Abu Umar Abdillah

Perlindungan Paripurna dari Segala Mara Bahaya

Manusia tak akan pernah mampu melawan setiap bencana, menaklukkan segala ancaman yang mengincarnya dengan kekuatannya sendiri. Bahaya terlalu besar, sementara manusia terlampau lemah. Firman Allah, “dan manusia dijadikan bersifat lemah.” (QS an-Nisa’ 28)

Terlebih bahaya yang tersembunyi, ia tak mampu mendeteksi, kapan datang dan dari mana arahnya pun tak mengerti, bagaimana mungkin ia hendak mempertahankan diri. Seperti bahaya di waktu malam, sewaktu manusia tidur, pandanganpun terhalang gelapnya malam, sementara manusia dalam keadaan lengah. Mungkin saja ada hewan berbisa, ada pencuri atau perampok yang mengintai, dan bahaya lain yang tersembunyi.  Juga bahaya “naffaatsaati fil uqad”, para tukang sihir yang meniup bukhul untuk mencelakai. Sementara yang dituju tidak menyadari, ternyata ada yang menghendaki ia celaka, apalagi “siapa, kapan dan dengan cara apa”, ia semakin tidak mengetahui. Bahaya dari orang yang mendengki tatkala ia melampiaskan kedengkiannya. Ini juga tersembunyi. Kita tak tahu apa yang ada di hati orang di sekitar kita, juga sekian banyak orang yang mengenal kita. Karena besarnya tiga bahaya itu, maka Allah mengajarkan kita perlindungan sebagaimana tersebut dalam surat al-Falaq.

Baca Juga: Nasib Sial Karena Karma? Begini Islam Menjelaskan

Masih termasuk bahaya yang tersembunyi, setan yang selalu menggoda manusia tanpa henti. Saat tidur maupun berjaga, dari arah depan, belakang, samping kanan dan samping kiri. Mereka siapkan jebakan, perangkap, ranjau dan seabrek skenario yang manusiapun sulit mendeteksi ataupun memprediksi. Karenanya pula, Allah mengajarkan kita untuk berlindung kepada-Nya dari gangguan setan jin maupun manusia, sebagaimana tersebut dalam surat an-Naas.

Bahaya bisa pula datang berupa bencana yang tak terkira, musibah yang datang tak terduga. Berupa banjir, gempa, longsor, angin, dan bencana mengerikan lainnya. Siapa lagi yang mampu mengendalikan alam ini, mencegahnya dari kerusakan, dan agar tidak menimpa atas kita, selain Pencipta dan Pengaturnya? Hanya orang bodoh dan sombong yang tak menyepakati hal ini.

Datangnya berribu ragam penyakit juga bagian dari bahaya yang manusia tak ingin tertimpa olehnya. Bukankah manusia terlalu lemah untuk melawan semua bahaya yang begitu komplek?

 

Perlindungan yang sangat Rapuh

Sebagian manusia yang menyadari kelemahan dirinya, segera berusaha mencari perlindungan. Tapi sayang, karena jahil atau tertipu oleh setan, mereka berlindung kepada makhluk yang lebih lemah darinya, bahkan terkadang tak memiliki kekuatan apa-apa.

Seperti berlindung dengan akar bahar di pergelangan tangan, jimat dan rajah yang dikalungkan, atau batu akik yang dikeramatkan. Alangkah lemah perlindungan itu, bagaimana mungkin ada orang yang sehat akalnya, menyerahkan keselamatan dirinya kepada benda semacam itu. Nabi bersabda,

 

مَنْ تَعَلَّقَ شَيْئًا وُكِلَ إِلَيْه

“Barangsiapa yang mengalungkan sesuatu (untuk jimat), maka nasibnya akan diserahkan kepadanya.” (HR. Tirmidzi)

Nabi pernah mendapati di lengan seseorang terdapat gelang dari kuningan, lalu beliau bertanya, “Duhai celaka, apa ini?” Orang itu menjawab, “Pencegah kelemahan.” Beliau bersabda,

 

أَمَا إِنَّهَا لاَ تَزِيدُكَ إِلاَّ وَهْنًا انْبِذْهَا عَنْكَ فَإِنَّكَ لَوْ مِتَّ وَهِيَ عَلَيْكَ مَا أَفْلَحْتَ أَبَدًا

“Sesungguhnya barang itu tidak menambah selain kelemahan, enyahkanlah barang itu darimu, karena jika kamu mati sedangkan barang itu masih bersamamu niscaya kamu tidak akan beruntung selamanya.” (HR. Ahmad)

Sebagian lagi yang meminta perlindungan dari bencana kepada orang yang telah mati. Bagaimana mungkin ia mampu melindungi orang yang masih hidup? Sedangkan ketika hidupnya pun ia tidak mampu melindungi dirinya dari segala bahaya. Andai saja ia mampu melindungi orang lain, tentu ia akan melindungi dirinya sendiri dari kematian.

Tak jauh beda, orang yang meminta perlindungan kepada dukun. Merekapun tak tahu kapan akan menemui bencana, dan tak mampu menghindar darinya ketika Allah takdirkan menimpanya. Andai saja mereka mampu, tentu kita tidak akan mendengar kisah dukun yang di penjara, dukun yang dikeroyok masa, atau paranormal yang dibunuh secara sia-sia.

 

Perlindungan yang Menipu

Tidak pula jin mampu melindungi kita dari marabahaya. Allah telah menerangkan dalam kitab-Nya,

 

وَأَنَّهُ كَانَ رِجَالٌ مِّنَ اْلإِنسِ يَعُوذُونَ بِرِجَالٍ مِّنَ الْجِنِّ فَزَادُوهُمْ رَهَقًا

“Dan bahwasanya ada beberapa orang laki-laki di antara manusia meminta perlindungan kepada beberapa laki-laki di antara jin, maka jin-jin itu menambah bagi mereka dosa dan kesalahan.” (QS. al-Jin: 6)

Coba kita baca tafsirnya. Ibnu Katsier menjelaskan bahwa para jin akan semakin merasa jumawa dan angkuh ketika ada manusia yang meminta perlindungan darinya. Permohonan manusia membuat mereka merasa memiliki kelebihan dibanding manusia. Banyak di antara manusia yang ketika sampai di suatu lembah atau tempat yang menyeramkan mereka meminta perlindungan kepada pemimpin Jin setempat agar tidak dicelakai, sebagaimana kebiasaan yang dilakukan orang-orang Arab Jahiliyah. Manakala para jin melihat seseorang meminta perlindungan pada mereka, mereka akan menambah ketakutan orang tersebut. Ketika ia semakin takut, ia akan semakin memperbanyak permohonannya.

Jadi salah jika manusia beranggapan bahwa jin akan ‘berbaik hati’ mengayomi dan memberi perlindungan pada mereka jika mereka meminta perlindungan dan penjagaan. Yang ada justru sebaliknya, jin-jin itu akan semakin membuat manusia takut dan menjerumuskan mereka ke dalam kesyirikan.

 

Perlindungan yang Sebenarnya

Begitulah, manusia tidak akan pernah mendapatkan perlindungan yang paripurna, perlindungan sempurna dari segala macam bahaya, selain perlindungan dari sang Pencipta. Karena Allah yang mengatur dan mengendalikan segala makhluknya. Alangkah bijak seorang salaf yang bertanya kepada muridnya, “Jika kamu melewati kerumunan kambing gembala, lalu anjing penjaganya menggonggong dan menghalangimu, apa yang kamu lakukan?” Muridnya menjawab, “Aku akan menghalaunya sekuatku.” Beliau berkata, “Itu terlalu lama. Mestinya kamu minta kepada pemilik kambing dan anjing itu agar anjing tersebut tidak mengganggumu.”

Baca Juga: Cara Menepis Godaan Kemaksiatan

Bukti paling nyata adalah sewaktu vonis hukum bakar ditetapkan atas diri nabi Ibrahim karena tindakan beliau menghancurkan berhala sesembahan. Saat itu hampir semua orang sepakat bahwa tindakan beliau adalah kriminal tingkat tinggi hingga harus menerima hukuman setimpal. Kalaupun ada yang simpati, tetap saja ia tidak akan mampu melawan ketetapan hukum negeri tersebut. Hukum bakar dieksekusi dan api mulai menyala. Sedang sesuai ketetapan alam, jasad manusia akan lekang dilalap api. Akan berubah secara fisiologis dari daging menjadi abu. Namun, nabi Ibrahim memiliki Pelindung yang jauh lebih kuat dari orang seluruh negeri itu bahkan api yang hendak membakar jasadnya sekalipun. Dialah Allah, Sang penguasa manusia, api dan semua makhluk yang ada. Beliaupun selamat. Api tetap menyala tapi panasnya sama sekali tak terasa.

Memang hal tersebut adalah mukjizat yang mungkin khusus untuk nabi. Akan tetapi pelajaran bisa kita ambil adalah bagaimana perlindungan Allah bisa menjaga seorang hamba dengan perlindungan yang total dan efektif.

Maka jika kita tak ingin mendapat gangguan, musibah, bahaya dan bencana yang datang dari makhluk ciptaan Allah, maka mohonlah kepada-Nya agar Dia melindungimu dari segala bahaya yang ditimbulkan oleh makhluk-Nya. Wallahu a’lam.

 

Oleh: Ust. Abu Umar Abdillah/Telaah

 


Ingin berlangganan Majalah Islami yang bermutu dan bagus dibaca? Hubungi Keagenan Majalah ar-risalah terdekat di kota Anda, atau hubungi kami di nomer: 0852 2950 8085

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *