ingin melampiaskan syahwatnya.
Begitu cepatnya pikiran manusia berubah… alangkah kilatnya keyakinan manusia berpindah… benarkah usia dunia semakin renta dan telah dekat datangnya kiamat? Hadits ini menjadi bukti kebenaran kabar dari Rasulullah ﷺ tentang hal ini. Beliau bersabda,
بَادِرُوا بِالْأَعْمَالِ فِتَنًا كَقِطَعِ اللَّيْلِ الْمُظْلِمِ يُصْبِحُ الرَّجُلُ مُؤْمِنًا وَيُمْسِي كَافِرًا أَوْ يُمْسِي مُؤْمِنًا وَيُصْبِحُ كَافِرًا يَبِيعُ دِينَهُ بِعَرَضٍ مِنْ الدُّنْيَا
“Bersegeralah untuk beramal (karena akan ada) fitnah seperti gelapnya malam, yang mana seseorang beriman pada pagi harinya, namun di petang harinya kafir. Dan pada sore harinya mukmin namun pada pagi harinya kafir, dia menjual agamanya dengan sedikit kepuasan dunia, ” (HR. Muslim)
Imam Muhammad bin Abdurrahman al-Mubaarakfuri dalam kitabnya “Tuhfatul Ahwazhi bisyarhijami’ at-Tirmidzi” berkata, “Fitnah tersebut adalah fitnah yang besar dan ujian yang menggoncangkan, sedangkan maksud-gelapnya malam adalah lantaran dahsyatnya, gelapnya dan samarnya karena tidak jelas penyebabnya.”
Maksud dari pagi dan sore dalam hadits tersebut adalah dari waktu ke waktu, tidak hanya terkhusus pada waktu pagi dan petang saja. Seakan hal itu merupakan kinayah (kiasan) akan keadaan manusia yang labil, terombang-ambing, mudah berbolak-balik pendapatnya, mudah janji dan ringan mengingkari, begitu mudah amanah berganti dengan khiyanat, makruf dengan yang mungkar, sunnah dengan yang bid’ah dan mengganti iman dengan kekufuran hanya karena sedikit kenikmatan dunia.
الله أكبر……………. الله أكبر………………… الله أكبر
Apa yang digambarkan Nabi ﷺ tersebut begitu pas dengan zaman di mana kita hidup ini. Betapa banyak manusia yang dulunya dikenal sebagai orang yang shalih, ternyata ia berubah menjadi bejat, adapula yang dikenal sebagai pejuang, akhirnya menjadi penjahat, dulunya pembela Islam, tiba-tiba berbalik memusuhi Islam, hanya karena secuil kue dunia.
Fenomena gonjang-ganjingnya kondisi manusia tersebut telah lama kita tengarai, bahkan semakin nampak setiap kali memasuki bulan syawal, sehari setelah manusia menyelesaikan tugasnya di bulan barakah. Begitu mudahnya manusia berubah, dari ketaatan menuju kemaksiatan, dari pahala menuju dosa dan dari cahaya menuju kegelapan hanya karena bergantinya waktu, hari ataupun bulan. Pergantian bulan ternyata begitu mengejutkan manusia. Ada perubahan frontal, pergantian total dan kemerosotan yang fatal.
Agar kita tidak masuk dalam daftar orang yang bersifat labil dan menjadi muslim musiman, sebelum jauh meninggalkan Ramadhan, ada baiknya kita mengenang kembali saat-saat indah bersama Ramadhan. Bulan yang melatih kesabaran, bulan takwa, bulan mujahadah, bulan rahmat dan bulan maghfirah, Kita serasa akrab dengan amal shalih, jauh dari dosa, kita sadar setelah tadinya lalai, bangun setelah tadinya terlelap dan seakan kita hadir setelah tadinya menghilang.
Kini, hri-hari itu berlalu sudah, sirnalah satu marhalah dan kehidupan kita yang mustahil hadir pada kali kedua. Maka hendaknya kita melihat, buah apa yang telah kita petik sebagai alumnus madrasah imaniyah, bulan penggemblengan dan bulan ujian ini?
Benarkah ijazah takwa dengan mumtaz telah kita sandang? Jika benar, hendaknya kita bersyuur kepada Allah. hendaknya kita memohon kepada Allah agar senantiasa diberi keteguhan dan istiqamah hingga ajal menjelang.
Jangan sampai menimpa kita, perumpamaan orang yang menata bata demi bata hingga berujud bangunan indah dan megah, namun tiba-tiba ia sendiri yang merobohkannya. Atau laksana mengurai benang yang telah dipintalnya. Allah berfirman:
وَلَا تَكُونُوا كَالَّتِي نَقَضَتْ غَزْلَهَا مِن بَعْدِ قُوَّةٍ أَنكَاثًا
“Dan janganlah kamu seperti seorang perempuan yang menguraikan benang yang sudah dia pinml dengcm kilat lalu menjadi cerai berai kembali. ” (QS. an-Nahl: 92)
ltulah perumpamaan orang yang telah bersusah payah membina jiwanya dengan amal shalih hingga merasakan nikmatnya taat dan manisnya munajat, tiba-tiba kembali ke lembah maksiat. Dia tinggalkan satu demi satu ketaatan-ketaatan yang telah dibangunnya selama Ramadhan, hingga lenyap tak tersisa.
Inilah gejala gagalnya Ramadhan. Karena buah yang buruk hanya dihasilkan oleh usaha yang buruk pula. Jika memang apa yang kita upayakan pada bulan Ramdhan adalah kebaikan, tentulah akan memetik panen kebaikan pula di bulan setelahnya. Seperti yang dikatakan sebagian salaf ‘inna min jazaa’il hasanah al-hasanatu ba’daha wa inna min uquubatis sayyi’ah as-sayyi’atu ba’daha’, pahala bagi orang yang mengerjakan kebaikan adalah dia akan mengerjakan kebaikan setelahnya, dan balasan bagi orang yang melakukan keburukan adalah dia akan melakukan keburukan yang setelahnya.
الله أكبر……………. الله أكبر………………… الله أكبر
Ma’asyiral Muslimin Arsyadakumullah,
Hamba Allah yang baik adalah mereka yang terus menerus melakukan ketaatan kepada Allah, kokoh dalam menggenggam syariatnya, lurus berjalan di atas dien-Nya, tidak tersendat ibadahnya lantaran bergantinya bulan demi bulan, dari satu tempat ke tempat yang lain, dari satu masa ke masa yang lain, tiada goyah oleh seribu satu perubahan yang terjadi.
Seorang salaf pemah ditanya tentang suatu kaum yang menggebu-gebu amalnya di bulan Ramadhan, namun jika telah berlalu Ramadhan, mereka kembali malas. Beliau menjawab, “Seburuk-buruk kaum adalah mereka yang tidak mengenal Allah kecuali di bulan Ramadhan saja, sedangkan orang shalih adalah orang yang beribadah kepada Allah sepanjang tahun.
Tidak ada istimewanya seseorang yang bangun di saat manusia lain juga bangun, rajin di saat yang lain juga bersemangat. Yang istimewa adalah seseorang yang bisa bangun selagi yang lain terlelap, tetap sadar di saat yang lain terlena, dan tetap bermujahadah kendati yang lain melemah.
Allah berfirman,
فَاسْتَقِمْ كَمَا أُمِرْتَ
“Maka tetaplah istiqamah kamu pada jalan yang benar, sebagaimana diperintahkan kepadamu.” (QS. Hud: 112)
Juga sabda Nabi ﷺ.
قُلْ آمَنْتُ باللهِ ثُمَّ استَقِمْ
“Katakanlah, aku beriman kepada Allah kemudian istiqamahlah. ” (HR. Muslim)
Barangsiapa memperhatikan syariat Islam, niscaya akan mendapatkan bahwa Nabi telah telah menunjukkan cara untuk melestarikan segala amal shalih yang telah kita lakukan di bulan Ramadhan. Rasulullah ﷺ telah memberikan teladan amalan-amulan sunnah yang dianjurkan untuk kita ikuti.
Jika selama bulan Ramadhan kita melaksaksanakan shiyam penuh selama satu bulan, maka di bulan Syawal pun kita disunnahkan shaum selama enam hari
مَنْ صَامَ رَمَضَانَ ثُمَّ أَتْبَعَهُ سِتًّا مِنْ شَوَّالٍ كَانَ كَصِيَامِ الدَّهْرِ
“Barangsiapa yang berpuasa pada bulan Ramadhan lalu menyambungnya dengan shiyam enam hari di bulan Syawal (selain tanggal satu), maka ia seperti mengerjakan shaum selama satu tahun.” (HR. Muslim)
Lebih utama lagi jika tiap pekan kita melaksanakan shiyam sunnah Senin dan Kamis. Ada juga shiyam tiga hari tiap bulan yaitu tanggal 13, 14 dan 15 tiap bulan Hijriyah (shaum bidh), shaum Asyura’ tanggal 9 dan 10 Muharram, shaum Arafah tanggal 9 Dzulhijjah, dan sebagainya.
Jika selama bulan Ramadhan kita melaksanakan sunnah Rasulullah ﷺ berupa shalat tarawih sebulan penuh, maka lebih utama lagi jika setiap malam kita membiasakan diri dengan qiyamullail, shalat tahajud untuk mengisi malam-malam kita. Inilah shalat sunnah yang paling utama, yang menjadi ciri dan kebiasaan calon penghuni jannah, sebagaimana yang Allah ceritakan perihal ahli jannah:
كَانُوا قَلِيلًا مِّنَ اللَّيْلِ مَا يَهْجَعُونَ
“Mereka sedikit sekali tidur di waktu malam.” (QS. adz-Dzariyat: 17)
Juga firman-Nya:
وَمِنَ اللَّيْلِ فَتَهَجَّدْ بِهِ نَافِلَةً لَّكَ عَسَىٰ أَن يَبْعَثَكَ رَبُّكَ مَقَامًا مَّحْمُودًا
“Dan pada sebagian malam bm tahajudlah kamu sebagai ibadah nafiluh (tambahan) bagimu, mmiah-mudahan Rabbmu mengangkat kamu ke tempat yang terpuji.” (QS. al-Isra’: 19)
Setelah disyariatkan bagi kita zakat Fitrah di bulan Ramadhan, diwajibkan pula bagi kita untuk menunaikan zakat maal, zakat harta sebagai pembersih Harta kita. Karena di dalamnya terdapat hak-hak orang lain. Lebih baik lagi jika kita membiasakan mengeluarkan shadaqah diluar Ramadhan.
Tilawah al-quran, tidak hanya disyariatkan di bulan Ramadhan belaka, sebagaimana rambu-rambu di dalamnya tak hanya menuntun kita menapaki satu bulan saja, satu musim saja.
Begitupun dengan amal ibadah yang lain, karena Allah yang kita tahu ibadahi di bulan Ramadhan seharusnya pula kita ibadahi di luar Ramadhan, Wallahu a’lam
الله أكبر……………. الله أكبر………………… الله أكبر
Marilah kita akhiri khutbah ini dengan berdoa kepada Allah,
الَّلهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَعَلَى خُلَفَائِهِ الرَّاشِدِيْنَ الْمَهْدِيِّيْنَ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ وَمَنْ سَارَ عَلَى نَهْجِهِمْ وَطَرِيْقَتِهِمْ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ
اللهم اغفِرْ لِلْمُسْلِمينَ وَالمسْلِمَاتِ والمؤمنينَ والمؤمناتِ وَأَلِّفْ بَيْنَ قُلُوبِهِمْ وَاَصْلِحْ ذَاتَ بَيْنِهِمْ
اللهمَّ انْصُرْ جُيُوسَ المُسْلِمِيْنَ وَعَسَاكِرَ المُوَحِّدِيْنَ وَدَمِّرْ أَعْدَاءَكَ أَعْدَاءَ الدِّينِ وَأَعْلِ كَلِمَتَكَ إلي يَوْمِ الدِّينِ اللهُمَّ انْصُرْ دُعَاتَنَا وَعُلَمَائنَاَ المَظْلوُمِيْنَ تَحْتَ وَطْأَةِ الظالِمِين وَفِتْنَةِ الفَاسِقِينَ وَحِقْدِ الحَاقِدِيْنَ وَبُغْضِ الحَاسِدِين وَخِيَانَةِ المُنَافِقِيْنَ
اللَّهُمَّ ارزُقنا حُبَّكَ، وحُبَّ مَنْ يَنْفَعُنا حُبُّهُ عندَك، اللَّهُمَّ مَا رَزَقْتَنا مِمَّا أُحِبُّ فَاجْعَلْهُ قُوَّةً لَناَ فِيمَا تُحِبُّ، اللَّهُمَ مَا زَوَيْتَ عَنِّا مِمَّا نحِبُّ فَاجْعَلْهُ فَرَاغاً لنا فِيمَا تُحِبُّ
اللَّهُمَّ إِنِّا نعُوذُ بِكَ مِنَ الْمَأْثَمِ وَالْمَغْرَمِ
اللهُمَّ اكْفِنَا بِحَلالِكَ عَنْ حَرَامِكَ، وَأَغْنِنَا بِفَضْلِكَ عَمَّنْ سِوَاكَ
رَبَّنَا لَا تُزِغْ قُلُوبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً إِنَّكَ أَنْتَ الْوَهَّابُ
وَصَلِّ عَلي خَيْرِ خَلْقِكَ وَأَفْضَلِ نَبِيِّكَ مُحَمَّدٍ وَعَلي آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا
وَالْحَمْدُ لِلهِ رَبِّ العَالمَين