Meringankan Derita Menuai Pahala

“Alhamdulillah washolnal ilaa biladus Syam..,” demikian kalimat yang diucapkan seorang ikhwah penjumpat saat penulis menginjakkan kaki di Suriah, bumi Syam, negeri yang diberkahi oleh Allah. Tiada henti bibir ini mengucapkan tahmid dan takbir, memuji dan mengagungkan Allah atas nikmat tersebut. Keinginan yang selama ini menjadi impian kini menjadi kenyataan.

Lega dan bahagia bercampur sedih menjadi satu. Bahagia karena bisa sampai di sana, sedih ketika melihat saudara-saudara muslim hidup terlunta-lunta menjadi pengungsi di negeri sendiri. Mereka tinggal di tenda-tenda pengungsian dengan fasilitas serba seadanya.

Di Suriah, pada pertengahan bulan November dan awal Desember sedang memasuki musim dingin. Siang hari suhunya hingga 8 derajat dan malam harinya hingga 0 derajat, air sampai membeku. Sehingga wajar jika jaket tebal tidak pernah lepas dari tubuh para pengungsi, terutama dari tubuh kami para Relawan Kemanusian yang mendapatkan amanah menyampaikan bantuan kepada para pengungsi di negeri Syam.

Tidak bisa bayangkan bagaimana nasib mereka nanti jika sudah benar-benar masuk musim dingin dan turun salju, biasanya terjadi pada  bulan Februari. Pernah suatu malam, hujan turun begitu derasnya disertai guntur dan angin kencang.

Dahan-dahan pohon pinus banyak yang patah sehingga menutupi jalanan. Air hujan pun masuk membasahi tempat tidur kami. Saat itu kami hanya bisa membayangkan bagaimana nasib saudara-saudara kami yang tinggal di tenda-tenda pengungsian.

Memang sampai saat itu para pengungsi masih tinggal di tenda-tenda. Agar air tidak mengalir masuk ke dalam tenda, mereka membuat parit di sekitar tenda tersebut. Sedangkan untuk mengusir rasa dingin dari tubuh, biasanya mereka menyalakan midfaah. Midfaah adalah alat penghangat manual yang terbuat dari semisal tong kecil.

Potongan kayu bakar dimasukkan ke dalamnya kemudian dinyalakan dengan api, sehingga akan muncul rasa hangat di sekitar alat tersebut selama api masih hidup. Atasnya diberi cerobong untuk membuang asap. Namun tidak setiap pengungsi yang tinggal di tenda-tenda memiliki alat ini.

Maka satu-satunya cara untk mengusir rasa dingin tersebut adalah dengan cara menutupi tenda-tenda mereka dengan daun-daun pinus atau menyelimuti tubuh mereka dengan selimut yg tebal, itupun jika mereka memiliki selimut.

Itulah sekelumit gambaran kondisi mereka saat ini. Maka, bantuan kita kaum muslimin dari seluruh penjuru dunia sangat mereka tunggu, baik berupa makanan, tenda, selimut tebal, jaket atau apa saja yang bisa meringankan derita mereka.

Masihkah kita berdiam diri tatkala ada sebagian dari saudara kita berteriak meminta pertolongan?!

Sementara dalam hadits Qudsi, Allah swt meminta pertanggung-jawaban kepada seorang hamba ketika ada saudaranya meminta bantuan namun dia tidak membantunya. Sebagaimana dalam shahih Muslim, Nabi saw pernah bersabda: Allah berfirman: “Wahai anak Adam, Aku sakit dan engkau tidak menjenguk-Ku.

Berkata sang hamba: ”Ya Rabb, bagaimana mungkin aku menjenguk-Mu sedangkan Engkau adalah Tuhan semesta alam?! Allah berfirman: tidakkah engkau tahu bahwa hamba-Ku fulan sedang sakit, jikalau engkau menjenguknya niscaya akan kau dapati Aku di sisinya. Wahai anak Adam, Aku meminta makan kepadamu dan engkau tidak memberi-Ku makan. Berkatalah sang hamba: wahai Rabb, bagaimana aku memberi-Mu makan sedangkan Engkau adalah Rabb semesta alam?! Allah menjawab: Tidakkah kau ketahui bahwa hamba-Ku fulan meminta kepadamu makan dan engkau tidak memberinya makan, tahukan engkau jikalau kau memberinya makan niscaya engkau akan mendapatinya di sisi-Ku” (HR. Muslim).

Lalu, akankah kita menghindar dari pertanyaan tersebut di hari kiamat kelak ?

Meneladai Salafus shaleh

Tolong menolong dan memberikan bantuan telah dicontohkan oleh para salafush shalih. Dalam kitab Hilyatul Auliya’ disebutkan, Umar bin Khaththab ra sering mendatangi para janda dan mengambilkan air untuk mereka pada malam hari. Pada suatu malam, Umar bin Khaththab dilihat oleh Thalhah ra masuk ke rumah seorang wanita.

Siang harinya Thalhah ra masuk ke rumah wanita itu, ternyata wanita itu adalah wanita tua, buta, dan lumpuh. Thalhah ra lantas bertanya, “Apa yang diperbuat laki-laki tadi malam terhadapmu?” Wanita itu menjawab, “Sudah lama orang itu datang kepadaku dengan membawa sesuatu yang bermanfaat bagiku dan mengeluarkanku dari kesulitan.” Thalhah ra lantas berkata, “Semoga ibumu selamat –kalimat nada heran-, hai Thalhah, kenapa engkau menyelidiki aurat Umar?”

Rasulullah saw pernah bersabda tentang pahala bagi mereka yang mau meringankan derita saudaranya:

مَنْ نَفَّسَ عَنْ مُؤْمِنٍ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ الدُّنْيَا نَفَّسَ اللَّهُ عَنْهُ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ يَوْمِ الْقِيَامَةِ، وَمَنْ يَسَّرَ عَلَى مُعْسِرٍ يَسَّرَ اللَّهُ عَلَيْهِ فِى الدُّنْيَا وَالآخِرَةِ

“Barangsiapa yang membantu seorang muslim (dalam) suatu kesusahan di dunia maka Allah akan menolongnya dalam kesusahan pada hari kiamat, dan barangsiapa yang meringankan (beban) seorang muslim yang sedang kesulitan maka Allah akan meringankan (bebannya) di dunia dan akhirat.” (HR Muslim)

Al-Kurbah (kesempitan) ialah beban berat yang mengakibatkan seseorang sangat menderita dan sedih. Meringankan (at-tanfîs) maksudnya berupaya meringankan beban tersebut dari penderita. Balasan bagi yang meringankan beban orang lain ialah Allah akan meringankan kesulitannya.

Imam an-Nawawi berkata: “Dalam hadits ini terdapat keutamaan menunaikan/membantu kebutuhan dan memberi manfaat  kepada sesama muslim sesuai kemampuan, (baik itu) dengan ilmu, harta, pertolongan, pertimbangan tentang suatu kebaikan, nasehat dan lain-lain”

Apapun bantuan yang kita berikan kepada mereka, insyaAllah akan membuat mereka tetap bisa tersenyum dalam menjalani beratnya ujian tersebut, terutama dalam menghadapi ganasnya musim dingin di bulan-bulan ini. Allahul Musta’an. (Abu Ahmad Hanan)

One thought on “Meringankan Derita Menuai Pahala

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *