Khutbah Jumat

Khutbah Jumat: Mengalahkan Nafsu, dengan Akal dan Wahyu

Mengalahkan Nafsu,
dengan Akal dan Wahyu

Oleh: Majalah ar-risalah

 

Download versi pdf di sini

 

  الْحَمْدُ للهِ رَبِّ العَالَمِينَ، كَتَبَ الفَلاَحَ وَالفَوْزَ المُبِينَ، لِكُلِّ مَنْ طَهَّرَ نَفْسَهُ وَزَكَّاهَا، وَجَمَّـلَهَا بِحُسْنِ الأَخْلاَقِ وَحَلاَّهَا، سُبْحَانَهُ آتَى كُلَّ نَفْسٍ هُدَاهَا، أَحْمَدُهُ بِمَا هُوَ لَهُ أَهْـلٌ مِنَ الحَمْدِ وَأُثْنِي عَلَيْهِ، وَأُومِنُ بِهِ وَأَتَوكَّلُ عَلَيْهِ، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ، وَمَنْ يُضْـلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَن لاَّ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيكَ لَهُ، جَعَلَ سَلاَمَةَ العَقِيدَةِ وَحُسْنَ العِبَادَةِ سَبِيلاً لِتَزْكِيَةِ النُّفُوسِ وَتَحْـقِيقِ السَّعَادَةِ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنا وَنَبِيَّنَا مُحَمَّدًا عَبْدُ اللهِ وَرَسُولُهُ، خَاتَمُ الرُّسُلِ وَالأَنْبِيَاءِ، كَانَ كَثِيرًا مَا يُرَدِّدُ هَذَا الدُّعَاءَ: ((اللَّهُمَّ آتِ نَفْسِي تَقْوَاهَا، وَزَكِّهَا أَنْتَ خَيْرُ مَنْ زَكَّاهَا، أَنْتَ وَلِيُّهَا وَمَوْلاَهَا))، اللَّهُمَّ صَـلِّ وَسَـلِّمْ وَبَارِكْ عَلَيْهِ، وَعَلَى آلِهِ وَأصَحْابِهِ أَجْمَعِينَ، وَالتَّابِعِينَ لَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ.

   أَمَّا بَعْدُ، فَيَا أَيُّهَا المُسلِمُونَ :

أُوْصِيْكُمْ بِتَقْوَى اللهِ تَعاَلَى ، وَصِيَّةُ اللهِ لَكُمْ وَلِلأَوَّلِيْنَ. قَالَ تَعَالَى: ( وَلَقَدْ وَصَّيْنَا الَّذِينَ أُوتُواْ الْكِتَابَ مِن قَبْلِكُمْ وَإِيَّاكُمْ أَنِ اتَّقُواْ اللَّهَ وَإِن تَكْفُرُواْ فَإِنَّ للَّهِ مَا فِى السَّمَاواتِ وَمَا فِى الأرْضِ وَكَانَ اللَّهُ غَنِيّاً حَمِيداً)

 

 

Jamaah Jumat yang dirahmati Allah, 

Pada kesempatan yang penuh barakah ini, berbagai kenikmatan Allah limpahkan kepada kita. Utamanya dua hal, yang di antara ulama salaf mengatakan, ”Barangsiapa yang dalam keadaan muslim, sedangkan dirinya dalam keadaan sehat, maka sungguh telah terkumpul pada dirinya, nikmat dunia yang paling besar, dan nikmat akhirat yang paling besar. Karena nikmat dunia yang paling berharga adalah sehat, dan nikmat yang paling agung untuk akhirat adalah Islam. Maka menjadi kewajiban kita untuk mensyukuri nikmat Allah, yakni memanfaatkan nikmat sesuai dengan kehendak Allah Yang Memberi nikmat, bukan menurut keinginan dan hawa nafsunya.

 

Jamaah jumat rahimakumullah

Ketika Allah menyertakan hawa nafsu dalam penciptaan manusia, maka Allah juga menyertakan akal untuknya. Kemudian Allah menurunkan wahyu untuk membimbing akal agar bisa menjadi pengendali dan pemandu bagi hawa nafsu.

Antara akal dan nafsu tak henti-hentinya berseteru pada diri manusia. Peta kekuatan antara keduanya berbeda antara satu orang dengan orang yang lain. Bahkan dalam diri satu orang, kondisinya silih berganti dari waktu ke waktu. Abu Darda’ radhiyallahu ‘anhu berkata, “jika pagi hari tiba, maka berkumpullah hawa nafsu, amal dan ilmu (akal) manusia. Jika dia berbuat mengikuti hawa nafsu, maka hari itu adalah hari yang buruk baginya. Dan jika dia berbuat dengan mengikuti ilmunya, maka hari itu adalah hari yang baik baginya.”

Kemuliaan dan kehinaan manusia sangat bergantung pada posisi pertarungan antara keduanya.

 

Jamaah jumat rahimakumullah

Yang paling hina di antara manusia adalah orang yang akalnya didominasi oleh hawa nafsu. Dia menjadi tawanan bagi hawa nafsunya. Akalnya tidak dikerahkan untuk mengendalikannya. Bahkan akal diperalat untuk menjadi pembenar setiap apa yang diingini hawa nafsunya. Dia tidak berfikir kecuali dengan sudut pandang nafsunya, membenci dan menyenangi juga berdasarkan kecenderungan nafsunya, berbuat dan bertindak pun hanya mengikuti selera hawa nafsunya. Dialah yang dimaksud oleh Allah dalam firman-Nya,

أَرَأَيْتَ مَنِ اتَّخَذَ إِلَـٰهَهُ هَوَاهُ أَفَأَنْتَ تَكُونُ عَلَيْهِ وَكِيلاً

“Terangkanlah kepadaku tentang orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai Tuhannya. Maka Apakah kamu dapat menjadi pemelihara atasnya?” (QS. al-Furqan: 43)

Derajatnya paling rendah di kalangan manusia, atau bahkan lebih rendah lagi dari itu. Seorang tabi’in, Malik bin Dinar rahimahullah berkata, “Allah menciptakan malaikat disertai akal dan tidak memiliki syahwat. Allah menciptakan binatang dengan menyertakan syahwat tanpa akal. Sedangkan Allah menciptakan manusia dengan menyertakan keduanya, akal dan syahwat. Maka barangsiapa yang akalnya mampu mengalahkan syahwatnya, maka dia lebih baik dari malaikat, dan barangsiapa yang syahwatnya mengalahkan akalnya, maka dia lebih buruk dari binatang.”

Mengapa dia dikatakan lebih buruk dari binatang? Karena binatang tidak memiliki akal, wajar jika mereka memperturutkan hawa nafsunya. Tapi dimanakah akal manusia tatkala mereka memperturutkan setiap kehendak nafsunya?

Derajat yang sedikit lebih baik dari yang pertama adalah posisi dimana dorongan nafsu dan bimbingan akal memiliki kekuatan yang berimbang. Sesekali hawa nafsu yang unggul, namun di waktu yang lain akal menundukkannya dan membawanya kepada ketaatan. Posisi ini berpotensi melorot ke arah derajat yang paling rendah. Yakni ketika pemiliknya mendekatkan diri kepada lingkungan dan suasana yang melemahkan ilmu dan ketaatannya. Namun juga memiliki peluang untuk naik ke derajat yang lebih dan bahkan paling tinggi. Di mana akal mampu memenangi hawa nafsu secara telak. Yakni ketika dia menyadari potensi itu, lalu berusaha menguatkan posisi ilmu dan iradah (kemauannya) dalam kebaikan. Dengan mendalami ilmu-ilmu syar’i, bergabung dengan teman-teman yang shalih dan bermujahadah untuk memerangi hawa nafsunya. Nabi ﷺ bersabda,

وَ اْلمُجاَهِدُ مَنْ جاَهَدَ نَفْسَهُ

“Dan (termasuk) mujahid adalah orang yang memerangi hawa nafsunya.” (HR Ibnu Majah dan an-Nasaa’i dengan sanad yang baik)

Untuk meraih peringkat itu hendaknya dia juga berdoa seperti yang diajarkan oleh Nabi ﷺ,

اللَّهُمَّ آتِ نَفْسِى تَقْوَاهَا وَزَكِّهَا أَنْتَ خَيْرُ مَنْ زَكَّاهَا أَنْتَ وَلِيُّهَا وَمَوْلاَهَا

“Ya Allah, karuniakanlah bagi jiwaku, ketakwaan dan kesuciannya, karena Engkaulah sebaik-baik yang menyucikan jiwa, Engkaulan Pelindung dan Penolongnya.” (HR. Muslim)

 

Jamaah jumat rahimakumullah

Derajat dan kesuksesan manusia yang paling spektakuler adalah ketika hawa nafsu tunduk dan takluk oleh akal yang dibimbing oleh wahyu. Sehingga dia berjalan di atas kebenaran, dalam bingkai syariat dan teguh di jalan istiqamah. Derajatnya bahkan melampaui kedudukan para malaikat. Karena malaikat hanya memiliki akal, tanpa disertai syahwat, namun diberi akal, maka wajar jika mereka tidak bermaksiat. Seperti berjalan tanpa rintangan. Berbeda halnya dengan manusia, meski hawa nafsu menantang di tengah jalan, mereka mampu melampauinya, mengalahkan nafsu dan menjadikannya tunduk dalam keimanan dan keshalihan. Inilah yang disebut dengan khairul bariyyah, sebaik-baik ciptaan. Allah berfirman,

إِنَّ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ أُولَـٰئِكَ هُمْ خَيْرُ الْبَرِيَّةِ

“Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh, mereka itu adalah Sebaik-baik makhluk.” (QS. al-Bayyinah:7)

Sahabat Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu dan juga ulama yang lain berdalil dengan ayat ini ketika menyatakan bahwa orang-orang yang beriman dan beramal shalih lebih utama dari para malaikat, seperti yang disebutkan oleh Ibnu Katsir dalam tafsirnya terhadap ayat ini. Karakter ini tidak akan dicapai kecuali jika dia berhasil memerangi hawa nafsu yang cenderung kepada keburukan.

Maka Allah menjanjikan jannah bagi orang yang memerangi hawa nafsunya, mencegahnya dari maksiat lantaran takut akan suatu hari di mana manusia berdiri di hadapan Allah,

وَأَمَّا مَنْ خَافَ مَقَامَ رَبِّهِ وَنَهَى النَّفْسَ عَنِ الْهَوَى فَإِنَّ الْجَنَّةَ هِيَ الْمَأْوَى

“Dan Adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran Tuhannya dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya, maka Sesungguhnya jannahlah tempat tinggal(nya).” (QS. an-Nazi’at 40-41).

Bahkan mereka akan mendapatkan dua jannah, sebagaiamana yang dirinci dalam ayat yang lain,

وَلِمَنْ خَافَ مَقَامَ رَبِّهِ جَنَّتَانِ

 “Orang yang takut akan kedudukan Rabb-nya baginya dua jannah.” (QS. Ar-Rahman: 46).

Mujahid dan Ibrahim an-Nakha’i rahimahumullah berkata, “Dia adalah seseorang yang didorong hawa nafsunya untuk berbuat maksiat kemudian dia mengingat Allah maka dia tinggalkan maksiat tersebut karena rasa takutnya kepada-Nya.”

Ya Allah, karuniakanlah bagi jiwa kami, ketakwaan dan kesuciannya, karena Engkaulah sebaik-baik yang menyucikan jiwa, Engkaulah Pelindung dan Penolongnya.Amien.

 

 

أقُولُ قَوْلي هَذَا   وَأسْتغْفِرُ اللهَ العَظِيمَ   لي وَلَكُمْ،   فَاسْتغْفِرُوهُ   يَغْفِرْ لَكُمْ    إِنهُ هُوَ الغَفُورُ الرَّحِيمُ،  وَادْعُوهُ يَسْتجِبْ لَكُمْ   إِنهُ هُوَ البَرُّ الكَرِيْمُ.

 

Khutbah Kedua

 

   الْحَمْدُ للهِ رَبِّ العَالَمِيْنَ، وَالعَاقِبَةُ لِلْمُتَّقِيْنَ، وَلاَ عُدْوَانَ إِلاَّ عَلَى الظَّالِمِيْنَ، وَنَشْهَدُ أَن لاَّ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَلِيُّ الصَّالِحِيْنَ، وَنَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا وَنَبِيَّنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ إِمَامُ الأَنبِيَاءِ وَالْمُرْسَلِيْنَ، وَأَفْضَلُ خَلْقِ اللهِ أَجْمَعِيْنَ، صَلَوَاتُ اللهِ وَسَلاَمُهُ عَلَيْهِ، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَالتَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ.

  هَذَا وَصَلُّوْا وَسَلِّمُوْا عَلَى إِمَامِ الْمُرْسَلِيْنَ، فَقَدْ أَمَرَكُمُ اللهُ تَعَالَى بِالصَّلاَةِ وَالسَّلاَمِ عَلَيْهِ فِي مُحْكَمِ كِتَابِهِ حَيْثُ قَالَ عَزَّ قَائِلاً عَلِيْماً: (( إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا )) (23).

   اللَّهُمَّ صَلِّ وسَلِّمْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ، كَمَا صَلَّيْتَ وسَلّمْتَ عَلَى سَيِّدِنا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنا إِبْرَاهِيْمَ، وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ، كَمَا بَارَكْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنا إِبْرَاهِيْمَ، فِي العَالَمِيْنَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.

اللَّهُمَّ صَلِّ وسَلِّمْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ، كَمَا صَلَّيْتَ وسَلّمْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ، كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، فِي العَالَمِيْنَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.

اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ، وَالْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدُّعَاءِ.

رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ الخَاسِرِيْنَ.

رَبَّنَا لا تُزِغْ قُلُوْبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا، وَهَبْ لَنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً، إِنَّكَ أَنْتَ الوَهَّابُ.

اللَّهُمَّ أَعِزَّ الإِسْلاَمَ وَالْمُسْلِمِيْنَ، وَوَحِّدِ اللَّهُمَّ صُفُوْفَهُمْ، وَأَجْمِعْ كَلِمَتَهُمْ عَلَى الحَقِّ، وَاكْسِرْ شَوْكَةَ الظَّالِمِينَ، وَاكْتُبِ السَّلاَمَ وَالأَمْنَ لِعِبادِكَ أَجْمَعِينَ.

رَبَّنَا آتِنَا في الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.

عِبَادَ اللهِ :(( إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالإِحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِي القُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ )).وَ أَقِمِ الصَّلاَةَ إِنَّ الصَّلاَةَ تَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَ الْمُنْكَرِ وَ لَذِكْرَ اللهِ أَكْبَرُ وَ اللهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُوْنَ

 

Download versi pdf nya DI SINI

One thought on “Khutbah Jumat: Mengalahkan Nafsu, dengan Akal dan Wahyu

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *